Oktober 2012
Perkenalken ane sinyo, seorang mahasiswa jurusan sejarah. Berwajah lumayan tamfan, pria berdarah ambon dan belanda. Sudah cukup perkenalanya, jangan banyak-banyak nanti rawan maho laknat.

Ane setiap malam selalu nongkrong dan hura-hura sekelar kuliah. Berangkat pagi, siang kuliah, sore istirahat, malam hura-hura begitu saja terus-terusan selama masih menjadi mahasiswa.

Jarak dari rumah ke kampus lumayan jauh, jadi transportasi KRL merupaken transportasi yang paling efisien untuk bulak-balik Bogor- Depok.

Suasana kereta itu sudah mulai akrab dengan diri ane, bahkan ada sebagian penumpang yang sedikit ane kenali wajahnya. Pokoknya anak kereta pasti tau deh, hampir setiap hari bertemu dengan orang yang sama.

Berhubung ane suka pulang tengah malam, maka kereta terakhir itu telah cukup mengenali ane, kondisi remang-remang distasiun UI telah menyatu dengan diri. Sepi, sunyi, seram Itu hal yang biasa jika kita selalu pulang di jam akhir perjalanan kereta.

Kebetulan kalo sudah jam 11 malam di stasiun UI itu memang pasti sepi. Hanya sedikit orang yang sedang tidur dikursi stasiun. Mungkin mereka itu gembel-gembel yang biasa menetap di stasiun.

Lagi enak-enaknya menunggu kereta datang, Sedikit ane mendengar suara rintihan wanita yang kesakitan dan meminta tolong kepada ane. Bagai anak kecil yang merenggut kelu, wanita itu sedih menangis pilu.

Tolongg Sakittt Hikkss Hikksss Sakittt Hikkss..

Mata ane melirik mencari sumber suara, kampret banget rupanya setan yang sedang menangis. Wajah wanita itu sudah tidak berbentuk lagi, bola matanya sudah pecah, batang lehernya hampir putus, semua pakainya telah dilumuri darah segar en tentunya tercium bau bangkai busuk yang menyengat.

Mungkin wanita itu korban tertabrak kereta.
lirih hati ane berbisik dalam hati

Ane cuek sambil menghisap rokok dalam-dalam. Ane tak takut dengan eksistensi mereka. Bagi ane mereka itu hanya segolongan bangsa jin yang ingin menakuti agar diri ane ini tunduk pada mereka.

Hahahahahahhaha wukwukwuk

Terdengar suara wanita yang sedang cekikikan, hampir mirip dengan siulan burung hantu. Ane melirik ke setan yang tadi, kini dia sudah berubah
menjadi kuntilanak, lalu dia terbang kearah kampus UI. Yaela ane Bodoamat, kaga takut !



Terlihat dari arah utara cahaya lampu kereta yang mendekat, ane lalu bersiap-siap berdiri diperon Stasiun UI untuk menyambut kereta yang akan tiba menjemput ane.

Lah kok yang datang itu kereta ekonomi bukan commuter line ?

Pertanyaan itu muncul sejenak dalam benak ane, alahh bodoamat ane naiki saja kereta itu, mau kereta commuter atau kereta ekonomi itu sama saja, yang penting ane cepat pulang sampai bogor.

Hussttt...
Angin malam menghembusken diri ane.

Ane bergegas mencari bangku yang kosong, lalu duduk merebahken badan yang sudah lelah ini. Sekilas ane melihat situasi dalam kereta, rada gelap en wajah penumpangnya pun gak terlihat. Mereka semua seperti menunduk, mungkin ketiduran.

Pakaian mereka serba putih, terasa ganjal bagi ane. Ane iseng melihat wajah penumpang sebelah kursi ane, wajahnya hitam kelam seperti bekas kebakaran. Firasat ane sudah gak enak, cuma ane tahan dan tak mau menunjuken ketakutan.

Tak lama kemudian kereta berhenti gak bergerak, Ane melihat disekeliling dibalik jendela kereta, ebuset sudah sampai stasiun bogor aja. Perjalanan dari Depok sampai Bogor hanya memakan waktu sekitar lima menit, aneh en diluar logika.

Dari sebrang peron tujuh terlihat jelas bangunan peninggalan belanda bergaya Indische Empire Neo Klasik, ya tentunya bangunan tua peninggalan belanda itu bernama stasiun bogor.


Stasiun Bogor

Ane lalu cepat-cepat turun dari kereta, melangkah cepat agak berlari. Sekilas ane tengok kebelakang. melihat kereta ekonomi yang ane naiki tadi. Sungguh aneh, kereta ekonomi telah menghilang, berganti dengan kereta commuter yang terparkir.

Langkah ane semakin cepat, hati ane mulai sudah tidak karuan karena sedikit muncul rasa ketakutan. Baru kali ini ane menaiki kereta hantu, untungnya karakter bawaan ane selalu tenang. Bawa santai.

Tuuutttt...Tuutttt...Tuuuttt..

Kereta Uap Lokomotiv

Ane melihat ada kereta yang akan tiba, bukan kereta ekonomi ataupun kereta commuter. Bentuk kereta itu jadul banget, seperti kereta uap lokomotiv berwarna hitam pekat. Entahlah.

Disebrang peron satu stasiun bogor ane melihat beberapa orang belanda yang sedang menunggu kedatangan kereta untuk membawa dirinya. Betul-betul mirip dengan foto dibawah ini.


Foto Peron 1 Stasiun Bogor

Kereta itu berhenti tepat di peron satu stasiun bogor, ane hanya memperhatiken kereta lokomotiv itu dari jarak yang dekat.

Ane kagum melihat para penumpangnya, mereka terdiri dari Meneer, Sinyo, dan Noni-Noni Belanda. Layaknya seperti di dunia, kereta itu berhenti untuk menaiki dan menuruni penumpangnya

Pakaian para penumpang setan belanda itu ada yang berwarnah putih en cokelat layaknya model pakaian zaman dulu. Mereka rata-rata berfisik baik, hanya segelintir setan belanda yang menyeramken

Sebagai peranakan belanda, ane sedikit ada rasa ketertariken untuk menaiki kereta uap lokomotiv peninggalan belanda. Ane cukup penasaran ingin menaiki kereta peninggalan nenek moyang ane.

Ane langkahken kaki ini, ingin tahu suasana didalam kereta uap lokomotiv berwarna hitam pekat. Banyak penumpang belanda yang duduk, sinyo dan noni kecil belanda yang berlarian didalam kereta sepertinya mereka sedang main kejar-kejaran.



Sedikit informasi, "Sinyo" merupaken panggilan untuk lelaki belanda, Sedangken "Noni' juluken untuk wanita belanda. Itu panggilan akrab di zaman penjajahan.

Namun sayang, ketika kaki ini baru saja mendarat di kereta, pergeraken roda besi kereta telah saling berputar. Perlahan-lahan semakin cepat. Ane mulai panik karena takut entah dibawa entah kemana oleh para makhluk ghaib, Ane pasrah.

Ane mendengar suara makian di gerbong sebelah, suara lelaki tua berbahasa belanda namun sedikit agak bercampur dengan bahasa indonesia.

Heii !!! Yey Soetoro kampongan, inlander baik, yey bagaiken anjing-anjing eik di holland, o'verdomme. Yey orang tak tau diri, angkat kaki yey dari muka eik !

Eik ejaan sebenarnya "Ik" : Aku
Yey ejaan sebenarnya "Je" : kamu
Inlander : Bahasa belanda, artinya orang pribumi

Ane kasian dengan orang pribumi yang bernama soetoro itu, dia ditendang dan dihina oleh meneer belanda berprawaken gendut dan berkumis tebal berwarna pirang.

Sejahat itukah nenek moyang ane ?
Lirih dalam hati ane berkata.

Ane merasa malu dalam diri ane telah mengalir darah belanda yang jahat dan semena-mena. Apakah semua nenek moyang ane itu jahat ? Wallahualam.

Ane cuma bisa telan ludah, mau lompat dari kereta cuma ane takut luka. Lebih baik ane berdiam diri sambil meratapi takdir sambil melihat suasana sekitar dalam kereta.

Ada kursi kayu jati yang kosong dan tidak terisi oleh penumpang, lalu ane duduk disamping Meneer belanda berprawaken kurus yang sedang menghisap tembakau cerutu.

Hij Sinyo, Goedenacht
Hai sinyo selamat malam

Goedenacht meneer
Selamat malam juga meneer

Sinyo, wat's je naam ?
Sinyo, Siapa namamu ?

Meneer itu ramah banget, belum kenal saja dia udah menyapa dengan bahasa pergaulan, bukan bahasa baku. Masih ada nenek moyang ane yang terkesan ramah.

Mijn naam's Enje Maroschlijk, en je meneer ?
Nama saya Enje Maroschlijk, dan kamu tuan ?

Mijn naam's Cornelies Van De Schatz
Nama saya Cornelies Van De Schatz

Jawabnya, meneer itu pun kembali mengajak untuk berkomunikasi. Sambil menepuk bahu ane, meneer itu sedikit berbisik

Welkom naar Buitenzorg
Selamat datang di Bogor

Senyum tipis meneer itu mulai mengembang, Ane mulai takut bukan kepalang, berharap ini semua hanya sebuah mimpi. Mimpi dalam gelap malam. Dalam batin ane melaknat dan memaki situasi ini.

O'Verdomme !
Oh kampret banget !

Sinyo, waar kom jij vandaan ?
Sinyo, kamu orang mana ?

Ik kom uit amboina, en je meneer ?
Saya orang ambon, dan kamu tuan ?

Ik kom uit batavia
Saya orang batavia

Sinyo, Prettig Kennismaken
Senang berkenalan denganmu

Graag gedaan, dank je wel
Sama-sama, terimakasih.

Ane sudah tau nama en asal-usul meneer belanda itu, Karena dia mengajak berkenalan duluan, tentunya ane akan balik nanya. Semacam basa-basi en sedikit beretika.

Ane membakar rokok en menghisap dalam-dalam, itu semua untuk menenangken rasa ketakutan. Ane melihat keatas, asap rokok ane en asap cerutu meneer menyatu dilangit-langit atap kereta. Fatamorgana kah ? Entahlah, wallahualam.


Tuuuttt... Tutttt... Tuuttt..



Suara klakson kereta tua sedikit menghibur hati. Ane melirik kesamping, melihat ibu dan noni kecil yang sedang bergandengan tangan. Terlihat jelas si anak itu menggengam boneka kusam ditanganya.



Diantara sayup-sayup suara langkah kereta, terdengar pelan suara noni itu bernyanyi bahasa belanda dengan nada krontjong van indische.

Maar nu been je van een ander ..
Voorbij is de romantiek ..
Kom toch terug bij mij weder ..
Jou wergeten kan ik niet ..


Perjalanan ini terasa sangat menyedihken, nyanyian noni belanda itu akhir dari segala kisah peradaban. Betul, itu pertanda akhir peradaban zaman kolonial.

The End