Bisnis.com, JAKARTA - Institut Studi Transportasi (Instran) menilai penumpukan kembali penumpang di sejumlah stasiun KRL cukup ironis, karena pemerintah tidak belajar dari kesalahan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Instran Deddy Herlambang menjelaskan kebijakan pembatasan menumpuknya penumpang perjalanan dilakukan tanpa data peak-hour dan data asal-tujuan penumpang yang matang. Hingga pada akhirnya PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) kembali menambah perjalanan KRL tambahan untuk mengangkut penumpang yang tidak terangkut.

“Sedih sekali terjadi penumpukan kembali di beberapa stasiun semisal di Citayam dan Bogor sama halnya terjadi seperti sebelumnya, boleh dikatakan physical distancing gagal lagi karena terjadi antrean panjang di stasiun,” jelasnya, Senin (13/4/2020).

Selain itu, kendati PSBB diberlakukan di Jakarta, masyarakat yang masih bekerja juga masih banyak, sehingga pembatasan waktu perjalanan dimulai pukul 06.00 WIB malah menjadi penyebab penumpukan karena jam KRL normal sebelumnya dimulai pukul 04.00 WIB.

Akibatnya semua berduyun-duyun di stasiun jam 06.00 WIB dan aturan PSBB angkutan umum massal diizinkan mengangkut 50 persen dari total kapasitas normal.

“Masuk di stasiun pun juga diatur masuk jangan sampai 50 persen tiap rangkaian KRL, karena di stasiun lain supaya bisa membawa penumpang lain, maka semakin menumpuklah penumpang itu di stasiun-stasiun,” imbuhnya.

Dia menjelaskan dalam PSBB memang mengatur bagi angkutan massal sebesar 50 persen maksimum untuk keterisian normal. Selain itu konfigurasi duduk dan berdiripun juga diatur berjarak, semua wajib menggunakan masker.

Namun, menurutnya, kekeliruan ini kembali terjadi karena yang dikurangi jam perjalanannya bukan dikurangi penggunanya. Menurutnya langkah yang tepat adalah dengan mengurangi jumlah penumpangnya bukan jam perjalannya yang dikurangi.

https://m.bisnis.com/ekonomi-bisnis/...ah-tak-belajar

Padahal makin ngeri virusnya