Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afryan015Avatar border
TS
afryan015
AGRAPANA "NYAWA INGKANG DIPUN GANTOSAKEN"
     
Bab 1


“Bu pokoknya Tias maunya kamar di lantai dua ya, sepertinya disana kamarnya nyaman” ucap Tias kepada Ibunya.


“Iya terserah kamu, yang penting kita pindahkan dulu barang bawaan kita ini kedalam, dan nanti kita tata semua bersama sama biar cepat selesai” ucap ibunya sambil melangkah kedalam rumah membawa kardus berisi barang dari rumah lama.


“Pokoknya terserahkamu saja yas, yang penting kamu nyaman tinggal disini, apa lagi di lantai dua ada tempat yang bisa kamu gunakan buat ngerjain pekerjaan kamu kan” imbuh ayah Tiyas yang sedang menurunkan barang – barang dari mobil bak yang membawa perabotan rumah mereka.


Tias dan keluarganya baru pindah ke rumah kontrakan yang baru, karena rumah kontrakan mereka yang lama sudah tidak bisa diperpanjang lagi, dan hari ini mereka mulai memindahkan perabotan rumah ke kontrakan yang baru.


Ayah Tias merasa beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang murah dengan luas rumah yang cukup lega dibandingkan dengan kontrakan sebelumnya, ditambah lagi halaman yang juga luas, apalagi kontrakan yang sekarang memiliki dua lantai, dimana dilantai satu memiliki fitur, satu ruang tamu, dua kamar dengan salah satunya kamar utama, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang keluarga yang terbilang cukup luas dan halaman belakang yang terbilang cukup luas untuk menjemur pakaian, sedangkan untuk di lantai dua memiliki firur satu kamar dengan balkon, satu ruangan yang cukup untuk digunakan bersantai atau digunakan sebagai ruang kerja, dan satu kamar mandi, dengan fasilitas seperti itu Ayah Tias mendapatkan harga yang cukup terjangkau, dan rumah itu pun belum lama ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya.


Tias membantu orang tuanya membawa masuk barang barang yang berada diluar untuk dimasukan kedalam rumah, satu persatu box kardus mulai dibuka dan dikeluarkan isinya untuk ditata pada tempat yang mereka inginkan, suasana riang keluarga kecil itu terdengar saat mereka sedang beristirahat disiang hari untuk melepas lelah karena sejak pagi berberes dan menata rumah.


“Hahaha, Apa lagi waktu Tias masih kecil ya yah, manjanya bukan main, dikit dikit buk, dikit dikit buk, sampe mau beol aja harus ada ibu, pernah waktu itu ibu di panggil Tias yang katanya mau beol tapi ibu lagi repot masak, bukannya pergi ke WC sendiri malah lompat – lompat kecil dibelakang ibu sambil sambil megangin pantat haha” ucap ibu Tias bercerita sambil terkakak.


“Ah ibu ah, itu kan dulu waktu aku kecil bu, sekarang kan udah nggak” dengan wajah cemberut menahan malu Tias protes pada ibunya.


“Haha terus yah, pas mau ibu angkat Tias buat dibawa ke WC, eh dia malah nangis sambil bilang, udah keluar bu, ahahaha” ucap ibu Tias tidak bisa menahan tawanya.


“Haha, namanya juga masih kecil ya yas, sini nggak usah cemberut, sini ayah cium” ucap ayah Tias membujuknya supaya tidak cemberut.


“Ah ibu tuh, sukanya ngejek aku terus” sambil mendepet ayahnya seolah mengadu.


“Udah nggak papa, eh tapi kok bau apa gitu ya ada yang aneh, kamu nggak beol kan yas?” ucap ayah Tias menggodanya.


“Ah ayah ih, sama aja, nggak lah aku udah bukan anak kecil lagi, ah udah ah aku mau keatas dulu ngerapiin kamar aku” sambil melepaskan pelukan ayahnya, Tias lantas bangkit dari posisi duduknya dan langsung melangkah ke lantai dua dengan menutup wajahnya karena tersipu malu namun gengsi untuk menunjukan pada kedua orang tuanya.


“ih ih ih cemberut sambil cengar cengir itu, nggak usah di tutupin, ibu udah liat kok haha” ucap ibu Tias menggoda.


“Haha, jangan kelamaan ya Yas, habis ini kita keluar buat makan, nanti kalo ayah panggil turun ya” ucap ayah Tias.


“Iya yah” ucap Tias singkat.


Setelah sampai di lantai dua, Tias mengambil beberapa kardus yang berada di ruangan yang sepertinya akan digunakan Tias sebagai tempat bersantai sekalikus beraktifitas, satu box kardus diraihnya untuk kemudian diletakan didalam kamar yang akan ditempatinya, box kardus itu kemuda dibukanya dan dikeluarkannya lah isi – isi didalamnya kemudian diletakan di atas kasur yang sebelumnya sudah ditata bersama dengan ayahnya, beberapa box yang isinya merupakan barang barang milik Tias sudah terbuka, dan satu persatu ditata pada tempatnya, seperti pakaian, buku buku dan lainnya ditata dengan sangat cekatan oleh Tias, dan tidak lupa gorden penutup jendela pun dia pasang, setelah dirasa lelah, Tias memutuskan untuk berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum nyelesaikan menata barang yang masih tergeletak bukan pada tempatnya.


Teringat dengan perkataan ayahnya kalau mereka akan pergi makan siang diluar, lantas Tias menuju ke arah anak tangga lalu bertanya dengan nada yang kencang supaya orang tuanya di bawah mendengar.


“Yah? mau keluar makan siangnya jam berapa?” ucap Tias berteriak dari lantai dua.


“Sebentar lagi ya, ini masih tanggung beresin ruang tengah, biar nanti bisa buat santai dulu, soalnya nggak bakal selesai satu hari ini” ucap ayah Tias menjawab dari bawah.


“Oh ya udah yah, aku dikamar ya, mau istirahat sebentar, capek banget, nanti kalau mau berangkat panggil aku jangan ditinggal” ucap Tias membalas jawaban dari ayahnya.


“Iya tenang aja, sana istirahat dulu” dengan suara sambil membersihkan dan menata ruangan ayahnya menjawab.


Tias pun kembali kedalam kamarnya dan langsung mengarah ke kasur yang sepertinya terlihat sangat nyaman untuk ditiduri sebentar, “Bruughhh” suara tubuh Tias beradu dengan kasur umpuk terdengar saat Tias menjatuhkan dirinya dalam kondisi terlentang.


“Hmmhhh nyamannya, rasanya enak banget” ucap Tias berbicara sendiri sembari tangannya merangsak masuk kedalam saku celananya untuk meraih ponsel yang dia simpan disaku.


Tias dengan asiknya mengadu ibu jarinya dengan ponselnya untuk membuka beberapa informasi dan hal hal menarik lainnya yang bisa dia kases dari dalam ponselnya itu, semua aplikasi Novel kemudian dia buka untuk melanjutkan bacaan yang sebelumnya belum selesai dia baca.


Tak lama setelah dia asik membaca Novel dari ponselnya, tiba – tiba mata yang sedang asik memandang layar ponsel itu menjadi sedikit berat untuk membuka matanya, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang Tias, maklum lah karena merasa lelah setelah dari pagi hingga siang ini dia terus berberes rumah baru alisa pindahan, dan tanpa sadar ponsel itu pun terlepas dari genggaman tangan Tias yang akhirnya ponsel itu harus beradu dengan wajahnya.


“Aduh, sakit, sakit” sambil menggosok wajahnya untuk meredakan rasa sakit akibat hantaman ponsel itu, Tias kemudian merubah posisi nya menjadi miring kesamping dan berbicara pada batinnya “mungkin tidur sebentar nggak papa kali ya, kan ibu sama ayah masih bersih bersih”. tak perlu waktu lama akhirnya Tias pun terlelap dalam tidurnya karena kelelahan.


“srek, srek, skrek” suara sapu bergesekan dengan lantai terdengar di luar kamarnya, Tias berfikir itu adalah orang tuanya yang sedang membersihkan ruangan yang berada di depan kamarnya itu, karena memang ruangan itu belum dibersihkan karena masih digunakan untuk meletakan barang – barang yang akan ditata di lantai dua ini.


“Bu, udah siap belum, kita mau keluar jam berapa” dengan keadaan masih terpejam Tias berkata.


“......” namun sama sekali tidak ada jawaban dari luar kamarnya.


“Bu, ih jawab lah, aku udah lapar ini” ucap Tias sedikit kesal.


“......” namun kembali lagi pertanyaan yang di ucapkan Tias sama sekali tidak mendapat jawaban dari ibunya.


Karena tidak mendapat jawaban, Tias pun kemudian membuka matanya dan ternyata saat dia membuka matanya kondisi kamarnya sudah sedikit gelap karena adanya awan mendung diluar rumah yang menandakan akan turun hujan, melihat hal itu, Tias kemudian bergegas keluar kamar dan menghampiri suara itu, dan saat sampai diluar kamar, Tias tidak mendapati ibunya berada disana, hanya ada sapu yang bersadar pada tembok dengan bagian sisinya terdapat kotoran yang sudah terkumpul.


“Duk duk duk” suara langkah kaki terengar menuruni anak tangga menuju ke lantai satu, Tias kemudian segera mengejar kearah suara langkah kaki itu sambil bertanya “bu, kapan kita keluarnya ini? keburu hujan lho” namun pertanyaan itu sama sekali tidak dijawab, Tias melihat dari atas lanti dua bahwa ibunya itu turun dan berjalan menuju kearah dapur, karena merasa kesal tidak mendapat jawaban dan dicueki oleh ibunya, Tias kemudian mencoba untuk bertanya pada ayahnya, walaupun dia belum melihat ayahnya berada disana.


“Yah, kapan kita mau keluar buat makan, keburu hujan nih” Tias berkata sambil berjalan turun dan mengikuti ibunya.


Namun hal sama juga terjadi, tidak ada tanggapan atau jawaban dari ayahnya, yang mungkin memang sedang tidak berada disana, karena saat Tias sampai di lantai bawah pun, dia tidak melihat adanya sosok ayahnya disana, yang ada hanya keheningan rumah tanpa adanya aktifitas, namun sosok ibu Tias masih terlihat sedikit berbelok kearah salah satu sudut di ruang dapur, hingga akhirnya dia tidak melihat sosok ibunya lagi, dan karena butuh jawaban diapun mengejar ibunya ke dapur, berharap kalau dia bertanya secara langsung dengan jarak dekat akan langsung direspon.


Setelah Tias berjalan ke arah dapur, kini dia terkejut karena tidak mendapati ada seorangpun yang berada disana, padahal dia jelas jelas melihat kalau ibunya berjalan menuju kearah dapur ini, wajah bingung terlihat jelas pada raut muka Tias, otaknya seakan tidak bisa menerima apa yang baru saja dia liat, hal itu membuatnya berdiri mematung sambil memikirkannya.


Namun tak berselang lama, suara motor terdengar dari depan rumah dan berhenti disana, mendengar saura motor itu, Tias kemudian tersadar dari lamunanya karena memikirkan sosok yang tadi dia lihat, Tias kemudian berjalan menuju ke ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.


“Ceklek, ceklek” suara kunci pintu dibuka dari luar rumah.


“Assalamu’alaikum, buruan masuk yah, itu jangan lupa makanannya dibawa masuk, cepetan yah, keburu ujan nih, laper juga” ucap ibu Tias meminta suaminya untuk cepat masuk membawa makanan yang baru saja mereka beli.


“Wa’alaikum salam, loh ibu dari mana sama ayah?” tanya Tias keheranan melihat orang tuanya datang dari luar rumah.


“Ini, baru aja beli makanan buat kita makan siang, maaf ya kelamaan, abisnya lumayan antri tadi dipenjual nasi padangnya, kayaknya sih enak soalnya antri” ucap ibu Tias sambil membawa makanan yang baru saja diberikan ayah Tias padanya untuk segera dihidangkan.


“Loh ayah sama ibu udah dari tadi keluar, kok nggak bangunin aku sih?” dengan nada kesal Tias merajuk pada orang tuanya.


“Nggak tega ayah mau bangunin kamu yas, soalnya dari cara tidurmu kayaknya kamu capek banget, jadi ayah putusin buat biarin kamu tidur dan ayah sama ibu beli makanan buat dibungkus” sambil mengelus kepala Tias, ayahnya berlalu melewatinya.


“Jadi dari tadi aku sendirian dirumah?” tanya Tias pad orang tuanya.


“Iya, maaf ya, udah sekarang yang penting kita makan dulu, ini ibu siapun dulu ya di meja makan, eh iya ayah, tolong tutupi jendela balkon lantai dua ya, soalnya mau hujan, takut airnya nanti masuk kerumah” ucap ibu Tias.


Dengan ekspresi bingungnya, Tias hanya bisa terdiam, dia masih memikirkan sosok yang dia lihat tadi saat turun dari lantai dua, karena apa yang dia lihat itu perwujudannya sangat mirip dengan sosok ibunya.


Tidak mau berfikir macam – macam, Tias berusaha bersikap positif dan beranggapan apa yang dia lihat itu tidak benar, mungkin karena efek dari bangun tidur dimana nyawanya belum kembali seutuhnya.


Tias juga tidak menceritakan hal tersebut pada orang tuanya, dia tidak mau dianggap penakut oleh kedua orang tuanya, apalagi rumah ini baru saja akan dia tempati, tidak mungkin karena menganggap hal seperti itu serius membuatnya menjadi takut untuk tinggal disini.


Mencoba untuk melupakan hal yang baru saja dia lihat, Tias kemudian menyusul ibunya kedapur untuk menyiapkan makanan yang sudah dibeli tadi, sambil menyiapkan makanan, Tias terus melihat kesekeliling dapur, walaupun dalam pikirannya ingin melupakan hal tadi, namun bayangan itu terus muncul didalam otaknya, dengan kata lain otaknya masih belum menerima hal yang masih belum bisa masuk kedalam akal, karena Tias merasa setelah dia bangun tidur, dia merasa sudah sadar sepenuhnya.


Setelah semua makanan siap untuk disajikan, Tias diminta oleh ibunya untuk memanggil ayahnya turun kebawah supaya mereka bisa makan bersama, beberapa kali Tias mencoba memanggil dari arah tangga menuju lantai dua, ayahnya hanya menjawab sebentar, mungkin ayah Tias sambil mengecek barang – barang yang berada di lantai dua.


Karena terlalu lama, Tiaspun kemudian menyusul ke lantai dua dimana ayahnya berada, dan sesampainya di sana, ternyata ayahnya sedang asik melihat atau mengecek isi dari kotak yang belum dibuka, memastikan kalau semua barang sudah berada disini, jadi tidak perlu untuk kembali lagi ke kontrakan lama karena ada yang tertinggal.


“Ih ayah nih, udah ayo turun dulu, aku udah lapar lho, malah asik ngecek barang, kan bisa nanti” dengan sedikit kesal Tias meraih tangan ayahnya untuk segera turun kebawah.


“hehe iya, iya, ayo kita turun, ini ayah nyalain lampu sekalian, kayaknya mau ujan besar soalnya makanya gelap banget” ucap ayahnya sambil meraih saklar lampu dan menyalakannya.


Setelah itupun Tias turun bersama ayahnya menuju kearah meja makan, disana ibu Tias sudah menunggu sambil menonton TV yang kebetulan televisi masih bisa terlihat dari meja makan, Tias dan ayahnya pun kemudian duduk dikursi meja makan dan langsung menyantab makanan yang sudah tersaji.


Obrolan meja makan tak pernah mereka lewatkan, suasana keakraban mereka menandakan keluarga yang sangat harmonis, suasana hangat sangat nampak pada keluarga Tias ini, namun saat sedang asiknya ngobrol sambil menyantab makanan yang sudah dibeli tadi, hujan deraspun akhirnya turun, langit gelap sudah tidak bisa membendung volume air yang ditampungnya.


Suara gemricik air hujan beradu dengan genteng rumah terdengar sangat keras, angin berhembus dengan cukup kencang terlihat dari jendela yang menampakan dedaunan bergoyang dengan cepat karena tertiup angin.


Karena curah hujan yang cukup besar, ditambah petir mulai bergelegar di langit, TV yang tadinya menyala, terpaksa harus dimatikan karena takutnya TV itu akan tersambar petir, dan benar saja tak berselang lama setelah TV itu dimatikan oleh ibu Tias, “DIIIAARRR” suara petir menggelegar seolah tepat berada diatas rumah mereka, listrikpun padam, membuat rumah menjadi sedikit gelap karena masih ada cahaya yang masuk dari jendela.


Karena lampu padam, ibu Tias langsung berinisiatif mencari lilin untuk menerangi meja makan, soalnya tidak nyaman apabila makan namun dalam kondisi minim cahaya, disaat bersamaan dari arah lantai dua, tiba – tiba .....
Diubah oleh afryan015 12-03-2024 13:55
miftah9898
bebyzha
imron444
imron444 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
5.2K
255
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#25
Bab 7
   
Suara berisik didepan balkon membuat Tias terbangun dari tidurnya, dia kemudian melangkah keluar kamar dan menuju ke balkon yang menjadi pusat suara berisik itu, saat menuju kesana dari arah jendela balkon sebenarnya Tias tidak melihat ada siapapun berada disana, namun suara berisik itu masih terus terdengar, karena demikian Tias tetap melangkah menuju ke balkon dan mengecek suara apa sebenarnya yang membangunkannya itu, namun setelah sampai didepan pintu balkon dan Tias membukanya, tetap saja tidak ada siapapun dan suara itu tiba tiba menghilang begitu saja.


Tias lantas memeriksa ke arah bawah balkon dan bisa juga melihat kearah halaman belakang rumahnya, yang ternyata ibunya sedang membersihkan dedaunan disana, daun yang sudah menguning itu dikumpulkan oleh ibunya karena mengotori halaman.


“Bu, suara berisik apa ya barusan?” tanya Tias berteriak dari atas balkon pada ibunya.


Ibunya yang sedang menyapu membelakanginya kemudian membalikan badannya sambil tersenyum dan berkata.


“Tidak ada suara berisik kok yas” jawabnya sambil tersenyum dengan ekspresi aneh.


“Oh gitu ya bu, aku bantu nyapu ya bu, bentar Tias turun” jawab Tias sambil kemudian masuk untuk turun ke lantai satu.


Sebenarnya Tias merasa aneh dengan senyuman sekaligus ekspresi ibunya, saat melihat ekpsresi ibunya tadi, dia ada rasa sedikit takut karena teringat film – film horor yang pernah dilihatnya dulu.


Sesampainya di lantai satu, Tias dikejutkan dengan ibunya yang ternyata sudah berada didapur dan sedang memasak masakan yang sepertinya menjadi favoritnya yaitu Rendang sapi, karena merasa aneh karena ibunya ternyata sedang masak, lantas Tias bertanya pada ibunya soal dia melihatnya sedang menyapu halaman belakang barusaja.


“Loh ibu lagi masak, tadi bukannya masih nyapu di belakang?” tanya Tias dengan tampang keheranan.


“Iya ibu udah selesai baru saja, sekarang masak buat kamu makan siang” jawab Ibunya tersenyum aneh.


Ekpsresi dari ibu Tias sama sekali tidak berubah, dia masih menunjukan senyum yang aneh yang selama ini belum pernah dia lihat, Tias mulai merasa tidak nyaman dengan ekpsresi yang diberikan oleh ibunya itu hingga dia memprotes secara langsung.


“Ibu tuh kenapa sih senyum senyum seperti itu dari tadi pagi, aku ngerasa aneh sama ibu” ucap Tias menanyakan.


“Nggak ada yas, ibu biasa aja” jawab ibunya masih dengan ekspresi senyum anehnya.


“Stop bu aku nggak suka ibu menampakan senyum yang seperti itu, aneh tau nggak?” Pinta Tias terhadap ibunya untuk tidak menunjukan ekspresi yang menurutnya mengganggu.


Seketika setelah Tias mengatakan hal demikian, ekpsresi ibu Tias tiba tiba langsung berubah, wajah tersenyumnya langsung menghilang berubah dengan wajah datar dan sayu menatap kearah masakan yang sedang dibuatnya.


Dan saat Tias melihat perubahan ekspresi ibunya yang mendadak, dia semakin kesal karena dia merasa itu tidak lucu.


“Apaan sih bu, nggak lucu tau nggak” ucap Tias kesal pada ibunya.


Mendengar respon Tias, ibunya kemudian menghentikan aktifitas memasaknya dan kemudian berjalan menghampiri Tias, wajah datarnya melihat kearah Tias dengan dekat, sorotan mata ibunya begitu menusuk kemata Tias hingga membuat dia takut, namun setelah itu ibunya lalu meninggalkan Tias di dapur dengan kompor yang masih menyala.


Ibu Tias kemudian pergi menuju kearah kamarnya dengan langkah yang cukup cepat, sedangkan Tias kebingungan dengan reaksi ibunya itu, dilain sisi ingin mengejar ibunya dan meminta maaf karena mungkin perkataannya menyakitkan hati ibunya, namun dilain sisi dia juga kebingungan karena ditinggalkan dengan masakan dengan kompor yang masih menyala, namun dengan cepat karena dia tidak enak hati dengan ibunya, Tias lantas mematikan kompor yang masih menyala itu dan bergegas menyusul ibunya.


Setelah kompor dimatikan Tias pun langsung bergegas menyusul ibunya yang harusnya masih terlihat berjalan menuju kamarnya, namun saat Tias sampai di ruang Tengah ibunya sama sekali sudah tidak terlihat, dan karena itu dia kemudian langsung menuju kekamar ibunya, namun hal sama terjadi, disana dia tidak melihat ada ibunya, padahal dia juga tidak mendengar pintu utama terbuka yang menandakan ibunya tidak keluar dari rumah itu, lantas kemana ibunya ini pergi, dalam benaknya dia merasa takut, barang kali kejadian malam hari itu akan dialaminya lagi, karena masih merasa trauma dengan kejadian malam itu, lantas Tias segera memanggil ibunya.


“Buuuuu, ibu dimana bu, aku minta maaf” ucap Tias sedikit keras berharap ibunya mendengar.


Namun setelah beberapa kali Tias berbicara keras seperti itu, dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari ibunya, suasana rumah terasa sangat sepi, hanya terdengar suara angin yang berhembus di luar rumah.


Tias kemudian mencari ibunya diseluruh ruangan, baik itu di lantai satu maupun lantai dua, dan bahkan dia juga mencarinya ke halaman belakang walau itu sangat mustahil karena ibunya jelas jelas pergi kedepan. Saat Tias panik karena tidak menemukan ibunya itu, tiba tiba suara bel rumah terdengar.


“TING TONG” suara bel rumah terdengar dua kali berbunyi.


Ada rasa sedikit lega dari Tias karena dia akan memiliki tamu dan tidak sendiri lagi dirumah, dia lantas berlari menuju ke arah ruang tamu untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang datang untuk bertamu.


Setelah pintu terbuka dia melihat seorang lelaki paruh baya berdiri didepan nya dengan senyum yang menenangkan.


“Siapa ya?” tanya Tias pada lelaki itu.


“Boleh saya masuk nduk?” tanya lelaki itu tanpa menjawab pertanyaan Tias.


“Boleh pak, ada perlu apa ya? Silahkan duduk” Tias mempersilahkan lelaki itu duduk diikuti dengan dia yang juga duduk dihadapan lelaki itu.


“Kamu lagi ngapain nduk disini, sejak kapan kamu disini?” tanya lelaki itu yang menurut Tias aneh.


“Loh ini kan rumahku pak, ya jelas aku disini” ucap Tias keheranan.


Dengan senyum lelaki itu kemudian menjawab “yang sabar ya nduk, nanti saya bantu kamu kembali” ucap lelaki itu tambah aneh.


“Maksud bapak gimana ya? Mohon maaf saya tidak paham pak” ucap Tias semakin heran.


Belum sempat menjawab, tiba tiba dari arah dalam ruang tengah terdengar suara pintu kamar orang tua Tias berbunyi, karena dari tadi Tias mencari ibunya, dia lantas bangkit dari tempat duduknya dan segera menghampiri arah suara pintu itu, namun saat Tias akan beranjak, lelaki itu mengatakan.


“Yang sabar ya, itu bukan Ibumu” ucap lelaki itu memberi peringatan.


Dengan wajah keheranan Tias lalu meninggalkan sosok lelaki itu dan kemudian bergegas menuju ke sumber suara sambil tetap berpamitan pada lelaki itu.


“Sebentar ya pak, saya cek kedalam dulu” ucap Tias dengan wajah heran nya.


Lelaki itu hanya tersenyum rama pada Tias sambil menganggukan kepalanya, Tias kemudian menuju sumber suara dan di dapati ibunya sedang duduk di ruang tengah sambil menatap kosong kearah televisi yang tidak dinyalakan,


“Loh ibu dari mana dari tadi aku cariin lho, kirain ibu marah karea ucapanku tadi” ucap Tias lega karena ibunya ada dirumah.


“Nggak kok, ibu nggak kemana mana” jawab ibunya singkat dengan tatapan kosong menap ke arah televisi yang mati.


“Maafin Tias ya bu karena omongan Tias tadi” ucap Tias penuh penyesalan pada Ibunya.


“Iya yas tidak apa apa kok” jawab ibunya menoleh lambat kearah Tias sambil tersenyum lalu merubah ekspresinya menjadi datar lagi dan menatap kearah yang sama ke televisi.


“Bu itu ada tamu, aku nggak tau siapa, tapi omongannya aneh dari tadi” ucap Tias memberi tahu ibunya kalau didepan ada tamu.


“Nggak yas, didepan nggak ada siapa – siapa” ucap ibunya singkat dengan nada datar.


“Ih serius bu, didepan ada tamu itu, barang kali ibu kenal” ucap Tias menekankan.


“Ibu bilang nggak ada ya berarti nggak ada!!!” ucap ibu Tias yang tiba tiba merubah nadanya menjadi keras.


Tias yang terkejut dengan respon ibunya itu lantas pergi ke ruang tamu lagi untuk menemui tamu yang tadi berkunjung, dan meminta penjelasan atas keperluan apa dia kemari, namun saat Tias kembali ke ruang tamu, disana sama sekali tidak ada siapapun, hanya kursi kosong yang berada disana, pintu rumah yang tadinya terbuka juga sekarang dalam keadaan tertutup.


Tias yang benar benar dibuat heran dengan apa yang terjadi, jelas jelas tadi ada tamu yang datang, dan untuk memastikan kebenaran itu, dia coba mengecek halaman depan, barang kali lelaki itu pergi tanpa berpamitan dan masih berada didepan rumahnya sedang beranjak pergi. Namun saat Tias mengecek depan rumahnya, disana sama sekali tidak ada siapapun, jalanan di depan rumahnya juga terlihat sepi tidak ada satupun orang yang berlalu lalang seperti biasanya.


۩


Sementara itu Ayah dan ibu Tias yang terus di tampakan dengan kejadian kejadian aneh yang menimpa Tias membuat mereka meminta bantuan pada para tetangganya untuk mencari pengobatan alternatif yang sekiranya bisa menyembuhkan Tias, pasalnya sejak kejadian itu tingkah Tias dan apa yang dilakukannya sama sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat siapapun.


Dialain kejadian Tias yang bermain dedaunan dan melompat dari balkon namun saat dilihat ternyata tidak ada, kejadian itu terus berulang, dan ditambah dengan kejadian kejadian lainnya yang juga diluar nalar.


Pernah suatu saat, Tias sedang disuruh untuk duduk di ruang tengah sambil ditontonkan televisi yang menayangkan tontonan hiburan dengan harapan Tias bisa ceria lagi seperti biasanya, sudah beberapa minggu Tias terlihat lemas dengan tatapan yang sayu seolah tidak ada gairah untuk hidup lagi.


“Yas ini ibu bawakan mie goreng kesukaanmu, kamu makan ya?” ucap ibunya menyodorkan pada Tias yang menatap kosong ke televisi.


“Ayo yas, ibu suapin aaaa...” ibu Tias mencoba membujuk Tias untuk membuka mulutnya untuk disuapkan makan itu padanya supaya dia mau makan.


Namun Tias malah hanya diam mematung tanpa berkedip sama sekali, sempat diperhatikan oleh ibunya, dan sama sekali tidak ada pergerakan pada diri Tias, awalnya ibu Tias sama sekali tidak curiga dengan tidak adanya gerakan dari Tias, karena beberapa waktu dia juga sering seperti itu, namun setelah ditunggu cukup lama, Tias sama sekali tidak menunjukan gerakan lagi, tatapannya tetap kosong tanpa berkedip dan bahkan jika dilihat di perut Tias sama sekali tidak ada tanda dia menghirup nafas layaknya orang yang sedang bernafas.


Tampang panik dari ibu Tias langsung muncul, dia coba menggerakan tubuh Tias berharap Tias merespon.


“Yas, Tias, sadar nak, kamu ini sebenarnya kenapa, sudah beberapa minggu kamu seperti ini?” ucap ibunya sambil terus menggerakan badan Tias.


Tak ada jawaban dari Tias, ibunya lantas segera mengambil ponsel untuk menelfon suaminya dan berharap dia bisa segera pulang, dibukanya menu telfon dan segera mencari nama suaminya didalam ponselnya dan langsung dihubungi.


“Haloo..!!! ayah pulang sekarang, Tias yah, dari tadi tidak berkedip dan nggak ada tanda bernafas yah, buruan pulang yah!!” ucap panik ibu Tias menelfon suaminya.


“Iya bu, iya ayah langsung pulang sekarang, ibu cari bantuan sama tetangga depan rumah bu barang kali bisa bantu” ucap panik dari suaminya juga terdengar dari balik telfon.


“Iya yah buruan pulang pokoknya!!” ucap ibu Tias yang kemudian segera melempar telfonnya dan bergegas mencari bantuan dari tetangganya.


Ibu Tias kemudian berlari menuju keluar rumah dan segera mencari bantuan. namun saat akan keluar rumah, dari arah ruang tengah dimana Tias berada, terdengar seperti ada sesuatu yang jatuh, mendengar suara itu kemudian ibu Tias mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan keluar, dan kembali lagi keruang tengah berharap Tias sudah memberikan respon.


Begitu sampai diruang tengah, ibu Tias malah dikejutkan dengan apa yang terjadi pada tubuh Tias, rasa panik membuatnya ibu Tias bingung harus melakukan apa, dia mencoba menenagkan Tias yang ternyata....
regmekujo
pulaukapok
bebyzha
bebyzha dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.