Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Princen (Poncke) Serdadu Belanda Pengkhianat - Legenda Divisi Siliwangi

devitapraAvatar border
TS
devitapra
Princen (Poncke) Serdadu Belanda Pengkhianat - Legenda Divisi Siliwangi

Kisah seorang anak muda Belanda yang mengikuti kata hatinya dan bergabung dengan para gerilyawan Siliwangi untuk memerangi bangsanya.


JAKARTA , 1940an. Hujan besar mengguyur Pelabuhan Tanjung Priok, saat Kapal Laut MS. Sloterdijk dari Belanda merapat di mulut dermaga. Begitu kapal berhenti, ribuan serdadu muda berseragam loreng lengkap dengan ransel dan senjata, bergegas menuruni tangga kapal. Sebagian di antaranya clingak clinguk memperhatikan suasana di sekitar pelabuhan.

Di antara ribuan serdadu itu, tersebutlah Johanes Cornelis Princen, pemuda 21 tahun asal Den Haag. Sebagai seorang anak muda yang melek politik, Princen sebenarnya sangat sadar bahwa sebuah hal yang sangat memalukan bagi bangsanya mengirimkan ribuan tentara ke seberang lautan, semata-mata hanya untuk menindas sebuah bangsa yang ingin merdeka.

“Sangat mengerikan mengetahui kenyataan bahwa kami tak berbeda dengan orang-orang Jerman yang dulu pernah menindas kami,”ujar lelaki yang pada awal 1940-an pernah bergabung dengan kaum partisan Belanda penentang Nazi tersebut. Lantas kenapa Ia datang ke Indonesia sebagai seorang serdadu?

Ceritanya, saat Ia menjalani pelatihan militer di Ede, tiba-tiba Ia diberitahu sang atasan bahwa sebentar lagi akan dikirim ke Indonesia untuk menumpas para “ekstrimis”. Alih-alih menerima perintah tersebut, Ia malah lari ke Nice –sebuah kota kecil di Prancis-- dan memilih menjadi seorang pengamen di sana.

Di Nice, Princen berpacaran dengan Els, seorang perempuan Yahudi. Dari kontak emosionalnya dengan bekas buronan Nazi itulah Ia semakin yakin kepada sikap anti penindasannya. Bahkan lebih dari itu, Els justru mendorong Princen untuk “bertindak lebih nyata” terhadap sikapnya yang anti pengiriman militer Belanda ke Indonesia.

“Mengapa kamu tidak melakukan sesuatu? Mengapa kamu memilih untuk lari ke sini?” ujar Els seperti yang dituturkan Princen kepada Hanna Rambe dan Peter Schumacher dalam Princen, Orang Tanpa Cap.

Tak dinyana oleh siapapun (termasuk mungkin pada awalnya oleh Princen sendiri), dalam perkembangan selanjutnya Princen benar-benar “bertindak lebih nyata” (dan gila) dibanding para serdadu lain yang sama-sama anti pengiriman militer Belanda ke Indonesia: ia membelot ke pihak Indonesia dan memutuskan bertempur dengan kawan-kawannya sendiri sesama serdadu Belanda!

Tahun 1948, Princen bergabung dengan Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi yang saat itu sedang hijrah di daerah Jawa Tengah. Menurut Kemal Idris, begitu resmi menjadi bagian Siliwangi di Pati, Princen langsung ikut long march Divisi Siliwangi untuk kembali ke Jawa Barat. emoticon-I Love Indonesia (S)

Pada mulanya, mantan Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi tersebut mengaku ragu, Princen akan bisa mengikuti perjalanan kurang lebih 900 km nan penuh mara bahaya itu. “Saya malah sempat menawarkan kepadanya untuk kembali ke kesatuannya di militer Belanda.“ Tapi apa jawabnya?

“Aku telah katakan A, jadinya sekarang aku katakan juga B dan jika perlu aku katakan sampai semua aksara, jadinya aku ikut berangkat!” ujar Princen seperti yang dikatakannya kepada Joyce van Fenema dalam Kemerdekaan Memilih

Sepanjang mengikuti long march Siliwangi itulah, Princen menyaksikan semangat dari sebuah bangsa yang benar-benar ingin merdeka. Ia pun semakin yakin terhadap pilihannya. “…Dua setengah bulan menyusuri jarak 900 km dengan kaki telanjang dan melihat desa-desa dibakar pesawat Belanda, meyakinkanku bahwa kecanggihan dalih-dalih, tentara terlatih,kesombongan, gengsi diri berlebihan adalah sebab dari semua pembunuhan itu berlangsung…,”tulisnya dalam Gerilya yang Tak Pernah Selesai.

Kesetiannya terhadap Siliwangi menjadikan Princen lambat laun semakin dipercaya oleh seluruh anggota pasukan. Terlebih sikap Princen yang supel dan suka humor membuat Ia populis di kalangan para pengikut long march. Ada sebuah cerita lucu, kalau Princen mandi, tiba-tiba sungai menjadi penuh orang, perempuan maupun lelaki. Mengapa?

Selidik punya selidik, ternyata,” Mereka rupanya ingin tahu seberapa besar sih “keperkasaan” orang Belanda,” ujar Princen sambil tertawa emoticon-Malu

Selama kurun 1948-1949, Princen dan pasukannya, banyak merugikan militer Belanda di kawasan Cianjur dan Sukabumi. Bukan saja nyawa tapi juga persenjataan. Dalam setiap operasinya, tak jarang Princen “berhasil” menipu militer Belanda dan konco-konconya. Caranya dengan pura-pura menjadi “tentara Belanda”.

Seperti yang terjadi pada 28 Maret 1949. Saat itu, pasukan Princen berhasil menaklukan –dengan tanpa satu pun peluru keluar satu peleton Poh An Tui (milisi orang-orang Cina bentukan Belanda) di sebuah pabrik di kawasan Padaasih, Sukabumi.

“Dengan modal seragam hijau mirip seragam tentara Belanda, aku dengan 2 pengawalku mendatangi pabrik itu, dan berteriak: “inspeksi kemanan, bariskan semua dan kosongkan senjata!”, mereka terkecoh dan lumayan beberapa karaben dan satu bren berhasil kami rampas,” tutur Poncke sambil terkekeh.

Namun tak jarang, para gerilyawan yang dipimpinnya terlibat kontak senjata yang seru dengan pasukan Belanda. Salah satu pertempuran yang Ia anggap paling seru adalah saat Ia harus menghadang serangkaian kereta api yang mengangkut serombongan polisi Belanda di Stasiun Gandasoli (sebuah halte dekat terowongan Lampegan di wilayah Kabupaten Cianjur).

Princen berkisah, begitu kereta api berhenti, salah seorang anak buahnya muncul dari balik rimbunan pohon dan dengan senjata terkokang lari menghampiri komandan jaga seraya berteriak: “Ini adalah penyergapan! Jika kalian melakukan apa yang kami perintahkan maka tak akan terjadi malapetaka!”

Princen kemudian muncul dan memerintahkan anak buahnya untuk mengosongkan kereta api dari penumpang sipil serta menjaga setiap pintu dengan senjata siap tembak. Saat proses inilah, seorang polisi Belanda nekad meloncat dari jendela kereta api dan… Dor! Tanpa ba bi bu lagi, sebuah karaben menyalak dan membuat polisi itu terkapar tewas.

Mendengar suara tembakan tersebut, serta merta masinis kereta api panik dan menjalankan secara tiba-tiba kereta apinya. Seiring laju kereta api, granat-granat tangan pun berhamburan. “Hasilnya satu polisi Belanda mati, dan satu senjata berhasil kami rampas,”ujar Poncke.




emoticon-Rate 5 Star emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-I Love Indonesia emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Rate 5 Star


Poncke (sebelum meninggal)


Poncke saat memeriksa barisan pasukan Siliwangi (1950)
Diubah oleh devitapra 16-03-2013 03:22
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
25.9K
63
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.