Mendapatkan pekerjaan yang layak adalah idaman bagi setiap orang. Kata idaman, bukan dalam arti nama sebuah partai politik milik Pak Haji yang gak lolos verifikasi ya? Tapi idaman dalam makna yang sesungguhnya.

Setelah bergelut dengan buku sekian tahun, ditambah lagi mengalami gejala sakit pada sistem metabolisme akibat selalu mengkonsumsi mie instan, atau menjadi gembel dadakan karena kiriman telat dari kampung, tentu ada rasa bangga yang terpatri dalam jiwa jika begitu wisuda langsung mendapat kerja.



Belum lagi membayangkan wajah calon mertua yang tersenyum sumringah karena calon menantunya berhasil menggapai cita dan cinta. Dunia serasa di surga, lengkap dengan fasilitasnya yang menggoda.

Namun, kadang hal ini tidak berlaku untuk semua lulusan sarjana maupun sekolah setingkat SMA.

Pernah melamar pekerjaan? Sudah tahu suka dan dukanya harus berdiri antri sekian meter untuk ambil nomor antrian?



Ada yang lebih horor lagi. Mari kita simak suka dan dukanya para hamba pencari kerja.

Siapa yang tidak tergiur bekerja di sebuah instansi bonafide dengan gaji selangit. Atau menjadi karyawan PNS yang nantinya bakalan disayang calon mertua. Sebab SK nya bisa digadaikan di bank, dan tentunya, cukup menjanjikan untuk sebuah proyeksi masa depan.



Akan tetapi, menuju kesana bukan hal yang mudah. Wajarlah, karena sistem birokrasi kita masih menganut asas "mbuletisasi", alias ribet, panjang, dan sering bikin naik pitam.

Berikut berbagai persyaratan untuk bisa melamar pekerjaan disebuah instansi yang mentereng.

1. SKCK
Persyaratan ini lumayan lumrah dan sedikit murah.

Dengan bekal uang "terimakasih" yang tak sampai harus menjual sawah, SKCK bisa didapat dengan cepat.

Tentu saja, perusahaan atau instansi, tak mau ambil resiko mempekerjakan orang yang pernah terlibat kasus kriminal. Meski orang tersebut sudah taubatan nasuhah, belum tentu orang lain menganggap itu sudah final dan jaminan tak lagi berulah.

Makanya, jangan sekali-kali terlibat kasus pidana meski nyolong ayam punya tetangga. Bahaya, bisa tercela, masuk neraka dan tidak diterima kerja.

2. Surat Tanda Sehat
Surat sakti ini bisa didapat dari puskesmas. Biasanya kalau yang benar-benar menginginkan hasil yang sesuai, tensi darah di cek. Kali aja ada penyakit aneh yang pernah diderita.

3. Surat Bebas Narkoba
Keterangan ini juga agak mudah didapat, meski sedikit mengumpat. Karena biasanya pemeriksaan dilakukan ala kadarnya.

Entah hasilnya akurat atau tidak, namun banyak instansi meminta persyaratan ini sebagai salah satu modal menuju persaingan seleksi mendapatkan kerjaan bergengsi.

4. Foto Copy Ijazah yang Dilegalisir
Persyaratan ini sudah mulai bikin darah berdesir. Bagi anak perantauan, yang begitu lulus harus melempar banyak surat lamaran, tentu kadang kehabisan ijazah yang ada stempel dari kampus.

Jika jarak antara kampung dengan kampus itu bisa ditempuh dalam hitungan jam, mungkin akan dibelai- belain ke kampus.

Tapi andai kata jaraknya itu membentang jauh seperti jarak matahari terbit dan tenggelam, jelas aja bisa memicu radang tenggorokan akibat memaki-maki keadaan. Benarkah kawan? Atau cuman perasaan saya dan setan beserta pengikutnya yang seram-seram?

5. TOEFL Dalam Angka Sekian
Baiklah, demi mewujudkan pekerja profesional dan handal, persyaratan ini cukup masuk akal. Karena kita sedang menuju Indonesia yang bakalan berkibar di dunia Internasional.

Tentu saja, meski komunikasi blepotan dengan aksen Inggris yang tidak diketahui mengikuti mahzabnya siapa, pokoknya little-little i can. Asal syarat Toefl memadai, no what-what!

6. Surat Pernyataan Ancaman
Poin ini hanya akal-akalan saya sahaja. Tidak semua instansi menerapkan, tapi saya yang baru sembuh dari penyakit jiwa, pernah juga tandatangan diatas materai seharga nasi goreng dekat kos-kosan.

Intinya, jika dinyatakan lulus, dilarang mengundurkan diri atau harus membayar sejumlah uang tebusan. Bukan kah itu kesimpulannya sama saja dengan ancaman? Dasar bedebah!!!

Satu dua kali, saya ikuti aturan main ini. Tapi dasar nasib lagi tak hoki, ya mau gimana lagi. Atau bisa jadi saya adalah peserta test paling pandir diantara yang pandir. Alhasil, banting stir dan cari pekerjaan yang gak bonafide, yang penting halalan toyyibah.

Kesimpulannya, persyaratan njelimet bin ribet diatas, seharusnya ada yang bisa dilengkapi bila sudah diterima kerja.

Sudah dinyatakan lulus, dan silakan mengurus berkas atau beri kesempatan bagi yang lain. Gak semuanya harus lengkap kecuali syarat yang sifatnya mandatory. Misal SKCK, foto copy KTP. Ini harus. Lagian biaya fotocopy gak harus sampai menjual diri.

Belum lagi, tak semua calon pekerja memiliki dana dan uang yang tak berseri. Namanya orang gak punya duit, justru melamar kerja biar dapat duit. Tapi terkadang harus tersenyum pahit saat melihat persyaratan kerja yang berbelit.



Bukankah kadang banyak hal formalitas tapi nyatanya tidak memiliki esensi?

Sama halnya mendaftarkan diri jadi aparat atau polisi. Harus dicek kesehatan, dan dilarang merokok. Namun setelah lulus, malah sering melihat mereka masih merokok. Buat apa?


Setinggi-tingginya jabatan, itu hal yang tak bisa diwariskan. Namun, meski usaha sederhana, kelak itu akan bisa dinikmati turun temurun buat anak cucu dan orang-orang tercinta...

©Skydavee

Sumber gambar: google
Courtesy Iwan Fals



Engkau sarjana muda 
Resah mencari kerja 
Mengandalkan ijasahmu 
Empat tahun lamanya 
Bergelut dengan buku 
'Tuk jaminan masa depan 
Langkah kakimu terhenti 
Di depan halaman sebuah jawaban