letnankimiAvatar border
TS
letnankimi
Berjilbab, Antara Menutupi Aurat atau Menutupi Aib
Spoiler for pembukaan:


“One thing you can’t hide is when you are crippled inside” – John Lennon




Perbincangan soal jilbab kembali meramaikan publik, kadang mengiringi isu lain seperti korupsi. Memang banyak permaknaan atas fenomena penggunaan jilbab. Sedikit kita ingat nama-nama yang sempat menghiasi beberapa media massa, mulai tokoh politik hingga peristiwa kriminal yang berujung pada kematian (pidana).

Sebut saja ada Neneng Sri Wahyuni yang terdakwa korupsi seperti suaminya, M. Nazaruddin. Juga Afriani Susanti, pengemudi mobil Xenia yang menewaskan sembilan orang di halte Tugu Tani, Jakarta. Tidak tertinggal Nunun Nurbaeti, Yulianis, dan Wa Ode Nurhayati dengan kasus yang sedang menjeratnya. Bahkan termasuk kasus terbaru, seorang mucikari siswi SMP di Surabaya yang digiring ke kantor polisi sambil menutupi mukanya dengan jilbab yang dia pakai.

Jilbab pada kasus-kasus tersebut bisa jadi dimaknai sebagai pelindung wajah dari aib yang sedang minimpa dirinya, atau bisa juga dimaknai bahwa si pemakai jilbab itu mengharapkan image bahwa dirinya bukan perempuan yang jelek-jelek amat, toh buktinya masih mau berjilbab. Pada poin seperti ini, tentu ada juga masyarakat yang memaknai bahwa wanita-wanita itu secara tidak langsung memberikan citra buruk terhadap jilbab (Islam –red). Terbukti, mereka berjilbab tapi terseret perbuatan tercela.

Pada tingkat remaja, terkadang jilbab mengalami pergeseran makna. Jilbab yang semestinya dipakai sebagai pengontrol atas perilaku bagi remaja perempuan seolah keluar dari pakem tersebut. Sering kita jumpai dalam berbagai aktivitas (termasuk hiburan, konser, panggung rakyat) tidak pernah luput dari pengunjung remaja berjilbab yang mengekspresikan euforianya, yang kadang terkesan urakan.

Belum lagi terkadang remaja pengguna jilbab yang kurang sesuai dengan pakem-pakem syariat dalam memilih busana yang dipakainya. Mereka berjilbab tapi memakai pakaian dan celana yang ketat bahkan dengan lengan yang terbuka. Padahal, dalam Al-Qur’an Surat An-Nur 24:31 dijelaskan bahwa fungsi jilbab adalah untuk memberikan sinyal kepada makhluk jenis lain (laki-laki) bahwa yang mengenakannya (perempuan) tersebut mempunyai kontrol atau kendali dalam berperilaku, baik secara verbal maupun tindakan, agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang.

Itulah esensi makna jilbab dalam Islam. Jilbab bukan segala-galanya, tapi jilbab hanya salah satu cara agama Islam untuk menjadikan perempuan lebih terkendali. Megutip pernyataan John Lennon di atas bahwa: suatu hal yang tidak bisa kamu tutupi adalah ketika kamu mengalami kecacatan dalam dirimu, maka perlu disadari bahwa suatu aib atau cacat perilaku suatu saat passti akan terbuka.

Quote:



Bila sekiranya info ini terasa bermanfaat, sudilah kiranya KasKuser memberikan komen, rate, dan cendol emoticon-Toast.
Bagikan kepada saudara kita yang lain agar kita bisa menjadi manusia yang saling mengingatkan. Insya Allah, pahala akan menyertai mu. AMIN.
Diubah oleh letnankimi 04-08-2013 07:32
0
10.1K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.