bondy.netAvatar border
TS
bondy.net
Ruang Psikologi - What's on your mind?

MENGAPA SULIT MOVE ON DARI MANTAN?

“How can I move on, when I’m still in love with you?” –A Man Who Can’t be Moved (The Script)

Siapa yang langsung berseru “Ih, lagu gw banget!” saat mendengar potongan lirik lagu di atas? Siapa yang tiap malam susah tidur karena galau mantan kekasih? Siapa yang saat ini senyum-senyum sendiri, diam-diam mengakui meski gengsi?

Memang, melepas seseorang yang kita cintai bukanlah hal mudah. Rasanya ada saja hal-hal yang dapat memicu bangkitnya kenangan masa lalu dan membuat kita tergoda untuk kembali berhubungan dengan mantan. Mungkin saat melewati restoran favorit ketika berkencan, saat mendengar sebuah lagu yang mengingatkan momen ketika dia menyatakan cinta, atau saat hujan deras dan teringat saat romantis berteduh di bawah pohon sembari menunggu hujan reda. Kalau istilah zaman sekarang: “gagal move on”.

Sebenarnya, mengapa kita bisa “gagal move on”? Apa saja yang menyebabkan kita sulit lepas dari mantan? Menurut riset para ahli psikologi, ada dua alasannya, yaitu:

1. Menjadikan hubungan sebagai identitas

“Relationships are like crystals: You don’t realize how much you love them until they break” –Anonymous

Susah Move On Menurut Sanchez dan Kwang (dalam Park, Sanchez, & Brynildsen, 2011), semakin besar individu memperoleh self-worth dari hubungan percintaan yang dijalani, semakin besar reaksi terhadap putusnya hubungan. Hal ini berkaitan dengan apa yang disebutkan Crocker dan Wolfie (dalam Park dkk., 2011) di mana self-worth merepresentasikan apa-apa yang menjadi ‘investasi’ individu dalam membangun self-esteem. Misalnya, individu yang menjadi lebih percaya diri dengan penampilan ketika dipuji oleh pasangan, merasa tidak yakin akan sebuah keputusan apabila belum mendapat persetujuan dari pasangan, atau melakukan apa pun karena pasangan (Luhtanen, Cooper, & Bouvrette 2003).

Jika hubungan dengan pasangan mengambil terlalu banyak bagian pembentuk identitas diri individu, kehilangan pasangan dapat berdampak cukup signifikan. Maka dari itu, menjadikan hubungan sebagai identitas akan membuat individu sulit move on.

2. Memiliki respon yang besar terhadap putusnya hubungan

“Hubungan percintaan merupakan sumber penting dalam aspek kepercayaan diri, kesehatan, dan kebahagiaan” –Baumeister & Leary, 1995; Kamp Dush & Amato, 2005; Reis, Collins, & Berscheid, 2000

Kutipan di atas menegaskan betapa pentingnya peran suatu hubungan. Simpson (dalam Park dkk., 2011) menyatakan bahwa individu yang merasa dekat dengan pasangan, telah menjadi sepasang kekasih untuk waktu yang lama, dan percaya bahwa mereka tidak dapat menemukan pendamping baru, mengalami tekanan yang paling besar saat hubungan berakhir.

Sebuah penelitian (dalam Park dkk., 2011) selaras dengan pernyataan tersebut. Dari 300 partisipan yang mengalami putus hubungan selama satu tahun terakhir, ditemukan bahwa:

individu yang melandaskan self-worth pada hubungan percintaan memiliki kecenderungan mengalami tekanan emosi dan terobsesi untuk rujuk dengan mantan saat hubungan berakhir. Semakin tertekan, semakin besar keinginannya untuk mendapatkan kembali sang mantan.


Susah Move On

Yang menarik adalah, terlepas dari sulit atau tidaknya move on, individu yang sensitif terhadap penolakan justru tidak berusaha mengejar cintanya karena cenderung menghindar dari orang-orang yang menolaknya.

Hal tersebut dikarenakan individu yang sensitif terhadap penolakan dan memiliki tingkat self-esteem yang rendah cenderung merespon putusnya hubungan dengan emosi negatif seperti kemarahan, depresi, dan kebencian (Ayduk, Downey, & Kim, 2001; Downey, Feldman, & Ayduk, 2000)

Mendefinisikan kembali diri yang baru

“Who am I? What defines me?” –Anonymous

Sebelumnya kita sudah membahas bahwa self-worth merupakan aspek diri yang penting, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kita melandaskan identitas diri kita pada suatu hubungan, semakin sulit untuk move on.

Lalu, kita harus bagaimana? Membiarkannya begitu saja?

Putus hubungan mungkin membuat hidup terasa kosong. Kita seakan kehilangan arah dan identitas diri. Namun sebenarnya, hal ini merupakan kabar baik. Inilah saatnya kita dapat kembali mendefinisikan siapa diri kita dengan cara pandang baru yang lebih fresh.

Ada kalanya, dalam proses move on, kita dihantui perasaan bersalah karena merasa turut berperan dalam kegagalan mempertahankan hubungan. Kita cenderung menyalahkan dan membenci diri sendiri, serta menyesal karena merasa kurang berusaha membuat pasangan mau menerima kita kembali.

Atau mungkin, masih tersisa sakit hati, amarah, dan kebencian terhadap mantan. Saat hal tersebut terjadi,

belajarlah untuk memaafkan dan melepaskan. Sekarang, saatnya membuka lembaran baru dan tidak membiarkan siapa pun mendefinisikan siapa kita kecuali diri kita sendiri.

Move on memang tidak mudah, tapi bukan suatu hal yang mustahil. Nikmati saja prosesnya, karena saat kita berhasil melewatinya, rasanya seperti berhasil keluar dari sebuah labirin.



Vanilla Sky

Sumber: http://ruangpsikologi.com/placement/...e-dari-mantan/
0
1.3K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Collections
B-Log CollectionsKASKUS Official
3.1KThread6.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.