Hukuman ringan telah dijatuhkan pada enam orang remaja berusia 15-17 tahun, yang berasal dari komunitas Muslim di Swedia karena memerkosa seorang anak gadis berusia 15 tahun yang berasal dari pinggiran Stockholm pada bulan Maret lalu. Di pengadilan Distrik Solma, 5 remaja terbukti bersalah melakukan rudapaksaan keji sementara remaja ke-6 bersalah atas usaha melakukan rudapaksaan tersebut.

Ke-5 remaja dihukum seratus jam bekerja di pelayanan komunitas, dan telah diperintahkan untuk masing-masing membayar denda sebesar 55.000 kronor (8500 US dollar), atas kerusakan yang mereka lakukan terhadap korban. Hukuman yang dijatuhkan pada remaja ke-6, apabila ada, tidak dilaporkan.

Alasan mengapa ke-6 remaja itu hanya dijatuhi hukuman ringan karena fakta bahwa mereka adalah kelompok minoritas. Pengadilan Swedia juga menyimpulkan bahwa remaja-remaja itu pun telah mendapatkan hukuman tambahan dimana gambar dan detil-detil personal mereka telah diekspos di internet.

rudapaksaan itu terjadi pada awal Maret di sebuah apartemen di Tensta, dimana remaja-remaja tersebut melakukan rudapaksaan secara bergilir. Empat remaja mengakui perbuatannya, tetapi menolak yang mereka lakukan itu adalah kejahatan.

Patut dicatat, pengadilan sama sekali tidak meragukan kejadian itu benar-benar terjadi dan bahwa itu adalah sebuah kejahatan rudapaksaan. Pengadilan memutuskan kesaksian gadis itu sebagai sebuah kesaksian yang “kohesif, panjang dan relatif sangat detil”, dan tidak mengandung “kontradiksi atau elemen-elemen yang bisa dianggap sebagai kesaksian yang dibuat-buat”.

Ironisnya meskipun PBB menetapkan Swedia sebagai negara yang sangat memperhatikan hak-hak asasi kaum wanita, sebuah studi seksama yang pernah dipublikasikan memperlihatkan ibukota negara ini sebagai kota dengan tingkat rudapaksaan tertinggi setelah Afrika Selatan, dan sebagai negara di Eropa dengan tingkat rudapaksaan tertinggi (dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Inggris).

Kasus rudapaksaan yang sedemikian tinggi di Swedia terjadi karena negara ini sangat terbuka menerima imigran dari negara-negara Muslim. Meskipun populasi Muslim di negara ini hanya 6 persen dari total populasi Swedia, tetapi 77,6 persen rudapaksaan dilakukan oleh orang-orang Muslim.

Statistik menginformasikan bahwa satu dari setiap empat wanita Swedia akan dirudapaksa dalam masa hidupnya (antara umur 16-79 tahun), dengan angka statistik lebih tinggi di pusat-pusat perkotaan dimana banyak terdapat kediaman kaum imigran Muslim. Di Stockholm, pada musim panas tahun lalu, terdapat rata-rata 5 kasus rudapaksaan yang dilaporkan setiap harinya, dengan tingkat pertambahan terbesar ditemukan pada anak-anak dibawah usia 15 tahun. Penduduk Stockholm saat ini sepertiganya adalah imigran, dan dari sepertiga kaum imigran itu, antara seperlima hingga seperempatnya adalah Muslim.