• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • "MUSIBAH" Salah Siapa? (ane,ente,admin apa para maho?) TIDAK ada yg bs DISALAHKAN

CuriouslyAvatar border
TS
Curiously
"MUSIBAH" Salah Siapa? (ane,ente,admin apa para maho?) TIDAK ada yg bs DISALAHKAN
HEY ... HOO ... LET'S GO!!
Assalamu'allaikum...
(Sapa'an org moeslem trhadap saudaranya)
Ane mau berbagi artikel yg ane dapet..
emoticon-roseSmoga bermanfaat..emoticon-rose
emoticon-Salaman


Bismillahirrahmanirrahim…
Allahumma sholli wa sallim ala sayyidina muhammad wa ala alihi washobihi ajma’iin…



Beberapa waktu terakhir ini selama musibah banjir yang melanda Ibukota Jakarta dan sekitarnya, berbagai ragam status tentang musibah banjir. Ada yang menyalahkan Presiden, Gubernur, bahkan yang paling tak masuk akal adalah status yang menyalahkan seluruh Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ada di Jakarta sebagai penyebab musibah banjir yang di turunkan Allah atas Jakarta. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun..
Spoiler for Banjir Istana Negara Januari 2013:

Sungguh, jika setiap musibah banjir yang terjadi pada suatu tempat, itu tak lebih dari perbuatan kita sendiri. Segala musibah dan kesusahan dunia adalah disebabkan dosa kita dan perbuatan manusia itu sendiri. Sehingga tidak layak kita saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Cukuplah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di beberapa ayat Al-Quran mengingatkan kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum : 41).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura : 30).



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisa : 79).

Dan peringatan dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (zina, merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka.emoticon-Takut (S)
Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik.emoticon-Takut (S)
Dan selama pemimpin-pemimpin (negara-masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah no. 4019, di syahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah no. 106).


Seorang hamba yang memahami betul akan Syari’at agamanya, Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta dapat berpikir bijaksana dalam menyikapi setiap musibah tidak akan langsung menyalahkan pemimpin/gubernur untuk musibah yang terjadi. Jadi janganlah rakyat hanya menyalahkan pemimpin saja. Karena banjir bukanlah salah pemimpin semata tetapi akibat pola hidup masayarakat juga. Misalnya tidak menjaga kebersihan dengan membuang sampah di sungai, dan datangnya orang yang merantau dari berbagai daerah sehingga memenuhi tempat dan lahan, dimana mereka menebang pepohonan untuk membuat pemukiman itu.

Jika sebagian orang ingin menyalahkan jeleknya kepemimpinan pemimpinnya, maka rakyatlah yang seharusnya lebih dahulu mengintropeksi diri. Karena pemimpin tak lebih adalah cerminan dari rakyatnya juga.

Ada nasihat bijak dari Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah yang berkata, “Renungkanlah hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga engan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.
Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya.” (lihat pada kitab Miftah Daris Sa’adah hal 253, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, Syamilah).

Bertaubat, muhassabah dan mencari hikmah dari setiap musibah yang terjadi lebih utama. Karena setiap musibah pasti ada hikmahnya agar manusia intropeksi diri dan muhasabah. Tidak mungkin Allah menurunkan musibah agar manusia musnah dan atau agar manusia mengalami kesusahan saja.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun.” (QS. Fathir : 45).

Seorang hamba yang memahami betul akan Syari’at agamanya, Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta dapat berpikir bijaksana dalam menyikapi setiap musibah tidak akan langsung menyalahkan pemimpin/gubernur untuk musibah yang terjadi. Jadi janganlah rakyat hanya menyalahkan pemimpin saja. Karena banjir bukanlah salah pemimpin semata tetapi akibat pola hidup masayarakat juga. Misalnya tidak menjaga kebersihan dengan membuang sampah di sungai.

Jika sebagian orang ingin menyalahkan jeleknya kepemimpinan pemimpinnya, maka rakyatlah yang seharusnya lebih dahulu mengintropeksi diri. Karena pemimpin tak lebih adalah cerminan dari rakyatnya juga.

Ada nasihat bijak dari Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah yang berkata, “Renungkanlah hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga engan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan. Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya.” (lihat pada kitab Miftah Daris Sa’adah hal 253, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, Syamilah).

Bertaubat, muhassabah dan mencari hikmah dari setiap musibah yang terjadi lebih utama. Karena setiap musibah pasti ada hikmahnya agar manusia intropeksi diri dan muhasabah. Tidak mungkin Allah menurunkan musibah agar manusia musnah dan atau agar manusia mengalami kesusahan saja.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun.” (QS. Fathir : 45).

Dan setiap musibah pasti merupakan penghapus dosa-dosa manusia jika mereka bersabar, “setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan dihapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari no. 5661 – Muslim no. 651).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim 2573).

Dan kita berharap musibah ini adalah awal kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memberikan kita kebaikan yang banyak. Karena Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia.” (HR. At-Tirmidzi no. 2396, dari Anas bin Malik. lihat Ash-Shahiihah no. 1220).

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.” emoticon-Takut (S)(HR. Baihaqi no. 6791, lihat pada Ash-Shahiihah no. 2206).

Berdo’a agar berhenti hujan dan diberi ganti terbaik setelah musibahnya adalah lebih baik.
Untuk mencegah banjir akibat hujan yang deras dan terus menerus, maka kita di ajarkan agar membaca do’a agar hujan berhenti dan tidak menimbulkan bencana.emoticon-thumbsup

“ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.” (HR. Bukhari 1/224 – Muslim 2/614).

Dan hendaknya kita sebagai hamba yang dhoif senantiasa membaca do’a ketika tertimpa musibah agar kita diberi pahala dan diberi ganti atas musibah dengan yang lebih baik.

“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, “inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Allahumma`jurnii fii mushiibati wa akhlif lii khairan minhaa (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya),” melainkan Allah akan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim no. 918).

Adalah akan lebih bijak bagi setiap hamba apabila pada musibah ini, kita sama-sama saling mengingatkan dalam kesabaran, tidak saling menyalahkan dan berusaha mencari jalan keluar.emoticon-shakehand emoticon-Kiss (S) emoticon-Kiss (S)
sumber
-sekian-



Semoga bermanfaat utk kita semua
Mohon maap jg ya agan" jika ada kesalahan dari isi trit ini...
Ane cuma menyebarluaskan artikel yg sekiranya bermanfaat..
Dan untuk saling mengingatkan..
Guna melestarikan trit" bermutu juga

emoticon-Big Grinemoticon-Big Grinemoticon-Big Grin


Quote:


Original Posted by - Curiously


Komengnya agan agan
Quote:

Quote:

Quote:


Quote:
Diubah oleh Curiously 25-06-2014 12:10
0
7.8K
117
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.