Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fasterthhAvatar border
TS
fasterthh
Sumeria : Legenda Bangsa yang Turun dari Langit
THREAD ANE LAINNYA:
Sumeria : Legenda Bangsa yang Turun dari Langit
Teori evolusi, level paling rendah alias awam banget. PART 2
12 Misteri Peradaban di dunia yg belum terpecahkan


Sumeria : Legenda Bangsa yang Turun dari Langit



Sumeria adalah sebuah peradaban umat Manusia tertua di Dunia yang terletak di wilayah Timur Tengah tercatat dalam sejarah (sekitar 3.500 - 2.300 tahun SM) bangsa Sumeria berada di wilayah kota negara Mesopotamia kuno (Irak Tenggara) dari catatan terawal abad ke-4 SM sampai munculnya Babilonia pada abad ke-3 SM. Mereka telah mengenal bercocok tanam dan sudah memiliki sistem pengairan. Bangunan-bangunan mereka dibuat dari lumpur. Mereka juga menganut agama Politheisme (lebih dari satu tuhan/dewa).


Letak geografis mesopotamia di masa kini
Spoiler for Letak geografis mesopotamia di masa kini:

Mesopotamia on google map


Kebudayaan Sumeria dan Dewa-Dewanya
Spoiler for Kebudayaan Sumeria dan Dewa-Dewanya:

Old Map

Bangsa Sumeria sering disebut sebagai ‘peradaban yang muncul secara tiba-tiba’. Ini karena memang kebudayaannya yang tiba-tiba muncul pada tahun 5000 SMtanpa adanya proses evolusi, seperti halnya berbagai kebudayaan dunia yang lain. Dalam berbagai buku sejarahyang saya baca sejak SD sampai SMA dulu, bangsa Sumeria selalu disebut sebagai kebudayaan manusia yang tertua, terletak di antara sungai Euphrat dan Tigris, Mesopotamia (sekarang menjadi wilayah negara Irak). Dalam waktu yang relatif singkat, kebudayaan bangsa Sumeria berkembang menjadi kebudayaan maju, yang menguasai ilmu matematika, sains, astrologi, arsitektur, agrikultur, dan diakui menjadi penemu roda, persenjataan militeristik, dan yang terpenting adalah sistem penulisan pertama di dunia. Bagaimana kebudayaan yang paling kuno dan primitif dapat memiliki pengetahuan semaju itu? Apabila ditelusuri lagi, kebudayaan-kebudayaan yang muncul sesudah itu hanya dapat mengadopsi sebagian-sebagian saja dari seluruh kebudayaan bangsa Sumeria tadi.

Saya meyakini bahwa awal pengertian terhadap suatu kebudayaan harus diawali dengan mencari arti atau definisi dari nama kebudayaan itu. Kata ‘Sumer’ berarti ‘Tempat Penguasa Cahaya’. Alasan atau logika apa yang mendasari penamaan itu? Mungkin saja ‘cahaya’ disini berarti pengetahuan atau pencerahan seperti halnya dalam kebudayaan-kebudayaan yang lain di dunia. Yang menarik, bangsa Sumeria menyebut dirinya ‘ùĝ saĝ gígpe’ yang diartikan sebagai ‘orang-orang berkepala besar’. Logika dibalik ini masih tak terpecahkan, karena bangsa Sumeria tak berbeda secara biologis dengan manusia lain pada periode yang sama. Oleh karena itu terdapat kemungkinan bahwa penyebutan ini menunjukkan bentuk tubuh apa yang mereka inginkan/cita-citakan, atau apa yang terkoneksi dengan mereka dengan cara tertentu, Ditambah lagi mitologi Sumeria yang menyebutkan banyak cerita mengenai peperangan antara manusia dan Dewa, interaksi antara manusia dan Dewa, serta transfer pengetahuan antara manusia dan Dewa.

Kebudayaan Sumeria sampai saat ini diakui masih sulit untuk digapai, tidak seperti kebudayaan-kebudayaan lainnya di dunia. Hal ini karena pada peninggalan-peninggalannya terdapat persilangan antara ‘realitas’ dan ‘mitos’. Sebagai contoh, salah satu hal yg mendorong lahirnya “kegilaan” pendapat ini salah satunya bila kita melihat kemajuan pengetahuan astronomi bangsa Sumeria yg memang membuat takjub manusia modern, misalnya mereka mengetahui benda-benda langit tanpa bantuan teleskop, ditambah mereka yakin bahwa sabuk asteroid (darimana coba, mereka tau?) itu berasal dari sebuah planet yang hancur, yang disebut Tiamat, yang hancur karena bertubrukan dengan bulan dari Nibiru.

Tapi pada dasarnya, kebudayaan Sumeria berdasar pada kepercayaan Polytheistic yang menerangkan sebab akibat antara Dewa dan manusia. Dewa yang disembah disebut Annunaki (terkadang Ananaki) yang artinya ‘mereka yang mempunyai darah bangsawan’ atau juga dapat berarti putra dari langit (Anu) dan (Na) Bumi (Ki) atau lebih populer diterjemahkan sebagai “Mereka yang datang dari langit”. Tapi bangsa Sumeria tidak pernah menyebut Annunaki sebagai Dewa, melainkan ‘din.gir’. ‘Din’ berarti ‘suci, murni, terang, bercahaya’, dan ‘Gir’ lazim digunakan untuk mendeskripsikan benda yang berujung tajam. Jadi ‘din.gir’ dapat diartikan ‘mereka yang suci dan berasal dari benda yang berujung tajam’. Julukan lainnya adalah ‘Elu’ yang berarti ‘mereka yang di tempat tinggi’ yang kemudian berevolusi ke dalam bahasa Babylonia, Assyria, dan Yahudi menjadi ‘EL’ – yang dikonotasikan oleh bangsa Yunani sebagai ‘Tuhan’. Bagaimana bentuk ‘Dewa’ Sumeria ini, dan apa peran keberadaan mereka diantara bangsa tertua dalam sejarah manusia modern?

Spoiler for spoiler:


Anu adalah Dewa utama bangsa Sumeria, Dewa Langit, Dewanya dewa-dewa. Dia adalah dewa tertinggi yang merupakan ayah dari Annunaki, mempunyai kekuatan untuk menghakimi yang melakukan kejahatan.
Spoiler for SPOILER:



Enki atau Ea adalah Dewa Air, tapi lebih dikenal sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan, karena Enki adalah Dewa yang mengajari manusia tentang pengetahuan. Enkiberarti Lord (En) of Earth (Ki). Enki juga dikenal sebagai Dewa Kehidupan dan Pelestari, dan dilambangkan mengalirkan air dari bahunya.

Enki, Prometheus yang sebenarnya

Menurut mitologi Yunani, Prometheus adalah Dewa yang mencuri api dari Zeus dan memberikannya ke manusia, dimana api merupakan lambang dari pengetahuan. Prometheus dianggap sebagai simpatisan manusia dimana dia menentang Dewa-Dewa yang lain dan mengajarkan pengetahuan yang terlarang untuk manusia. Seperti halnya Enki, yang disebut sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan. Enki adalah salah satu pemegang kunci pengetahuan yang disebut ME, yang mengandung rahasia teknologi, pengembangan kemasyarakatan, agrikultur, dan lain-lain.

Spoiler for SPOILER:


Tablet yang menggambarkan transfer pengetahuan Dewa (di bagian luar) ke manusia (raja di bagian dalam), semuanya mengelilingi Pohon Pengetahuan (tengah)

Spoiler for SPOILER:


Tablet di atas adalah dari kebudayaan Assyrian (turunan dari Sumeria) yang menggambarkan Dewa-Dewa Anunnaki di bagian luar dan manusia di bagian dalam. Menurut para sejarawan, Enkidigambarkan sebagai salah satu Dewa di kiri atau kanan, memberikan kehidupan untuk manusia, menyediakan pencerahan spiritual dengan Pohon Pengetahuan yang berada di tengah-tengah. Semua dengan dilindungi oleh Anshar (Dewa yang terbang) dari atas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Enki memberikan pengetahuan dan pencerahan kepada umat manusia. Penggambaran Pohon Pengetahuan yang ditransfer oleh Enki ke manusia sering digambarkan sebagai ular kembar (seperti tablet di atas). Pada ilmu pengetahuan modern, ular kembar inilah yang digunakan sebagai lambang pengobatan (ilmu kedokteran). Tapi yang anehnya, bentuknya juga mirip dengan DNA manusia.

Spoiler for mirip dengan DNA manusia:



Dari kemiripan Pohon Pengetahuan dengan struktur DNA manusia tersebut, banyak peneliti dan sejarawan yang menyimpulkan bahwa ‘Dewa’ itulah yang dipercaya bangsa Sumeria menciptakan manusia pertama, bernama Adam, pada saat mereka ‘datang’ ke Bumi 400.000 tahun yang lalu. Anunnaki juga menurut catatan Saumerian adalah yang menciptakan “manusia” dengan cara mengambil DNA mereka & mencampurkannya dengan DNA mahluk bumi (kera jaman purba). Tentu saja istilah DNA belum dikenal pada jaman itu.

Tapi apakah kebetulan juga bahwa dalam DNA manusia terdapat 223 gen yang tidak ditemukan dalam DNA semua makhluk hidup lain yang ada di permukaan bumi? Seolah ke-223 gen itu muncul tiba-tiba tanpa asal muasal. Inilah yang benar-benar disebut kalangan ilmuwan sebagai“missing link”. Di antara 30.000 gen manusia, jumlah 223 memang terkesan sangat kecil, bahkan tidak mencapai satu persen. Tapi 223 gen itulah yang membedakan manusia dengan simpanse.

Lebih detil lagi berdasarkan apa yang tercantum dalam tablet-tablet peninggalan Sumeria, Enki-lah yang menjadi biological designer, bertanggung jawab menyilangkan DNA manusia dengan DNA ‘Dewa’. Tujuannya, berdasarkan tablet-tablet tersebut rupanya Annunaki ingin menciptakan ras pekerja/budak yang dapat bekerja mengeksploitasi kekayaan bumi untuk mereka. Sebelum adanya ras pekerja itu, kaum Annunaki harus mengerjakan semuanya sendiri.

When the gods like men
Bore the work and suffered the toil-
The toil of the gods was great,
The work was heavy, the distress was much


Ketika para dewa seperti laki-laki
Menanggung pekerjaan dan menderita kerja keras
Jerih payah para dewa itu agung,
Pekerjaan itu berat, tekanan itu banyak
(dari salah satu tablet peninggalan Sumeria)

Rupanya muncul keresahan di antara kaum Annunaki, yang hampir berujung pada pemberontakan. Untuk mencegah itu, maka Enlil meminta Enki untuk membuat ras pekerja yang mudah diatur dan dikendalikan. Para pekerja itu sengaja tidak diberikan pengetahuan yang memadai, sehingga selalu menuruti perintah Enlil. Para pekerja itulah yang membangun piramid dan Sphinx (dengan kepala singa, sebelum penduduk Mesir mengganti kepala Sphinx yang hancur akibat banjir besar dengan wajah Pharaoh pada sekitar 3000 SM).

Namun seperti halnya mitologi Prometheus di Yunani, rupanya Enki merasa kasihan dengan kaum pekerja itu yang tidak mempunyai kebebasan spiritual. Akhirnya kurang lebih pada 5000 SM, setelah ratusan ribu tahun para ‘Dewa’ menguasai Bumi dan manusia, Enki membuka Pohon Pengetahuan supaya manusia dapat mempelajarinya, meski ‘Dewa-Dewa’ yang lain menentangnya. Itulah yang menyebabkan kebudayaan Sumeria tiba-tiba menjadi maju dan menguasai berbagai teknologi, kemudian ditularkan ke kebudayaan-kebudayaan yang muncul sesudahnya. Sebuah hipotesis yang masih diperdebatkan hingga kini.
Enki dan Pohon Pengetahuan dalam berbagai kebudayaan, tradisi, serta religi

Spoiler for SPOILER:


Penggambaran ular dalam Pohon Pengetahuan juga terdapat dalam berbagai kebudayaan, misalnya Mesir dan Yunani. Banyak peneliti meyakini bahwa Thoth (Dewa Mesir) adalah anak dari Enki, atau malah Enkisendiri. Bagi mereka yang mempelajari budaya Mesir dan Yunani pasti mengetahui bahwa Thoth adalah nama lain dari Hermes (Dewa Yunani), dengan nama Hermes Trismegistus. Dia mewarisi sebuah tongkat (disebut caduceus) dari Enki yang bentuknya sama dengan Pohon Pengetahuan.

Konon tongkat tersebut diwariskan turun temurun berbagai generasi, akhirnya yang terdokumentasi adalah ketika Musa menggunakan tongkat tersebut untuk menghadapi Fir’aun Ramses. Berbagai peristiwa tercatat dalam Injil dan Al-Qur’an, antara lain tongkat itu berubah menjadi ular besar dan memakan ular kecil-kecil milik dukun-dukun Pharaoh, juga Musa menggunakan tongkat itu untuk membelah Laut Merah ketika exodus dari Mesir. Apakah istilah ular besar dan ular kecil itu merupakan simbolisasi bahwa penguasaan pengetahuan Musa jauh lebih maju dari dukun-dukun Pharaoh? Hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Selain Yunani dan Mesir, hubungan antara penggambaran ular dan transfer pengetahuan dari ‘Dewa’ kepada manusia rupanya juga terdapat di agama Buddha dan Hindu. Dikisahkan bahwa Siddharta Gautama, sang Buddha, setelah mendapatkan pengetahuan dan pencerahan spiritual selalu digambarkan dengan dipayungi/dilindungi oleh ular raksasa yang berada di belakangnya. Sementara di agama Hindu, ular (disebut nāga) merupakan bentuk keseimbangan alam. Dia merupakan pelindung dan pembawa kemakmuran, tapi juga dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan kekeringan jika manusia tidak memperlakukannya dengan baik. Dapat menjadi analogi dari pengetahuan juga bukan?

Demikian pula pada kebudayaan-kebudayaan lain seperti China, Indo-China, suku Indian, Maya, Viking, Afrika, Aborigin, dan hampir seluruh kebudayaan lainnya, ular atau naga selalu dipuja-puja sebagai pelindung manusia yang membawa kemakmuran. Bahkan mahkota pharaoh Mesir mempunyai ujung/puncak mahkota berupa ukiran ular. Saya yakin bahwa semua simbolisasi ular itu terkait dengan Pohon Pengetahuan yang ditransfer oleh Enki kepada manusia, dimana pengetahuan bisa membawa kemakmuran tapi juga sekaligus dapat membawa bencana jika disalahgunakan oleh manusia.
Annunaki dan banjir besar

Kita semua sudah tak asing dengan kisah banjir besar Nabi Nuh (dalam Al-Qur’an) atau Noah dalam kitab Injil. Dan kita juga mengetahui bahwa legenda banjir besar itu juga tersebar luas dalam berbagai kebudayaan di dunia, misalnya di China, Indochina, India, Indonesia, Australia, Andaman Islands, New Zealand, Malaysia, Yunani, Jerman, Irlandia, Finlandia, Amerika (Aztec, Caddo, Hopi, Maya, Inca, Mapuche, Menominee, Mi’kmaq), Polynesia, dan lain-lain. Namun dari semua kebudayaan itu, tidak ada yang menonjolkan satu tokoh manusia tertentu seperti halnya dalam Injil atau Al-Qur’an.

Ternyata, sebuah tablet peninggalan Sumeria yang dibuat sekitar tahun 1700 SM menceritakan kisah seorang tokoh manusia bernama Ziusudra yang diberi informasi oleh Enki bahwa akan terjadi banjir besar yang menenggelamkan seluruh Sumeria, dan Enki memerintahkannya untuk membuat kapal raksasa yang dapat mengangkut sebanyak-banyaknya orang. Dikisahkan bahwa Enlil mengetahui bagaimana banjir tersebut akan terjadi, namun memilih untuk diam karena dia memang berniat untuk menghapus peradaban Sumeria berikut penduduknya. Dari tablet-tablet itu pula dikisahkan bahwa waktu itu di Sumeria sudah banyak orang-orang hasil perkimpoian antara kaum Annunaki dengan manusia.

Kaum “campuran” ini berukuran raksasa, dan bersifat memberontak terhadap Enlil. Menyadari bahwa kaum tersebut adalah suatu kesalahan yang membahayakan Annunaki, Enlil sengaja mendiamkan ketika akan terjadi banjir besar, dengan harapan semua kaum tersebut akan mati bersama dengan seluruh manusia yang telah diberikan pengetahuan oleh Enki. Enki sendiri sependapat dengan Enlil mengenai kaum “campuran” itu, namun ia tidak setuju apabila manusia juga ikut dimusnahkan. Oleh karena itu, iapun memberitahu salah satu manusia yang bernama Ziusudra tadi supaya membuat kapal raksasa. Akhirnya banjir besar pun terjadi dan peradaban Sumeria beserta kaum “campuran” musnah, kecuali Ziusudra dan pengikutnya. Apakah Ziusudra adalah Nabi Nuh atau Noah? Inilah yang belum terpecahkan, tapi yang jelas tablet Sumeria itu dibuat jauh sebelum munculnya Kitab Injil ataupun Al-Qur’an.

Diubah oleh fasterthh 22-05-2015 15:50
nona212Avatar border
babahrudiAvatar border
babahrudi dan nona212 memberi reputasi
2
19.5K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.