Fenomena 'Sextortion', Pacaran Online yang Berujung Pemerasan

Beranda

...

The Lounge
Fenomena 'Sextortion', Pacaran Online yang Berujung Pemerasan

black stone

04-05-2017 03:51

Fenomena 'Sextortion', Pacaran Online yang Berujung Pemerasan

Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini nyatanya mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang telah lama dilakukan. Seperti contoh munculnya beragam jenis sosial media yang telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Nah, pesatnya perkembangan teknologi juga berpengaruh dalam menjalin hubungan tali kasih. Apalagi buat yang pacaran LDR Gan, perkembangan teknologi nyatanya mampu membuat hubungan LDR menjadi asyik karena bisa melakukan komunikasi via video dibanding dahulu yang hanya bertukar surat hingga sms. Ya kan? Ya kan?

Namun seperti banyak yang bilang, kemajuan zaman itu ibarat pisau bermata dua. Perkembangan teknologi kini tak hanya dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif saja, tapi dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kriminal.

CNN

Adalah Fenomena 'Sextortion' yang membuat banyak orang pusing tujuh keliling dibuatnya. Motifnya adalah sengaja mendekati wanita untuk menjalin hubungan melalui sosial media, dan ketika hubungan sudah terjalin erat. pelaku lalu meminta foto/video tanpa busana korban, dan ketika pelaku telah memilikinya, barulah pelaku melancarkan aksinya dengan memeras korban dengan ancaman foto tanpa busana tersebut akan disebarluaskan. Motif ini mirip-mirip dengan kasus penyebarluasan foto/video tanpa busana akibat kesal hubungan kandas
emoticon-Takut

Quote:

Janda Tua Juga Jadi Korbannya Gan

Ira (bukan nama sebenarnya) akhirnya menghapus semua akun sosial, pindah dari rumah yang pernah ditinggalinya selama 17 tahun, dan kehilangan hampir semua tabungannya setelah kencannya di online berakhir sebagai pemerasaan. Janda 53 tahun tersebut mengenal seorang pria lewat Facebook pada Maret lalu dan hubungan mereka berlangsung selama beberapa bulan. Ijul, demikian nama yang dikenal Ira, mengaku sebagai pengusaha Inggris yang tinggal di Hong Kong, dan berencana pindah ke kota tempat tinggal Ira, Melbourne.

"Kami berbicara lewat telepon (beberapa kali), dan dia mengatakan selalu sibuk rapat atau menghadiri konprensi sehingga lebih mudah berhubungan lewat pesan daripada kontak langsung. Saya sendiri sibuk dengan cucu dan pekerjaan saya, sehingga saya juga cocok dengan model hubungan seperti itu." kata Ira.

Hubungan Ira dan Ijul kemudian berkembang intim dan mereka saling mengirim foto-foto telanjang diantara mereka.

"Saya tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya (mengirim foto telanjang ke orang lain), namun saya yakin bahwa hubungan saya dengan Pete memang dekat, dan dia segera akan pindah." kata Ira.

Namun orang yang mengaku bernama Ijul, sebenarnya adalah penipu, yang kemudian mengancam mengirim foto dan video Ira ke majikan dan anak-anaknya bila Ira tidak membayar tebusan.

"Dia tahu daftar teman-teman saya di Facebook, dia tahu dimana saya bekerja karena adanya Linkedin, dan bahkan tahu nama boss saya. Awalnya dia meminta $ 3500 (sekitar Rp 35 juta), dan saya mengatakan tidak punya uang sebanyak itu. Dia akhirnya setuju $ 1800, dan saya mengirim dananya keesokan harinya." kata Ira.

Ira mengirim uang itu lewat jasa pengiriman online namun tidak melaporkan Ijul ke pihak berwenang. Dia pindah rumah tiga minggu kemudian karena kekhawatiran pemerasan akan terus berlangsung, atau Peter akan mengetahui rumahnya. Dia mengatakan kepada tiga anaknya yang sudah dewasa bahwa dia pindah untuk lebih dekat dengan cucu-cucunya.

Quote:

Kasus 'Sextortion' Memicu Perdebatan Tentang Privasi yang Dilindungi Konstitusi

Kasus 'Sextortion' juga menimpa artis sosmed bernama "YesJulz" yang diancam akan menyebarluaskan foto dan video tanpa busananya jika tak membayar tebusan sejumlah uang. Namun kasus ini menjadi mandek akibat pihak hukum tak bisa mendalami kasus ini lebih lanjut karena pelaku tak mau memberikan pasword iPhonenya kepada pihak berwajib. Mirisnya, pihak berwajib tak bisa menekan pelaku karena di Amerika Serikat terdapat sebuah peraturan untuk melindungi privasi seseorang.

Para korban Sextortion umumnya langsung menjadi anti sosial, mengalami depresi, putus sekolah atau mengalami penurunan nilai, serta terlibat dalam kegiatan bentuk lain yang merugikan diri sendiri pada tingkat yang mengkhawatirkan. Bahkan, sebuah analisis FBI di tahun 2015 menunjukkan dari 43 kasus sextortion yang melibatkan anak-anak sebagai korban mengungkapkan setidaknya dua korban bunuh diri dan sepuluh lainnya mencoba bunuh diri. Dengan demikian, setidaknya 28 persen dari kasus-kasus ini memiliki satu korban sextortion yang melakukan atau mencoba bunuh diri.

Dari kasus 'Sextortion' ini dapat kita ambil pelajaran jika kita harus benar-benar cerdas untuk memanfaatkan perkembangan teknologi sehingga tak mudah ditipu oleh oknum-oknum jahat yang dengan mengambil keuntungan melalui perkembangan teknologi.

emoticon-Toast