1. Alumni STAN. Berbekal pendidikannya dia mencoba merintis kiprahnya secara nasional. (Baca di: http://www.beritasatu.com/nasional/2...rman-said.html)

2. SS mendirikan Masyarakat Tranparansi Indonesia (MTI) untuk membangun persepsi bahwa dia lahir dari rahim komunitas yang memperjuangkan keterbukaan dan perlawanan atas korupsi. (baca di: http://infotambang.com/menelusuri-re...id-p1365-1.htm)
3. Karir politik SS bermula ketika dia masuk sebagai anggota Tim Penataan Bisnis TNI, sebagai amanat perusahaan.

4. Menjadi Senior Vice President (SVP) untuk Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina kala Ari Soemarno menjadi Dirut. SS bisa menjadi SVP dengan bantuan Endriartono Sutarto yang menitipkan namanya ke Ari Soemarno. (Baca di: http://profil.merdeka.com/indonesia/...sudirman-said/)

5. November 2008, SS menandatangani Sales and Purchase Agreement atas nama ISC Pertamina untuk volume 4 juta barel minyak mentah dengan harga yang telah diatur. SS menyalahi prosedur tata cara pengadaan minyak di Pertamina yang tak memperbolehkan penunjukan langsung dan tidak disepakati oleh SVP lainnya, Karen Agustiawan dan Windhyawan Prawiraatmadja. Karen yang menjadi Dirut menggantikan Ari Soemarno membatalkan itu dan memutasi SS. (Baca di: http://www.jpnn.com/index.php?mib=be...tail&id=266041)

6. Selepas dicampakkan dari ISC Pertamina karena kelakuannya yang tidak transparan, SS ditampung oleh Indika Energy, salah satu perusahaan energi dan migas nasional. Karirnya diawali dari Direktur SDM di Petrosea dan jadi Direktur SDM di holding Indika Energy. (Baca di: http://news.detik.com/berita/739459/...tunggu-perpres)

7. Setelah dari Indika Energy, SS menjadi Dirut Pindad, perusahaan plat merah yang bergerak di alat persenjataan dan kendaraan tempur. SS bisa masuk berkat peran Syafrie Syamsoeddin, yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan, Menhan-nya Purnomo Yusgiantoro. Keduanya adalah bagian dari Tim Penataan Unit Bisnis TNI. (Baca di: http://www.beritasatu.com/nasional/2...rman-said.html)

8. SS menjadi menteri ESDM Kabinet Kerja. SS kewalahan menjalankan program kerjanya di kementerian ESDM. Serapan anggarannya sangat rendah. Hingga 18 November 2015, anggaran yang terserap hanya 35,70%. Selain itu ESDM gagal menangani BBM bersubsidi, proyek 35 ribu MW kacau balau, kondisi internal ESDM juga buruk, dan masih banyak program lain yang tidak berjalan. (http://finance.detik.com/read/2015/1...anyak-sumbatan)