ayiiipAvatar border
TS
ayiiip
TATA CARA MENJAMAS PUSAKA
Spoiler for :


Cara Jamasan Pusaka


Jamasan Pusaka

Jamasan pusaka bisa dikatakan mudah, bisa juga sulit. Tradisi jamasan pusaka secara umumnya memerlukan berbagai uborampe yang tidak sedikit. Di antaranya adalah warangan yakni sejenis bahan kimia yang terdapat di toko-toko bahan kimia. Warangan berguna membersihkan permukaan besi tosan aji, sekaligus untuk lebih mempertajam pamor benda pusaka. Setelah dipoles dengan warangan, pamor atau guratan estetis batu meteor dan inti baja pada benda pusaka (terutama keris dan mata tombak) akan menjadi tampak jelas dan terlihat kontras. Sehingga mudah dibaca dan dipahami apa arti pamor benda pusaka tersebut. Anda mungkin kesulitan mendapatkan warangan tsb. Dan tentunya butuh beaya yang lebih besar lagi. Belum lagi di antara Anda mungkin tidak tahu tatacara menjamasi pusaka, atau tidak memiliki waktu untuk menjamasi pusaka Anda, dan lebih memilih membayar jasa seseorang yang ahli jamas pusaka. Itu boleh-boleh saja dilakukan, namun bila koleksi pusaka Anda begitu banyak jumlahnya berati Anda harus mengeluarkan beaya ekstra pula. Lagi pula bagi pemilik benda pusaka namun tidak ada anggaran untuk membayar jasa penjamas pusaka, kiranya perlu sedikit pengetahuan mengenai jamasan pusaka paling tidak cara yang sederhana namun tetap tidak menghilangkan makna dan fungsinya.
Nah, dalam tulisan kali ini saya akan memberikan contoh jamasan pusaka secara sederhana. Dengan harapan bagi Anda yang ingin sekali melaksanakan jamasan tetapi tidak cukup waktu atau beaya dapat menjamasi sendiri benda-benda pusaka koleksinya dengan mudah.

Bahan-bahan yang diperlukan :

1. Bunga setaman terdiri dari 5 macam bunag antara lain bunga mawar merah, mawar putih, kanthil, kenanga, melathi.
2. Minyak wangi bahan dasar kayu cendana, atau bunga melathi, atau bahan berbagai bunga misalnya minyak serimpi cap putri duyung.
3. Belimbing wuluh, atau jeruk nipis.
4. Baki atau nampan.
5. Dupa/ratus atau kemenyan.
6. Kain kafan atau kain mori cukup 1/2 meter s/d 1 meter.
7. Tikar dan sikat gigi yang baru (jangan bekas).

Persiapan pertama ; gelarlah tikar di lantai. Siapkan segala macam uborampe yang diperlukan; minyak wangi, sikat gigi dll. Kemudian bunga setaman ditaruh di dalam baki yang sudah diisi air secukupnya. Letakkan baki yang telah berisi kembang setaman tersebut di atas tikar. Gelarlah kain mori di sebelahnya, nanti digunakan untuk meletakkan pusaka yang akan dijamasi dan untuk mengeringkan pusaka sehabis dicuci air kembang setaman. Nyalakan dupa atau kemenyan, cukup pilih salah satu saja. Karena bau kemenyan sangat menyengat jika dirasa akan mengganggu lingkungan sekitar Anda tak perlu dibakarnya, cukup masukkan saja bersama kembang setaman di dalam baki berisi air. Dengan begitu Anda cukup membakar dupa/ratus saja. Selanjutnya letakkan pusaka di atas kain mori yang sudah digelar. Langkah berikutnya ;

Pertama-tama, menjadi diri sendiri. Dengan cara berpakaianlah milik Anda sendiri, pakaian yang bersih. Kemudian jaga sikap sopan dan santun. Tak boleh slengekan atau sambil bercanda. Soal pakaian ada baiknya mengenakan pakaian adat budaya Anda sendiri, supaya lebih matching, lebih hikmat, dan lebih sakral karena menyatu dalam penghayatan lahir batin antara nilai yang terkandung di dalam benda pusaka dengan nilai kearifan lokal adat istiadat budaya Anda sendiri. Coba Anda bayangkan menjamasi pusaka dengan berpakaian seperti mau keluar malam untuk mengunjungi tempat dugem. Atau pakaian kerja kantoran. Tentusaja lebih sulit untuk berkonsenrasi dalam keheningan lahir dan batin Anda.

Libatkan perasaan batin Anda. Untuk mencapainya, lakukan dengan ketulusan, dan dengan pemahaman yang tepat akan arti dan tujuan penjamasan benda-benda pusaka. Untuk mendukung pelibatan perasaan batin ini, pertama-tama lakukan dahulu penyelarasan atau attuntment antara kesadaran batin Anda dengan nilai benda pusaka. Caranya, lakukan penghormatan, seperti prajurit menghormat kepada komandan. Atau anak menghormat kepada orang tua. Dalam hal ini Anda dapat melakukan sungkem atau “nyembah” yakni kedua telapak tangan menyatu, kemudian ditempelkan ke dada. Saat melakukan sembah sungkem atau “nyembah” letakkan benda pusaka dihadapan Anda. Cara lain sembah sungkem, benda pusaka Anda pegang tangan kanan kemudian letakkan di jidad tepatnya diatas pangkal hidung Anda. Semakin Anda menghormati dan menghargai pusaka atau si pembuat pusaka atau para pendahulu yang mewariskan pusaka, sembah sungkem sebaiknya diposisikan lebih tinggi lagi, misalnya di bawah dagu, atau di depan mulut hingga di atas pangkal hidung Anda. “Nyembah” jangan diartikan sama dengan menyembah tuhan, dalam kamus Jawa menyembah berarti menghormati atau memberikan sikap penghormatan, selayaknya prajurit menempelkan ujung tangannya di kening untuk “nyembah” komandannya. Penting untuk diketahui apabila Anda mengetahui apa nama benda pusaka yang akan dijamasi, sebutkan namanya. Nama diucapkan pada saat Anda melakukan sembah sungkem. Adapaun ucapannya kurang lebih sebagai berikut ;
“Punten ndalem sewu….(sebut namanya) kepareng kula badhe njamasi pusaka. Suci lair kalawan suci batin, manunggal jagad alit kalawan jagad ageng, saking kersaning Gusti“.
Jika tidak tahu namanya, titik-titik di atas tidak perlu diisi nama. Cukup melakukan “sembah sungkem” kemudian pusaka dikeluarkan dari sarung/warangkanya secara perlahan dan hati-hati.

Setelah sembah sungkem dilakukan, khususnya untuk pusaka yang ada sarung/warangkanya, cabutlah pusaka dari dalam sarungnya pelan-pelan supaya tidak ada kerusakan sedikitpun. Cara mencabut bisa diposisikan horisontal di hadapan dada Anda, atau di atas pangkuan Anda dengan cara ditarik ke samping kiri dan kanan. Atau bisa juga diposisikan vertikal di hadapan wajah Anda. Kemudian tangkai dicabut perlahan ke arah atas hingga keluar semua. Selanjutnya masukkan “curigo” atau benda pusaka ke dalam baki yang sudah berisi kembang setaman. Basahi dengan air dan kembang seluruh permukaan benda busaka. Bersihkan kotoran, debu yang melekat dsb dengan tangan Anda perlahan dan hati-hati agar tidak terluka. Atau bisa menggunakan sikat gigi yang masih baru (terutama jika menggunakan warangan) untuk menykkat permukaan benda pusaka. Jangan sekali-kali menggunakan alat berupa kikir besi, rempelas, untuk menghilangkan karat karena akan merusak bahkan merubah bentuk aslinya. Untuk membersihkan karat cukup menggunakan belimbing wuluh atau menggunakan jeruk nipis. Caranya belahlah jeruk nipis atau belimbing wuluh, gunakanlah untuk menggosok permukaan benda pusaka. Fungsi keduanya adalah air senyawa asam mudah melarutkan karat. Jika dirasa sudah bersih dari kotoran dan karat, bilas atau cuci kembali dengan air bunga setaman. Setelah itu keringkan dengan lap kain mori. Fungsi dari belimbing wuluh atau jeruk nipis sebagai pengganti warangan. Apabila Anda ingin menggunakan warangan hendaknya jangan kontak langsung dengan jari tangan karena warangan merupakan sejenis racun arsenik yang berbahaya jika tertelan.

Setelah cukup kering, pelan-pelan mulai oleskan minyak wangi yang telah Anda siapkan keseluruh permukaan benda pusaka. Tidak perlu menggunakan kain atau kapas. Cukup menggunakan jemari tangan Anda, hanya saja berhati-hati agar jari tangan tidak tergores permukaan benda pusaka. Oleskan minyak dengan penuh penghayatan dan melibatkan segenap rasa welas asih dari dalam relung hati Anda. Pada saat mengoleskan minyak, sembari pahami nilai-nilai luhurnya, estetikanya, dan tumbuhkan rasa terimakasih kepada para pendahulu, siapapun yang membuat benda penuh nilai-nilai estetik dan nilai luhur esoterik itu. Terhadap benda yang memiliki getaran energi, rasakan energinya, dan sambunglah antara energi pusaka dengan energi Anda, penyatuan dan penyelarasan antara energi mikrokosmos dengan energi makrokosmos. Untuk benda-benda pusaka terutama produk lokal atau aseli Nusantara hindari menggunakan semacam minyak jebat, japaron, hajaraswat, karena password dan getaran energinya berbeda sehingga tidak matching. Jangan pula menggunakan minyak pusaka palsu karena kandungannya justru dapat menyebabkan timbulnya karat. Selain itu bahan minyak merupakan intisari unsur alam yang memiliki getaran energi bersifat khas sesuai asal dan tempat di mana bahan-bahannya hasil bumi itu tumbuh dan berbuah. Misalnya keris Jawa diminyaki dengan minyak zaitun khas tumbuhan gurun, atau minyak kayu oax khas Benua Amerika tentu getarannya tidak sinkron. Seumpama bagi seseorang yang gemar mengenakan pakaian adat Afghanistan tetapi menyemprotkan parfum bikinan Versace atau Estee Lauders ke tubuh Anda, terasa taste-nya kurang matching. Estee L dan Versace taste-nya lebih mengena jika digunakan oleh pria atau perempuan modern bergaya up to date. Pada saat saya njamasi pusaka milik sendiri pun tidak akan mengenakan parfum Lamborgini.. emoticon-Wink paling cukup mandi bersih sebelum melakukan jamasan pusaka.

Setelah selesai langkah ke 4, jangan lupa membersihkan warangka atau sarung pusaka. Permukaan luar dan dalam cukup dibersihkan dan tak perlu dioles minyak. Selanjutnya minyak yang sudah merata di permukaan benda pusaka tidak usah dilap, kemudian pusaka dimasukkan lagi ke dalam sarung atau warangka yang sudah anda bersihkan. Untuk pusaka yang tidak ada sarungnya cukup dibalut dengan kain mori. Sebelum menyarungkan atau membalut pusaka yang telah selesai dijamasi, lakukan penghormatan sekali lagi dengan cara pusaka diangkat atau digenggam kemudian genggaman tangan Anda tempelkan tepat dijidat atau di atas hidung Anda, baru kemudian disarungkan atau dibalut kain mori. Selesai.

*** SEMOGA BERMANFAAT BAGI PECINTA PUSAKA, KHUSUSNYA BAGI YANG PEMULA ***



jangan lupa ya ...emoticon-Rate 5 Star
0
28.5K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
Supranatural
icon
15.6KThread10.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.