Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Kebakaran gudang kapas tak buat Sritex rugi besar

Warga menyaksikan kepulan asap api yang membakar gudang kapas PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (27/9/2019).
Asap hitam pekat mengepul tinggi dari kawasan pabrik tekstil milik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Desa Jetis, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (27/9/2019) malam.

Api dilaporkan melahap gudang kapas cadangan yang terletak di paling selatan kompleks tersebut. Besarnya embusan angin membuat api sulit dipadamkan.

Hingga Sabtu siang, api dikabarkan masih belum sepenuhnya padam. Padahal, puluhan petugas serta belasan mobil pemadam kebakaran telah bekerja sejak kebakaran terjadi.

Warga sekitar tak bisa berbuat banyak. Pagar tembok pabrik yang tinggi mengganjal niatan warga untuk membantu. Beruntung, gudang yang terbakar tak berbatasan langsung dengan rumah warga, melainkan dipisahkan oleh area persawahan.

Perwakilan Sritex, Joy Citradewi, dalam keterangan persnya, menyebut dampak kebakaran itu tidak signifikan, sehingga tak menganggu aktivitas operasional perusahaan lainnya.

Tak ada korban jiwa juga dalam kejadian itu. Hal ini dikarenakan insiden terjadi saat jam kerja seluruh karyawan telah berakhir.

Penyebab kebakaran belum diketahui, pun tentang kerugian perusahaan. Sekretaris Perusahaan Sritex Welly Salam menduga kerugian yang dialami tidak besar lantaran api tak menyasar bagian terpenting perusahaan.

“Masih kita verifikasi ya (nilai kerugiannya),” kata Welly kepada detikcom.

Sritex tercatat sebagai satu dari sedikit perusahaan tekstil di Indonesia yang mampu meraup untung di tengah keoknya kinerja keuangan perusahaan serupa lainnya.

Laporan keuangan Sritex per Semester I/2019 mencatatkan laba sebesar AS$63,2 juta (sekitar Rp884,8 miliar), atau naik dari periode sama pada tahun lalu (year-on-year/yoy) senilai AS$56 juta (sekitar Rp784 miliar).

Kenaikan disumbangkan oleh pendapatan usaha sebesar AS$513 juta dengan beban usaha AS$38 juta.

Bahkan, Sritex disebut berhasil meraup untung dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Pasalnya, penjualannya ke AS dan Amerika Latin naik sekitar 3,2 kali lipat pada Semester I/2019.

Direktur Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto menyebut kontribusi ekspor dari kedua kawasan itu mencapai 13,6 persen dari total penjualan ekspor pada Semester I/2019 sebesar AS$377,7 juta. Dengan kata lain, nilai ekspor Sritex berhasil menyentuh angka AS$51,35 juta atau naik dari AS$15,98 juta pada tahun sebelumnya.

Sampai Kuartal 1/2019, pasar Sritex tersebar tak hanya di Indonesia (40 persen), melainkan Asia (37 persen), Eropa (9 persen), dan AS (7 persen), sisanya dibagi rata dengan Uni Emirat Arab (UEA), Afrika, dan Australia.

Popularitas Sritex melambung sejak perusahaan yang resmi berdiri pada 1996 ini meneken kontrak pembuatan seragam untuk prajurit NATO (North Atlantic Treaty Organization) dari Angkatan Perang Jerman pada tahun 1997.

Hingga tahun 1998, menurut laporan KOMPAS.com (h/t Harian Kompas), jumlah pesanan seragam mencapai sekitar satu juta pasang atau peach stell (PS).

Lalu kontrak serupa dijalin bersama Angkatan Perang Inggris dengan pesanan mencapai 400.000 PS. Selain itu, Papua Nugini juga memesan seragam polisi sebanyak 50.000 PS.

Saat ini, produk Sritex telah digunakan oleh pasukan militer dari lebih 30 negara di dunia.

Sementara untuk produk mode, Sritex menjadi salah satu andalan dua ritel mode raksasa dunia; Guess dan H&M.

Sritex tercatat memiliki 12 pabrik pemintalan, 5 pabrik penenunan, 5 pabrik finishing (pencelupan dan pencetakan), serta 12 pabrik garmen dengan total 50.000 karyawan.

Sritex kini tengah aktif menerapkan teknologi industri 4.0 demi meningkatkan efisiensi. Sepanjang 2013 hingga 2018, Sritex telah menghabiskan AS$100 juta untuk mengembangkan otomatisasi, robotisasi, dan digitalisasi pada sebagian lini produksi.

Perseroan juga tengah menyiapkan bisnis Hutan Tanaman Industri yang dapat memasok bahan baku serat rayon sendiri.

Untuk diketahui, Sritex juga melebarkan sayap bisnisnya di bidang serat rayon. Perusahaan mendirikan pabrik serat rayon dengan nama PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo. RUM diketahui memiliki kapasitas produksi 80 ribu hingga 90 ribu ton serat rayon per tahunnya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...tex-rugi-besar

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Kualitas udara Palangkaraya terburuk di Indonesia (Minggu, 29/09/2019)

- Tikus serang sawah seluas GBK, coba panggil tentara

- Bamsoet berbalik, dukung Airlangga jadi ketum

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
357
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread739Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.