Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

joko.winAvatar border
TS
joko.win
Indikator: Ara Effect Hancurkan PDIP-Ganjar



Jakarta - 

Dari hasil quick coint sementara perolehan suara Ganjar Pranowo dan PDIP yang mengusungnya mengalami kemunduran. Ada beberapa faktor penyebab, salah satunya hengkangnya elite pro Jokowi dari tubuh PDIP.

"Dari data quick count perolehan suara PDIP turun sekitar 3 sampai 3,5 persen dibandingkan Pemilu 2019. Meskipun PDIP unggul tetapi penurunan suara PDIP sangat terasa terutama di beberapa kantong suara seperti Jawa Barat, NTT, Sumut, Sulut dan lainnya," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi kepada wartawan, Senin (19/2/2024).

Baca juga:Maruarar: Prabowo Mengerti Sabar karena Pernah Kalah 3 Kali Pilpres

Burhanuddin menyimpulkan, penurunan suara itu terkait dengan keluarnya tokoh penting dari PDIP ke parpol lain termasuk Maruarar Sirait. Efeknya bukan hanya di Pileg tapi juga di Pilpres. Suara Ganjar yang didukung PDIP juga ikut tergerus.

"Maruarar bukan hanya tokoh kuat di PDIP yang punya basis massa di beberapa kantong suara, tapi juga punya jaringan kuat terutama di Parkindo. Ayahnya juga Pak Sabam Sirait dedengkot di Parkindo pada era fusi partai. Karena itu PDIP juga menderita kekalahan cukup besar di basis Parkindo seperti Bali, NTT, Sumut, Sulut dan beberapa daerah lain," kata Burhan.

Penurunan suara Ganjar dari survei terakhir, menurut Burhan, secara umum juga akibat salah posisi. Naiknya Ganjar tidak lepas dari strategi co branding dengan Jokowi sebagai next Presiden Jokowi sehingga pada tahun 2022 Ganjar nomor satu survei.

"Oleh karena itu ketika Jokowi memberikan endorcement baik secara langsung maupun tidak langsung ke calon lain, Ganjar tidak memiliki legitimasi lagi menjadi branding Jokowi. Itu membuat suara Ganjar drop di mana- mana. Di tambah lagi gerakan relawan termasuk sahabat Bang Ara yang menggerogoti basis PDIP," pungkasnya.

Baca juga:Respons Gerindra dan Kecewanya Senior PDIP ke Maruarar Sirait

https://www.google.com/amp/s/news.de...dip-ganjar/amp



Konten Sensitif


samsol...
watermel0n
itkgid
itkgid dan 2 lainnya memberi reputasi
3
932
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.6KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
braaivleesAvatar border
braaivlees
#4
Quote:



Menarik melihat ke depannya PDIP bagaimana kansnya mendapat suara orang Kristen, baik Protestan maupun Katholik di daerah2 itu. Memang betul juga, "tradisi" orang Kristen di daerah2 mayoritas/kantong Kristen memilih PDIP salah satunya karena dianggap penerus PDI yang merupakan partai leburan dari PK (Partai Katholik) dan Parkindo (Partai Kristen Indonesia).

Keluarga besar mama gua itu latar belakangnya Ambon Protestan (jemaat GPM) dari dulu selalu vote PDI lalu ke PDIP, ada satu dua yang memilih PDS/Demokrat/Nasdem tapi mayoritas sisanya setia PDIP dari zaman Reformasi.

Di Maluku dan Maluku Utara sendiri PDIP itu dianggap partai Sarane (Kristen) karena dari dulu didominasi orang2 Kristen pemilih dan pengurusnya. Kenapa? Karena faktor penerus Parkindo/PK tadi ditambah ketika kerusuhan komunal 1999-2000, PDIPlah yang dianggap paling adil ke kelompok Sarane karena partai2 lain dianggap pro-Salam (Islam).

Kemarin ini pertama kalinya keluarga besar gua terbagi banyak antara yang memilih PDIP dan non-PDIP, sampai ada yang agak menyindir di grup WhatsApp keluarga.

Kenapa? Jelas karena Jokowi. Prabowo yang di 2 pemilu kemarin hanya dapat 10-20% suara orang Sarane di Maluku, bisa dapat lebih dari separuh suara orang Sarane karena efek branding dia yang meninggalkan Islamis dan keberadaan Jokowi. Orang Sarane banyak melihat dengan disokong Jokowi, maka kepentingan koalisi2 Prabowo di Maluku tidaklah sektarian lagi tapi dianggap bisa berimbang antara Salam-Sarane.

Adik opa gua (86 tahun) dari pemilu '55 sampai 2019 kemarin selalu pilih Parkindo -> PDI -> PDIP,  baru kali ini dia pilih PSI emoticon-Ngakak (S). Kenapa? Karena dia melihat PDIP seperti tidak menghargai Jokowi dan Megalodon terlalu arogan. Inilah blunder besar Megalodon, bisa2nya membuat pemilih setia partainya dari kalangan minoritas di provinsi-provinsi mayoritas/pluralitas non-Islam yang dari zaman Orde Baru cenderung memihak PDIP membelok... bahkan lebih drastis daripada zaman Demokrat emoticon-Ngakak (S)

Keluarga papa gua (Chinese Katholik) juga bisa terbelah, oom gua 2 pilih Prabowo/PSI sementara papa dan cici-cicinya tetap Ganjar/PDIP. Jokowi bisa mengubah stigma Prabowo yang dari 2014 bagi kita yang Chinese selalu negatif (kerusuhan 1998, dekat dengan Islamis) itu bagi gua tidak disangka, karena keluarga besar papa gua dari dulu sangat tendensius ke Prabowo akibat faktor Islamis. Walau dengan dilepehkannya PKS dan diisolirnya mayoritas Islamis di Anies, Jokowi bisa mengubah citra Prabowo jadi 180 derajat di katakanlah separuh pemilih etnis Tionghoa itu gila juga.. dan satu kekalahan bagi PDIP yang selama ini dianggap minderheid partij bagi kita yang bukan Islam emoticon-Big Grin 

Jadi kalau PDIP tidak mengubah cara mainnya dan tetap dengan cara yang sekarang, gerbong Kristen/Hindu/Budhis nanti ke depannya belum tentu akan kembali memilih banteng emoticon-Embarrassment . Apalagi dengan Megalodon yang gua lihat kok malah menjadi beban dengan pernyataan-pernyataan dia itu emoticon-Big Grin .




Diubah oleh braaivlees 19-02-2024 12:09
ibnusaba
jakenesse
junaedi1982new
junaedi1982new dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.