Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

putramelankolisAvatar border
TS
putramelankolis
Jangan Ikuti Aku (Based On True Story)


Quote:


Ojik, panggilan akrabnya. Anak pertama keluarga pak Ahmad, umur 10 tahun. Baru awal bulan ini keluarga pak Ahmad pindah di jawa timur, karena urusan pekerjaan. Pak Ahmad adalah seorang guru honorer yang sedang dipindah tugaskan, dengan terpaksa harus memboyong satu keluarganya. Bu Ahmad istrinya, seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru ngaji. Sedangkan Ojik anaknya, anak pertama dan satu-satunya. Masih sangat muda untuk mengenal hal-hal mistis. Seseorang yang pendiam, sulit bergaul, dan suka mengigau. Tapi, kedua orangtuanya sampai saat ini belum sadar jika anaknya, sematawayang, punya keistimewaan.

Hidup sebagai seseorang aneh menurutnya, sangatlah susah. Teman-teman astralnya lebih menguasai pergaulan daripada teman nyatanya. Namun, itu hanya berlaku saat masih ada di kampungnya yang lama, jawa tengah. Seminggu ini dia merasa kehilangan kemampuan istimewa yang sudah dia emban sejak umur 5 tahun. Tak ada lagi teman astral, tak ada lagi gangguan, dan tak ada lagi mengigau. Semua kembali normal.

Mulailah ada perbaikan demi perbaikan. Bergaul, tertawa bersama, berbagi bahagia, menghafal nama, teman nyata. Bukan astral. Seminggu ini cukup bagi Ojik mendapatkan itu semua, tak terkecuali kedua orang tua yang mendapatkan berbagai bantuan dari tetangga-tetangga. Jauh terbalik sebanyak 180 derajat dari kehidupannya yang lama. Krisis finansial, dirundung penyakit malaria, satu keluarga, hingga kebakaran rumah yang memaksa mereka tidur di pinggiran kota. Dengan semangat yang di ujung tanduk, ayah dan ibu Ojik tetap menjaga keberlangsungan hidup. Meskipun, hanya dengan hasil dari guru honorer dan guru ngaji. Sampai akhirnya, mereka semua sampai di tanah jawa bagian yang lainnya, timur.

Namun, semua tak bertahan lama. Sejak seminggu dari bangkitnya keterpurukan pribadi Ojik, kemampuannya kembali. Namun, pun tidak sepenuhnya. Kini hanya ada rasa yang bisa dia tangkap, bukan lagi penglihatan atau percakapan sesama penglihat (astral).

Tiap kali bermain bersama kawan sepermainan, selalu saja dia sebutkan hal-hal yang tak bisa dinalar. Seperti menunjukkan ada firasat bahwa temannya yang 5 detik lagi akan terjungkal, gara-gara menyandung sebuah rumah makhluk (astral) hingga tak terima. Mencium bau anyir padahal sedang ada di rumah makan ketika sedang berbuka. Dan parahnya, hari itu....

Bersambung....


Sambungan :
1. Bisikkan
2. Berbuka Dengan Siapa
3. Kepala Gelinding
4. Kenapa Aku Ada di Sini? - TAMAT


Image :
1. Lapangan
2. Pertigaan Masjid
Diubah oleh putramelankolis 12-06-2020 07:30
makola
redbaron
tyassiwi
tyassiwi dan 12 lainnya memberi reputasi
13
16.6K
83
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
putramelankolisAvatar border
TS
putramelankolis
#13
Part 2
Mumpung mood horornya dapet, hehe



Ketika hampir saja mereka sampai di rumah, berkelok di perempatan gang terakhir...

"Tante, Ojik dari mana?" tanya Robet, kawan yang pertama kali berhasil ia temukan saat bermain di lapangan.

"Eh robet, bukannya tadi kamu maen sama si Ojik? tanya ibu Ojik sembari menghentikan langkah

"Nggak ta..." lanjut Robet

"Aaanuu buk, kita belum buka loh, aku udah laper." potong Ojik seraya menarik tangan ibunya

"Eeehhh iya iya. Tante duluan ya Robet. Daaa."

Sebisa mungkin Ojik menyembunyikan kejadiaan sore tadi rapat-rapat, baik dari ibu maupun teman-temannya. Dia ingin memastikan, apakah ini nyata atau ilusi semata. Mengingat ia merasa kemampuan istimewa yang berangsur singgah, ia tak berani untuk membuka mulut. Tentang kawan diamnya.

Menu berbuka sudah tersedia, salah satu dari sekian adalah menu favoritnya, sayur sup. Menikmati dengan lahap sembari berlamun ria mereka ulang kejadian sore tadi. Tetap dengan sebuah tanda tanya besar, siapa yang berbisik, siapa kawan diam yang di bawah pohon tadi. Bukankah hitung dan eja nama sudah benar. Lalu, kenapa Robet bisa menyapanya lebih dulu, sedangkan baru saja ia temukan di lapangan, kapan ia lalu lalang mendahuluinya pulang. Jangan jangan...

"Nak, dihabisin ya. Jangan sampai nggak." pinta ibunya sembari menyendokkan kuah ke arah piringnya.

"Eeh iya buk, aku habisin kok. Ini enak banget, kayak biasanya." sadarnya dari lamunan

"Eumm, buk. Tadi betul si Robet kan? Temen aku?" lanjutnya bertanya

"Iya betul, tadi si Robet. Ada apa nak? Bukannya tadi maen sama kamu di lapangan?" tanya ibunya sedikit curiga

"I-i-iyaa iya kok, tadi maen bareng. Hehe." cengengesnya mencairkan suasana

Setelah menghabiskan satu mangkuk sup miliknya, Ojik bergegas menuju kamar mandi, berwudhu.

"Bismillah, nawaithu...." ucapnya lirih sembari memutar kran
"Astaghfirullah!" teriaknya kaget

"Nak! Ada apa??!!" tanya ibunya dari ruang makan

"Gpp kok buk! Ini, aku hampir kepleset." teriaknya ragu

"Wealah, hati-hati nak licin." balas ibunya

Ada yang tidak beres, serasa tangannya tidak sedang memegang gagang kran, lebih seperti tangan dingin seseorang. Tidak bertekstur, lembut, namun sangat dingin. Ojik hanya bisa menerka-nerka, dengan lilin sebagai penerang di kamar mandi. Tak ingin mengalami hal yang tidak tidak, lanjutnya berwudhu dan bergegas pergi. Baru saja ia berbalik dan melangkah... Benda berbentuk bulat menggelinding di depannya.

"Astaghfirullah, tikus!" gumamnya mencoba untuk berpikiran positif, meskipun tikus tak berbau sangat anyir

Berlalu meninggalkan kamar mandi, beralih menuju ruang sholat.

Selesainya sholat maghrib ia sambung dengan mengaji. Sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, terlebih karena ibu yang notabene sebagai guru mengaji pastinya mengomel tak karuan jika hal itu tak ia jalani. Dan, terlebih, lagi-lagi kemampuan istimewanya. Sekadar membentengi meskipun tak banyak berarti, karena belum paham pasti tentang amalan-amalan apa yang harus dijalani, supaya terjauh dari hal-hal seperti tadi (gangguan).

"Loh iya, kemarin kan aku nggak ada janji sama kawan-kawan. Selesai tarawih kan cuma jajan, habis itu pulang. Berarti bener dong tadi itu..."

*iiiiyyyyyaaaaa beeenaaarrrr (bisikan lirih)

*gluundduungg *gluundduungg *gluundduungg

"Buk, buk!" teriaknya panik

"Iya? Ada apa?" jawab datar dari kejauhan

"Yasudah buk, gpp kok!" balasnya lantang

Selesai dengan beberapa rukuk yang ia baca di alquran, merapikan tempat sholat dan berjalan mengarah ke ruang tamu.

"Buk, buk!" teriak memanggil ibunya

"Ibuk mana ya? Perasaan tadi bukannya jawab ya?" gumamnya dari hati sambil garuk-garuk badan karena belum mandi

*tok tok tok
"Assalamu'alaikum." salam ibunya dari pintu depan

"Wa'alai.... "
Salam terhenti

"Nak, salam ibuk kok nggak dijawab?" mengelus kepalanya

"Wa'alaikumsalam warrokhmatullohi wabarokatuh." jawabnya lengkap dan sigap

"Habis dari mana buk? Kapan keluarnya?" bertanya penasaran

"Loh, kan tadi sore setelah sholat ashar waktu kamu mau pergi ke lapangan kan ibuk udah bilang."

"Nak, habis ashar ibuk ke rumahnya bu RT ya. Nanti ibuk pulangnya agak telat, tapi ibuk sempetin masak supaya waktu kamu pulang dan ibuk nggak ada, kamu bisa buka sendiri." tirunya seperti tadi sore

"I-i-iya sih buk, trus yang tadi?" tunjuknya dari arah suara

"Tadi siapa? tanya ibunya kebingungan

Bersambung...
redbaron
tolepcoy
doelviev
doelviev dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.