Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jelarangAvatar border
TS
jelarang
Sampah Lingkungan dan Proyek Nuklir Microsoft di Indonesia
Sebagai konsumen komputer dan internet, kita kurang memperhatikan bahwa di balik segala kemudahan teknologi ini, ada ancaman terhadap lingkungan dan ekosistem tempat kita hidup. Perlu diingat bahwa infrastruktur perusahaan IT membutuhkan banyak sumber daya energi.

Saat ini tak sedikit perusahaan teknologi besar yang masih bermasalah dalam soal energi terbarukan. Persoalan paling besar adalah beberapa perusahaan yang masih menggunakan energi nuklir dan batubara --yang dikenal tidak ramah lingkungan.

Olehnya, Greenpeace menerbitkan laporan rutin soal penggunaan energi dari raksasa-raksasa bisnis IT . Harapannya guna mendorong perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan energi terbarukan.

Salah satu dari perusahaan itu adalah Microsoft, kerajaan bisnus milik Bill gates. Bila Gates disebut sebagai orang paling kaya di muka bumi. Maka kekayaan itu dibangun lewat pengrusakan lingkungan dan ekosistem kita.

Dalam laporannya di tahun 2012, Greenpeace menyorot proyek pembangunan data center dan infrastruktur komputasi awan (cloud computing) Microsoft, yang disinyalir banyak menggunakan energi kotor. Greenpeace juga menjelaskan bahwa sumber energi Microsoft yang bisa dikatakan bersih hanya sekitar 13 persen. Catatan yang sungguh buruk bila dibandingkan dengan Google (39,4 persen) atau Facebook (36,4 persen).

Perusahaan penguasa sektor sistem operasi dan perangkat lunak itu juga memiliki ketergantungan terhadap energi nuklir dan batu bara. Microsoft memiliki ketergantungan hingga 39,3 persen pada batu bara. Adapun sebanyak 26 persen dari sumber energi Microsoft berasal dari nuklir. Dalam daftar itu, Microsoft berada di nomor urut tiga sebagai perusahaan IT yang paling bergantung pada energi nuklir.

Greenpeace berulang kali menyoroti masalah jejak karbon (carbon footprint) yang dihasilkan dari energi nuklir dan batubara. Jejak karbon dipandang mendorong perubahan iklim di atmosfir. Terkhusus energi nuklir, dengan tegas organisasi lingkungan internasional itu berpendapat, “Kalaupun ada keuntungan dari nuklir, akan terlalu sedikit, terlambat, dan terlalu mahal.

Dalam laporan yang sama, Greenpeace memberikan Microsoft nilai C untuk masalah transparansi penggunaan energi. Artinya perusahaan ini memang tidak membuka cukup banyak kesempatan bagi publik guna mengetahui sumber energi mereka. Poin C juga disematkan dalam perkara efisiensi energi dan mitigasi gas rumah kaca.

Rapor yang sama juga berlaku untuk soal kebijakan Investasi Energi Terbarukan & Advokasi. Bahkan menjadi kian jeblok (nilai D) untuk masalah penempatan infrastruktur perusahaan. Dengan rapor macam itu terlihat bahwa investasi energi yang dilakukan oleh Microsoft sangat buruk. Mereka tidak memiliki kepedulian serius terhadap energi terbarukan, bahkan tidak peduli untuk lingkungan, masa depan umat manusia.

5 April 2014, Gates berkunjung ke Indonesia. Sejak beberapa bulan lalu BATAN telah gembar gembor akan bekerjasama dengan Gates dalam pengelolaan Nuklir di Indonesia. Anda mau Gates pinjam tangan Indonesia untuk merusak lingkungan? Atau Anda mau Indonesia yang rawan gempa ini di masa depan dibayangi bahaya kebocoran reaktor nuklir?
0
2.3K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.