- Beranda
- The Lounge
PROGRAM KONVERSI DARI BBM KE BBG UNTUK KENDARAAN DARI LIPI
...
TS
gyntaband
PROGRAM KONVERSI DARI BBM KE BBG UNTUK KENDARAAN DARI LIPI
Assalamualaikum agan agan... ane newbie ni..
Karena ane kerja di perusahaan gas dan ikut mensosialisasikan program pemerintah untuk konversi bahan bakar maka Ane mau share aja tentang penelitian dari Lipi (Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik) tentang konversi dari BBM ke BBG..
Semoga ente2 bisa mengimplementasikannyaaaa..... Amin.
lanngsung aja cekibrott....
Dengan berbagai manfaat tersebut Departemen Perhubungan sudah mengkaji
mengenai konversi dari BBM ke BBG pada kendaraan sejak tahun1980 dan pada
tahun 1988 di Jakarta sudah mulai dilakukan program percontohan. (lihat Tabel 2)
Tabel 2 perkembangan NGV di Indonesia.
No. Tahun Kota Jumlah NGV
1. 1988 Jakarta 500
2. 1990 Jakarta 90
3. 1997 Bandung 80
4. 2007 Jakarta 1.755
5. 2007 Surabaya 500
6. 2008 Jakarta 840
7. 2009 Bogor 1.001
8. 2009 Palembang 666
9. 2010 Surabaya 500
Selain di Jakarta, program konversi dari BBM ke BBG untuk kendaraan telah
dilaksanakan di berbagai kota. Di Bandung sejak tahun 1997 telah melaksanakan
program tersebut, tetapi kendalanya pasokan gas yang tidak menentu dan tidak 4
tersedianya spare part konverter kits sehingga masyarakat beralih kembali ke BBM.
Untuk daerah Surabaya, masyarakatnya lebih paham akan manfaat konversi ke BBG
sehingga mereka dengan swadaya mengkonversi kendaraan mereka menggunakan
BBG. Pada tahun 2004, diperkirakan jumlah NGV di Indonesia hanya 500 unit. Oleh
sebab itu, sejak tahun 2007 pemerintah mulai menggalakkan lagi program konversi
ke BBG dengan membagikan konverter kits untuk taksi dan bajaj di Jakarta. Pada
tahun 2009, pemerintah kota Bogor mendapatkan bantuan konverter kits dari
pemerintah. Tetapi sampai saat ini 1.001 konverter kits yang dibagikan belum
digunakan karena tidak tersedianya SPBG di Bogor.
Permasalahan Konversi dari BBM ke BBG di Indonesia
Dibanding perkembangan pemakaian NGV di luar negeri, Indonesia sangat
tertinggal. Hingga saat ini, pelaksanaan program konversi BBM ke BBG untuk
kendaraan kurang berhasil dilihat dari jumlahnya yang kurang dari 5000 unit
kendaraan berbahan bakar gas atau NGV. Hal ini disebabkan beberapa kendala
seperti berikut.
1) Pasokan Gas
Meskipun sumber gas di Indonesia sangat banyak, namun pada kenyataannya
quota gas untuk transportasi tidak ada. Gas yang ada sudah habis untuk industri
dan pembangkit listrik, bahkan pembangkit listrik masih kekurangan pasokan gas.
Untuk itulah diperlukan adanya quota gas untuk transportasi oleh pemerintah.
2) Harga Gas
Sebelum keluarnya KepMen ESDM No. 2932 K/12/MEM/2010 mengenai harga
jual BBG, di Jakarta terdapat dua jenis harga gas untuk kendaraan dalam hal ini
CNG (Compressed Natural Gas). Harga gas Pertamina Rp. 2.562/lsp atau liter
setara premium sedangkan harga gas PGN (Perusahaan Gas Negara) adalah Rp.
3.600/lsp. Karena perbedaan harga ini, maka SPBG yang menjual gas lebih mahal
kekurangan konsumen yang diakibatkan konsumennya beralih ke SPBG yang
menjual gas lebih murah. Hal ini berakibat buruk karena terjadi antrian panjang
dan SPBG harus beroperasi terus menerus, sehingga perawatannya terabaikan.
Sejak 15 Desember 2010 sudah diberlakukan KepMen ESDM No. 2932
K/12/MEM/2010 dimana harga BBG untuk transportasi di wilayah Jakarta
ditentukan Rp. 3.100/lsp sehingga tidak ada perbedaan harga lagi. Walaupun
sudah sama harganya, tetapi para pengusaha masih berusaha untuk minta
kenaikan dari harga tersebut, karena dengan harga tersebut marginnya sangat
kecil.
3) Kualitas Gas
Kualitas Gas saat ini sudah ditentukan dengan surat keputusan Menteri ESDM,
tetapi pelaksanaan dilapangan belum ada yang melakukan pengetesan. Salah satu
keluhan dari Bus Trans Jakarta adalah kandungan air terlalu tinggi, sehingga
setiap 6 bulan diperlukan pembersihan tangki Gas.
4) SPBG
SPBG yang ada selama ini sangat sedikit, sedangkan populasi NGV di Jakarta
semakin meningkat dan tidak sebanding dengan pertumbuhan SPBG, sehingga
terjadi antrian yang cukup panjang pada saat pengisian BBG. Hal ini
mengakibatkan banyak kendaraan yang tadinya menggunakan BBG jadi beralih
kembali menggunakan BBM karena enggan mengantri.
5) Kit Konverter 5
Kit konverter yang digunakan di Indonesia saat ini berasal dari berbagai negara,
seperti Argentina, Cina dan India. Spare part atau suku cadang untuk peralatan
konversi tersebut tidak tersedia di Indonesia. Jika ingin membelinya harus dalam
jumlah besar dan waktu yang diperlukan untuk pengiriman juga lama. Akibatnya
kendaraan yang mengalami kerusakan sangat sulit diperbaiki karena sulitnya
pengadaan spare part dan pada akhirnya kendaraan tersebut kembali lagi
menggunakan BBM.
6) Standar
Di Indonesia standar yang digunakan untuk peralatan konversi bahan bakar gas
(CNG) pada kendaraan adalah SNI 7407 : 2009. Standar ini mengacu pada
beberapa standar dari luar negeri seperti AS/NZ 2739 : 2009, ISO 15500 : 2001,
dan sebagainya. Namun butir-butir yang diacu pada SNI tidak selengkap yang ada
pada standar-standar tersebut, sehingga SNI masih belum dapat dijadikan sebagai
patokan. Contohnya adalah pada SNI ada bagian yang membahas mengenai
instalasi, tetapi pada kenyataannya di lapangan para installer merakit peralatan
konversi tersebut mengikuti panduan dari vendornya masing-masing, sehingga
tata letak peralatan konversi pada kendaraan satu dengan yang lainnya berbedabeda tergantung dari vendor dan luasnya ruang yang ada pada kendaraan.
7) Pengujian
Selama ini di Indonesia tidak ada suatu lembaga atau badan yang menguji
peralatan konversi, yang ada hanya pengujian pada tabung yang dilakukan oleh
Departemen Tenaga Kerja. Sebelum digunakan pada kendaraan, peralatan
konversi yang diimpor harus diuji terlebih dahulu. Sehingga dapat diketahui
kelayakan penggunaan peralatan tersebut.
8) SDM
SDM yang menangani instalasi converter kits masih sangat sedikit dan masih
belum bersertifikasi karena tidak ada badan yang mengeluarkan sertifikasi. Para
SDM/teknisi tersebut dilatih langsung oleh vendor yang mengeluarkan converter
kits.
9) Monitoring Evaluasi
Sejak dicetuskannya program konversi BBM ke BBG pada kendaraan pada tahun
1988 hingga saat ini belum dilakukan monitoring dan evaluasi pada kendaraan
yang menggunakan BBG, sehingga mengalami kesulitan untuk mendapatkan data
populasi kendaraan.
10) CDM
Salah satu manfaat dari konversi BBM ke BBG pada kendaraan adalah
pengurangan emisi. Pengurangan emisi yang diperoleh dapat di konversi ke CDM
(clean development mechanism), sehingga 1 ton CO2 yang dikurangi dapat
menghasilkan $10. Pengurangan emisi CO2 ini dijual dalam bentuk Certified
Emission Reduction (CER) ke negara-negara maju yang paling banyak
menghasilkan emisi CO2.
Manfaat Konversi dari BBM ke BBG
IV.1.Umum
Konversi dari BBM ke BBG mempunyai banyak manfaat, yaitu mengurangi
pemakaian BBM, mengurangi pencemaran udara, menguntungkan pengguna dan
memberikan peluang usaha. (gambar 1)6
Gambar 1. Manfaat Konversi dari BBM ke BBG
Secara lebih rinci manfaat konversi BBM ke BBG dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengurangi penggunaan BBM dan subsidi
Dengan mengkonversi bahan bakar kendaraan dari BBM ke BBG, akan
mengurangi pemakaian BBM yang berarti mengurangi impor minyak dan tentu
saja subsidiyang dialokasikan pemerintahuntuk BBM menjadiberkurang.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
Bahan bakar gas emisinya sangat kecil dibanding dengan bensin, penggunaan
BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%, emisi CO2 sebesar 25%, emisi
HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif
bagi lingkungankarena ikut serta dalam pengurangan pemanasan global.
3. Peluang usaha
Apabila konversi dari BBM ke BBG ini berjalan dengan lancar maka industri
dari hulu ke hilir termasuk industri konversi di dalam negeri akan semakin
berkembang. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak positif bagi
penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
4. Bagipemakai
Bagi pengguna kendaraan berbahan bakar gas (NGV/natural gas vehicle) akan
menghemat pengeluaran pembelian bahan bakar karena harga BBG jauh lebih
murah dibandingkan harga BBM. Selain itu, pengguna NGV juga menghemat
pengeluaran untuk perawatan kendaraan karena BBG tidak menghasilkan kerak
pada mesin dan busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot dan peredam
suara umurnya lebih panjang.
Sekian dari ane yang newbie,
ya yang penting bermanfaat, untuk indonesia yang lebih maju dan dapat memperpanjang umur bumi.
Salam Ngapak aselole
Karena ane kerja di perusahaan gas dan ikut mensosialisasikan program pemerintah untuk konversi bahan bakar maka Ane mau share aja tentang penelitian dari Lipi (Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik) tentang konversi dari BBM ke BBG..
Semoga ente2 bisa mengimplementasikannyaaaa..... Amin.
lanngsung aja cekibrott....
Spoiler for Ndang digoreng gan:
Dengan berbagai manfaat tersebut Departemen Perhubungan sudah mengkaji
mengenai konversi dari BBM ke BBG pada kendaraan sejak tahun1980 dan pada
tahun 1988 di Jakarta sudah mulai dilakukan program percontohan. (lihat Tabel 2)
Tabel 2 perkembangan NGV di Indonesia.
No. Tahun Kota Jumlah NGV
1. 1988 Jakarta 500
2. 1990 Jakarta 90
3. 1997 Bandung 80
4. 2007 Jakarta 1.755
5. 2007 Surabaya 500
6. 2008 Jakarta 840
7. 2009 Bogor 1.001
8. 2009 Palembang 666
9. 2010 Surabaya 500
Selain di Jakarta, program konversi dari BBM ke BBG untuk kendaraan telah
dilaksanakan di berbagai kota. Di Bandung sejak tahun 1997 telah melaksanakan
program tersebut, tetapi kendalanya pasokan gas yang tidak menentu dan tidak 4
tersedianya spare part konverter kits sehingga masyarakat beralih kembali ke BBM.
Untuk daerah Surabaya, masyarakatnya lebih paham akan manfaat konversi ke BBG
sehingga mereka dengan swadaya mengkonversi kendaraan mereka menggunakan
BBG. Pada tahun 2004, diperkirakan jumlah NGV di Indonesia hanya 500 unit. Oleh
sebab itu, sejak tahun 2007 pemerintah mulai menggalakkan lagi program konversi
ke BBG dengan membagikan konverter kits untuk taksi dan bajaj di Jakarta. Pada
tahun 2009, pemerintah kota Bogor mendapatkan bantuan konverter kits dari
pemerintah. Tetapi sampai saat ini 1.001 konverter kits yang dibagikan belum
digunakan karena tidak tersedianya SPBG di Bogor.
Permasalahan Konversi dari BBM ke BBG di Indonesia
Dibanding perkembangan pemakaian NGV di luar negeri, Indonesia sangat
tertinggal. Hingga saat ini, pelaksanaan program konversi BBM ke BBG untuk
kendaraan kurang berhasil dilihat dari jumlahnya yang kurang dari 5000 unit
kendaraan berbahan bakar gas atau NGV. Hal ini disebabkan beberapa kendala
seperti berikut.
1) Pasokan Gas
Meskipun sumber gas di Indonesia sangat banyak, namun pada kenyataannya
quota gas untuk transportasi tidak ada. Gas yang ada sudah habis untuk industri
dan pembangkit listrik, bahkan pembangkit listrik masih kekurangan pasokan gas.
Untuk itulah diperlukan adanya quota gas untuk transportasi oleh pemerintah.
2) Harga Gas
Sebelum keluarnya KepMen ESDM No. 2932 K/12/MEM/2010 mengenai harga
jual BBG, di Jakarta terdapat dua jenis harga gas untuk kendaraan dalam hal ini
CNG (Compressed Natural Gas). Harga gas Pertamina Rp. 2.562/lsp atau liter
setara premium sedangkan harga gas PGN (Perusahaan Gas Negara) adalah Rp.
3.600/lsp. Karena perbedaan harga ini, maka SPBG yang menjual gas lebih mahal
kekurangan konsumen yang diakibatkan konsumennya beralih ke SPBG yang
menjual gas lebih murah. Hal ini berakibat buruk karena terjadi antrian panjang
dan SPBG harus beroperasi terus menerus, sehingga perawatannya terabaikan.
Sejak 15 Desember 2010 sudah diberlakukan KepMen ESDM No. 2932
K/12/MEM/2010 dimana harga BBG untuk transportasi di wilayah Jakarta
ditentukan Rp. 3.100/lsp sehingga tidak ada perbedaan harga lagi. Walaupun
sudah sama harganya, tetapi para pengusaha masih berusaha untuk minta
kenaikan dari harga tersebut, karena dengan harga tersebut marginnya sangat
kecil.
3) Kualitas Gas
Kualitas Gas saat ini sudah ditentukan dengan surat keputusan Menteri ESDM,
tetapi pelaksanaan dilapangan belum ada yang melakukan pengetesan. Salah satu
keluhan dari Bus Trans Jakarta adalah kandungan air terlalu tinggi, sehingga
setiap 6 bulan diperlukan pembersihan tangki Gas.
4) SPBG
SPBG yang ada selama ini sangat sedikit, sedangkan populasi NGV di Jakarta
semakin meningkat dan tidak sebanding dengan pertumbuhan SPBG, sehingga
terjadi antrian yang cukup panjang pada saat pengisian BBG. Hal ini
mengakibatkan banyak kendaraan yang tadinya menggunakan BBG jadi beralih
kembali menggunakan BBM karena enggan mengantri.
5) Kit Konverter 5
Kit konverter yang digunakan di Indonesia saat ini berasal dari berbagai negara,
seperti Argentina, Cina dan India. Spare part atau suku cadang untuk peralatan
konversi tersebut tidak tersedia di Indonesia. Jika ingin membelinya harus dalam
jumlah besar dan waktu yang diperlukan untuk pengiriman juga lama. Akibatnya
kendaraan yang mengalami kerusakan sangat sulit diperbaiki karena sulitnya
pengadaan spare part dan pada akhirnya kendaraan tersebut kembali lagi
menggunakan BBM.
6) Standar
Di Indonesia standar yang digunakan untuk peralatan konversi bahan bakar gas
(CNG) pada kendaraan adalah SNI 7407 : 2009. Standar ini mengacu pada
beberapa standar dari luar negeri seperti AS/NZ 2739 : 2009, ISO 15500 : 2001,
dan sebagainya. Namun butir-butir yang diacu pada SNI tidak selengkap yang ada
pada standar-standar tersebut, sehingga SNI masih belum dapat dijadikan sebagai
patokan. Contohnya adalah pada SNI ada bagian yang membahas mengenai
instalasi, tetapi pada kenyataannya di lapangan para installer merakit peralatan
konversi tersebut mengikuti panduan dari vendornya masing-masing, sehingga
tata letak peralatan konversi pada kendaraan satu dengan yang lainnya berbedabeda tergantung dari vendor dan luasnya ruang yang ada pada kendaraan.
7) Pengujian
Selama ini di Indonesia tidak ada suatu lembaga atau badan yang menguji
peralatan konversi, yang ada hanya pengujian pada tabung yang dilakukan oleh
Departemen Tenaga Kerja. Sebelum digunakan pada kendaraan, peralatan
konversi yang diimpor harus diuji terlebih dahulu. Sehingga dapat diketahui
kelayakan penggunaan peralatan tersebut.
8) SDM
SDM yang menangani instalasi converter kits masih sangat sedikit dan masih
belum bersertifikasi karena tidak ada badan yang mengeluarkan sertifikasi. Para
SDM/teknisi tersebut dilatih langsung oleh vendor yang mengeluarkan converter
kits.
9) Monitoring Evaluasi
Sejak dicetuskannya program konversi BBM ke BBG pada kendaraan pada tahun
1988 hingga saat ini belum dilakukan monitoring dan evaluasi pada kendaraan
yang menggunakan BBG, sehingga mengalami kesulitan untuk mendapatkan data
populasi kendaraan.
10) CDM
Salah satu manfaat dari konversi BBM ke BBG pada kendaraan adalah
pengurangan emisi. Pengurangan emisi yang diperoleh dapat di konversi ke CDM
(clean development mechanism), sehingga 1 ton CO2 yang dikurangi dapat
menghasilkan $10. Pengurangan emisi CO2 ini dijual dalam bentuk Certified
Emission Reduction (CER) ke negara-negara maju yang paling banyak
menghasilkan emisi CO2.
Manfaat Konversi dari BBM ke BBG
IV.1.Umum
Konversi dari BBM ke BBG mempunyai banyak manfaat, yaitu mengurangi
pemakaian BBM, mengurangi pencemaran udara, menguntungkan pengguna dan
memberikan peluang usaha. (gambar 1)6
Gambar 1. Manfaat Konversi dari BBM ke BBG
Secara lebih rinci manfaat konversi BBM ke BBG dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengurangi penggunaan BBM dan subsidi
Dengan mengkonversi bahan bakar kendaraan dari BBM ke BBG, akan
mengurangi pemakaian BBM yang berarti mengurangi impor minyak dan tentu
saja subsidiyang dialokasikan pemerintahuntuk BBM menjadiberkurang.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
Bahan bakar gas emisinya sangat kecil dibanding dengan bensin, penggunaan
BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%, emisi CO2 sebesar 25%, emisi
HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif
bagi lingkungankarena ikut serta dalam pengurangan pemanasan global.
3. Peluang usaha
Apabila konversi dari BBM ke BBG ini berjalan dengan lancar maka industri
dari hulu ke hilir termasuk industri konversi di dalam negeri akan semakin
berkembang. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak positif bagi
penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
4. Bagipemakai
Bagi pengguna kendaraan berbahan bakar gas (NGV/natural gas vehicle) akan
menghemat pengeluaran pembelian bahan bakar karena harga BBG jauh lebih
murah dibandingkan harga BBM. Selain itu, pengguna NGV juga menghemat
pengeluaran untuk perawatan kendaraan karena BBG tidak menghasilkan kerak
pada mesin dan busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot dan peredam
suara umurnya lebih panjang.
Spoiler for Pic:
Sekian dari ane yang newbie,
ya yang penting bermanfaat, untuk indonesia yang lebih maju dan dapat memperpanjang umur bumi.
Salam Ngapak aselole
Diubah oleh gyntaband 16-03-2013 10:47
0
3.4K
Kutip
6
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.6KThread•81.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru