Skandal “Papa Minta Cium” Pak Kades Didesak Mundur
TS
wartawan.bodrex
Skandal “Papa Minta Cium” Pak Kades Didesak Mundur
NASIB Ketua Desa ini benar-benar mirip Ketua DPR Setya Novanto. Dia didesak mundur gara-gara skandal dengan bukti rekaman. Bedanya, Setya Novanto dibekingi partainya, sedangkan Samsul, 40, tak punya pengayom. Paling celaka, istri sendiri justru yang merekam dialog mesra dia dengan WIL-nya.
Kades selingkuh dengan istri orang memang bukan berita baru. Tapi jika Pak Kades tega ndhemeni bini sesama Kades, mungkin ini baru terjadi di Kabupaten Probolinggo (Jatim). Kok bisa-bisanya itu lho. Suka jalan bareng ketika rapat di kecamatan bahkan kabupaten, eh di belakang layar Pak Kades suka “rapet” dengan bini sesama Kades. Mungkin bagi Bu Kades, jabatan memang sama, tapi goyangan nyata benar bedanya!
Sesama Kades, Samsul yang Kades Jabung Wetan sering pergi rapat bersama di Kecamatan Paiton dengan Kades Mutadi, 38, dari Desa Jabung Candi. Mereka juga sering adu program, bagaimana kiatnya memajukan desa lewat Dana Desa yang akan mengucur setiap tahun rata-rata Rp 750 juta itu.
Istri-istri mereka juga sering menemani, lebih-lebih dalam acara PKK. Nah dari sinilah pangkal persoalan mulai timbul. Dasar Kades Samsul punya penyakit mata keranjang, melihat Ny. Meli, 30, istri Kades Mutadi dari Desa Jabung Candi, otaknya suka ngeres, membayangkan yang mesum-mesum. Maka bila mana dalam pertemuan di kecamatan maupun kabupaten terlihat Ny. Meli, mata Kades Samsul jadi kayak sokle di pasar malem.
Rupanya tak sia-sia Kades Jabung Wetan ini jadi juru pantau bini orang. Soalnya Ny. Meli ternyata memberi respon yang gegap gempita. Terbukti ketika diajak jalan-jalan di luar acara PKK dan Dharma Wanita, dia mau saja. Padahal pada akhirnya, bini Kades Jabung Candi itu malah diajak blusukan masuk hotel. Perempuan mau dibawa lelaki masuk hotel mau apa lagi, jika tidak untuk uji coba alutsista non TNI?
Berapa lama mereka menjalin perselingkuhan, tak ada jurnalnya. Yang jelas lama-lama istri Kades Samsul curiga akan ulah suaminya. Karena suami suka kontak-kontakan lewat telepon rumah –pas kehabisan pulsa ngkali– Bu Kades diam-diam mencoba merekamnya. Ini nantinya akan dijadikan alat bukti membongkar kelakuan suami.
Spoiler for mix berita:
Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming iming hadiah itu.
Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.
"samsul?", seruku tak percaya.
"Halo Elly... lama tak jumpa... bagaimana kabarnya?", kata samsul dengan senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.
"samsul... apa yang kamu lakukan ini? Ingat samsul, aku ini kakak iparmu. Tolong lepaskan aku..", aku mencoba menyadarkan samsul walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.
Aku tahu samsul memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. samsul adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun. Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, samsul nekat dan nyaris berhasil merudapaksaku. Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.
Mendengar kata kataku, samsul hanya tertawa. Ia mendekatiku dan 'krek…'. samsul merenggut braku hingga tali talinya putus.
"Aduh…", aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik samsul. Aku memejamkan mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki lain selain suamiku.
"Elly… Elly… kamu kira aku sebodoh itu sudah bersusah payah menjebakmu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila, Elly", kata samsul sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.
"samsul, kamu gila… lepaskan aku!!", aku mulai panik dan membentaknya.
'breeet… breeet'… seruanku dijawab samsul dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.
Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi samsul dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.
"Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok", ejek samsul yang sudah bersiap di selangkanganku.
Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, "samsul, tolong jangan begini… aku ini kakakmu… kakak iparmu… masa kamu tega berbuat begini padaku…".
samsul tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, "Diam Elly. Kamu telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai aku".
Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?
Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, samsul melanjutkan, "Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!".
Berkata begitu, samsul menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman penis samsul saat samsul mulai memajukan pinggulnya.
Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.
Tapi rupanya samsul marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.
"Jangan coba coba lagi Elly, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua kacungku di depan itu!", ancam samsul dengan suara yang mengerikan.
Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, "Kamu gila.. samsul".
samsul hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis samsul menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis samsul.
Aku mulai menangis saat samsul memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vaginaku dipompa penis samsul yang cukup besar.
Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah samsul yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.
"Elly… punyamu enaak", erang samsul dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.
Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi samsul memang sudah kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan kuat.
Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa terhina karena dirudapaksa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.
Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis samsul yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.
Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan penis samsul melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.
samsul tertawa sinis dan mulai menghinaku, "Ternyata kamu menikmati punyaku juga Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..".
Sambil menghinaku samsul terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasme.
"samsul… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh", aku mulai mengerang dan melenguh.
"Kenapa El? Enak ya?", ejek samsul dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.
"Kamu…", aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.
Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.
"Oh Elly… kamu cantik sekali kalau seperti ini", desah samsul yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa samsul semakin menjadi jadi.
Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.
Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak "Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…".
Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan samsul sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.
Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam samsul terus memompa liang vaginaku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…
Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya samsul sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain samsul. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan samsul bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.
"Jangaaaan", aku menjerit ngeri.
Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.
"Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…", aku mengumpat dalam keputus asaanku.
Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat samsul masuk, dan memegang handycam.
Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.
"Biadab kamu samsul… Kamu kan sudah janji..", aku langsung terdiam.
Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.
"Kenapa Elly? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…", samsul tertawa dengan memuakkan.
Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman samsul sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung samsul ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.
Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.
"Wow.. air susu Elly", kata samsul sambil menyorot mulut kedua kacungnya.
Kedua orang itu menelan air susuku.
"Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?", tanya samsul penasaran.
"Gurih abis bos, susu amoy gini", kata Anto.
"Lebih enak dari susu sapi", sambung Seto.
Kurang ajar sekali mereka ini. Dan samsul kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.
"Aku juga ingin coba", gumannya.
Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.
"Bos, susunya diremas", kata Anto.
"Bisa tambah banyak keluarnya", Seto menyambung.
Maka samsul menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.
"Susu yang enak, Elly", kata samsul dengan nada puas.
"Nanti aku minta lagi", sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.
"Lanjutkan", perintah samsul pada Anto dan Seto.
Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu samsul mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan.
Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik samsul.
Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si samsul. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.
Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.
Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang samsul terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.
Perlahan samsul mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh samsul. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.
"Sudah… hentikaaan…", aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.
Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, "Ooouuuhhh… bu Ellyyy…".
Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan samsul segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan samsul terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, samsul menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku.
"Elly, ayo kulum", perintah samsul.
Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.
Penderitaanku belum selesai.
"Buka mulutmu, Elly", perintah samsul sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.
"Perlahan!", perintahnya lagi.
Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan samsul terus menyorot mulutku.
"Bagus", katanya dengan puas.
Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik samsul. Panas sekali wajahku rasanya, untungya samsul kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.
Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.
"Aaaaarrrrghh… Bu Ellyyyyy…", jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.
Akhirnya Kades Samsul kena juga. Dalam rekaman yang berdurasi 30 menitan itu terekam bagaimana isi dialog-dialok mesra antara dia dengan Ny. Melia istri Kades Mutadi. Tak hanya soal “sun dong yank” tapi juga mengatur tempat di mana lokasi paling aman untuk berkencan ria.
Nah, rekaman ini kemudian kopinya dikirim pada Mutadi suami Melia. Wah mendengar dialog-dialog dalam rekaman itu, dia jadi naik pitam. Langsung saja dia membawa kasus ini ke Pengadilan Agama untuk bercerai. Lebih dari itu Pak Kades juga mengerahkan massanya ke Balaidesa Jabung Wetan, minta Kades Samsul mengundurkan diri. “Saya siap mati demi membela kebenaran dan harga diri,” katanya.
Paling celaka adalah Kades Samsul itu sendiri. Dia tak punya keberanian untuk niru-nitu Ketua DPR Setya Novanto, apa lagi membayar pangacara sekaliber Firman Wijaya. Padahal kalau mau, tinggal konsultasi dengan trio MKD dari Golkar, bagaimana caranya mempermasalahkan legalitas rekaman, legal standing istrinya ketika menyerahkan rekaman itu pada Kades Mutadi. Padahal jika tak bertindak cepat, posisinya sudah di ujung tanduk.
Makanya, jangan suka “nanduk” bini orang, apa lagi sesama Kades. (BJ/Gunarso TD)