Hasil sigi yang dilakukan oleh lembaga survei untuk elektabilitas pasangan Calon Presiden nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla, menurun dikarenakan mesin partai politik pendukung tidak berjalan dengan maksimal.

"Nampak sekali dukungan mesin parpol tidak berjalan maksimal, parahnya lagi Jokowi seringkali menganggungkan relawan. Hal ini mendikotomikan yang ujungnya makin memberangus dukungan," ujar Pengamat Politik The Sun Institute, Andrianto kepada Okezone, Rabu (2/7/2014).

Selain itu, nama Jokowi cepat melesat dalam waktu satu tahun. Konsekuensi dari lompatan ini adalah mantan Walikota Surakarta itu juga berpotensi cepat jatuh elektabilitasnya.

"Cepat melesat dalam 1 tahun ini biasanya yang begitu cepat pula jatuhnya, karena Jokowi kan dibesarkan oleh media, bukan oleh fundamen jaringan arus bawah. Nah media darling ini seperti bubble yang akan tunggu meletusnya saja dan nampaknya hari ini bubble itu meletus sudah," tegas Sekjen ProDem itu.

Untuk itu, dia menilai bahwa elektabilitas yang turun akan sulit naik lagi dan bahkan cenderung turun. "Hal ini mirip sama Megawati pada waktu tahun 2004, dimana makin mendekati Pilpres malah elektabilitas turun yang akhirnya keok. Jika trend seperti ini memang sejatinya jalan oposisi lebih lekang sama PDI Perjuangan, toh itu juga terhormat buktinya Pileg kemarin juara kan," pungkasnya.

komen saya : perlu di optimalkan lg program door to door nya pak, dan perlu di perbanyak dan dipersiapkan lg gorong2 yg akan di masuki.......dasar capres gorong2