Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shouphelloAvatar border
TS
shouphello
Bagaimana 10-20% minoritas bisa menang pemilu?
Korupsi hanya menguntungkan 1% penduduk Indonesia, tapi nyatanya koruptor "menang terus". Ya nggak menang pemilu, tapi cukup bisa memenangkan calon calon yang nantinya menguntungkan koruptor. Kalau tidak kan korupsi sudah habis.

Kalo DPR, gubernur, presiden, dan hakim yang korup nggak kepilih semua yang korup siapa? Adanya korupsi artinya kita masih belum memilih pejabat dengan baik dan benar. Tapi apakah kita benar benar punya pilihan?

Orang yang mau negara kita jadi Indonistan dengan system ISIS mungkin tidak ada 5%. Tapi secara disproportionate mungkin amat berpengaruh di negara kita.

Kalau 1-2% penduduk bisa punya pengaruh besar dalam keputusan penting di negara kita artinya negara kita bukan demokrasi lagi. Dan itu artinya kekuasaan dan uang jatuhnya ke orang yang mengejar kekuasaan. Itu bisa amat mengancam perdamaian di negara kita.

Di Syria, Afganistan, dan semua negara yang tidak demokrasi, perang saudara sering terjadi. Karena begitulah cara mereka merebut kekuasaan. Bukannya menyenangkan median penduduk tapi perang.


Saya tidak tahu berapa persen orang Indonesia ingin Ahok dipenjara dan berpikir kalo hakim Ahok fair. Bisa jadi majoritas. Tapi belum tentu. 43% warga Jakarta pilih Ahok. Paling mentok 57%. Dari 57% itu berapa persen yang ingin Ahok dipenjara?

Survey di kaskus bilang kalo 80% lebih bilang yang dikatakan Ahok benar, dimana 50% lebih bilang Ahok sudah terlalu sopan, realita lebih extreme. https://www.kaskus.co.id/thread/593c...nya-nggak-sih/

Tapi yang menentukan Ahok dipenjara atau bukan, bukan pemilu, tapi hakim, yang bisa saja disogok oleh koruptor. Mungkin ya mungkin tidak. Tapi kalo kita lihat kasus Setya Novanto, berapa persen dari kita berpikir kalo hakim pasti adil?

Demokrasi artinya 1 person 1 vote. Setiap dari kita punya kekuasaan yang relative sama. Tapi bisa nggak 10-20% orang menentukan arah politik dinegara kita.

Kita nggak itung segelintir orang yang pinter kampanye lah. Itu pinter pinternya jualan. Kalo artis ada yang pilih A atau B ya kan kita tetep bisa mutusin

Mau bawa agamapun nggak masalah buat saya. Ya kalo orang prefer A karena agama tertentu dari B, ya itu hak dia. Sama seperti orang yang pilih gubernur karena lebih ganteng. Saya tidak setuju dengan pilihan seperti itu, tapi saya bisa menghargai orang seperti itu.
Tapi bagaimana dengan?

intimidasi

Menurut wikileak, banyak pemilih diancam rumahnya akan dibakar kalo Ahok sampai menang pemili di bangka belitung. Ahok kalah tipis 2% disitu

https://wikileaks.org/plusd/cables/0...ARTA568_a.html

Quote:



Undang undang pasal karet
Quote:


Intimidasi ini bisa terjadi karena penegak hukum, yang tidak dipilih dan bisa saja korup, tinggal mentolelir kecurangan dari satu orang tapi mengenforce law untuk pasangan lain. Adanya pasal karet memungkinkan mereka melakukan ini.

Kasus Ahok yang sekarang juga karena pasal karet. Pasal karet artinya hampir siapapun bisa dipenjara karena alasan apapun. Biasanya tindakan yang sama atau sejenis tidak dihukum. Tapi kalau dalam pasal karet, segelintir pendemo, dan segelintir hakim bisa memutuskan orang itu bersalah.

Indonesia punya banyak delik aduan. Delik aduan adalah suatu tindak pidana itu bisa dihukum kalau ada yang mengadu. Jadi kalo satu kandidat bikin happy 99% warga Indonesia, lalu ada 1 orang tersinggung, 1 orang tersebut bisa mengadukan cagub kepenjara.

Ironisnya makin effective seorang pejabat memberantas korupsi makin rawan pejabat itu dikriminalisasi. Hakim dan polisi kan nggak bersih bersih banget. Kalo mereka korup tentu mereka ingin calon yang bisa mengurangi korupsi hilang.

Contoh dalam pemilu apapun, nggak ada kandidat yang menang 80% - 90%. Kalo ada itu biasanya di negara yang justru tidak demokrasi.

Nah misal ada 5% orang yang nggak suka satu kandidat. 5% orang itu bisa demo menuntut suatu calon dipenjara karena pasalnya memang delik aduan. Sesudah itu hakim, yang tidak pernah dipilih rakyat tinggal memutuskan. Tentu saja koruptor yang punya duit dan koneksi lebih bisa mempengaruhi keputusan hakim dari pada rakyat.

Akhirnya kekuasaan ada ditangan segelintir hakim segelintir koruptor dan segelintir pendemo lagi. Kita tidak memutuskan apa apa. Bahkan Ahok menang 90% suara di pemilu pun kalau hakim memutuskan dia dipenjara ya tetep aja gubernurnya bukan si Ahok. Dan tentu saja itu sudah menjadi bahan pertimbangan banyak pemilih dalam memilih cagub DKI. Djarot, meskipun jujur juga, kan tidak sepopuler Ahok. Ya wajar Djarot kalah ama Anies.

Jadi ini satu cara orang yang sebetulnya minoritas bisa secara tidak langsung menang pemilu dan berkuasa di banyak negara.

Pemilu 2 putaran

Saya agak mix feeling dengan ini. Di amerika George Bush ikut pemilu melawan Al Gore. Masalahnya ada kandidate ke tiga yaitu Ralph Nader.

Ralph Nader itu lebih "kiri" dari Al Gore. Jadi majoritas warga amrik sebetulnya ingin negara mereka belok kiri dikit. Tapi dalam pemilu suara Ralph Nader menggerus suara Al Gore. Akhirnya George Bush menang pemilu tipis. Majoritas ingin belok kiri tapi negara malah belok kanan.

Ralph secara egois bilang kalau Al Gore sama jahatnya ama George Bush. Kenapa? Karena Ralph bersaing ketat dengan Al Gore. Kapitalis dan libertarian tidak akan pilih Al Gore dan Ralph. Tapi liberal dan feminist suaranya terpecah antara ralph dan al gore. Akhirnya amerika jadi negara yang lebih konservative.

Tentu saja saya suka George Bush, jadi saya senang. Tapi ya itu kan nggak demokratis.

Satu solusi adalah ya solusi di negara kita, pemilu 2 putaran.

Tapi itu juga menimbulkan masalah lain.

Anies pernah menuduh Ahok mencoba membunuhnya. Tauk deh siapa yang benar http://republiknkri.net/2017/03/20/a...jatuhnya-lift/

Tapi seharusnya hal seperti ini adalah sesuatu yang kita semua bisa setuju tidak mungkin. Kalo cagub ada 10, nggak mungkin kan 1 cagub membunuh 9 yang lain? Kalo cuman 2 mungkin. He he he he

Ibaratnya kamu toko yang cari pengunjung. Kalo ada 1000 toko lain kamu hanya bisa memperbaik mutu pelayanan kamu kalo kamu menang.

Tapi kalo saingan kamu hanya 1, kamu mungkin akan berpikir untuk membakar satu satunya toko saingan kamu.

Akhirnya taktik intimidasi, taktik pake kriminalisasi, yang seperti kita lihat bisa mengurangi effect demokrasi kita malah jadi lebih terpakai.

Kalo pemilu 1 putaran Ahok menang cukup telak lho. Jadi negara kita baru saja memenjarakan cagub paling populer di Jakarta.

Saya tidak tahu majoritas orang di Indo maunya apa. Sampai sekarang belum ada survey berapa persen masyarakat Indonesia yang memang ingin Ahok dipenjara.

Orang yang sekarang ini dipenjara bisa jadi sebetulnya malah cukup populer buat jadi presiden atau wapres.

Saya pribadi tidak takut diintimidasi. Sampai saya tahu ada orang mengancam akan membakar rumah orang kalau kandidate A terpilih, saya tanpa pikir panjang akan pilih kandidate A. Orang yang mengintimidasi tidak menghargai demokrasi dan hak pilih rakyat. Kalau kita tidak berani memilih apa yang kita suka, jangan salahkan Tuhan kalo kita terus dijajah oleh koruptor.

Pollitik memang kotor. Tapi kita punya pilihan untuk tidak memilih politikus yang bermain kotor.

Menurut saya, kalau siapapun yakin dia majoritas, ya cara yang paling fair untuk melihat ya di pemilu. Demonstrasi bukan berarti majoritas. Orang yang bakar lilin buat Ahok dan orang yang ingin Ahok dipenjara dua duanya demo dan jujur saya tidak tahu yang mana yang lebih mewakili kehendak majoritas di indo.

Orang yang mengandalkan cara cara dimana mereka bisa menang meskipun minoritas, bisa berbahaya bagi demokrasi kita. Kita harus menutup loophole tersebut kalau kita masih ingin demokrasi di negara kita.
Diubah oleh shouphello 29-10-2017 09:12
0
1.3K
7
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.