Sinopsis

Perjalanan ini semakin menarik berkat ia yang berada disebalahku, berwujud layaknya manusia namun bukan manusia, kelebihannya tak satupun manusia yang dapat menandingi, aku senang menyebutnya malaikat, dan begitu pula teman-temanku memanggil aku dengan sebutan sahabat malaikat. Namuku Afrid berasal dari kelurga miskin tanpa ikatan kasta, hidup mandiri digelapnya hutan rimba, menelusuri setiap sudut negeri untuk mencari jati diri. 

Betapa besar syukurku terhadap alam yang telah memberikannya kedalam hidupku ini, berkatnya semua keinginanku terpampang jelas hanya menunggu waktu untuk mewujudkannya. Sejak pagi aku termenung memikirkan pencapaian-pencapaian menakjubkan selanjutnya, sembari mengawasi setiap rombongan manusia yang melewati jalan hutan ini. Menjelang matahari terbenam segerombolan bandit-bandit kerajaan mulai terdengar tawanya yang membuat aliran darah ini mengumpul ditangan kiri. Serasa ingin segara kupenggal leher mereka, bersama pasukanku tidak ada yang bisa menghalangi semua ini, terlebih malaikat disisiku sepertinya telah haus darah, setelah sepekan kita menikmati hasil rampasan diujung desa, bersama penduduk bodoh dan miskin itu.