tribunnews.comAvatar border
TS
MOD
tribunnews.com
Arsenik Rasa 'Orange Juice' Untuk Munir



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari ini, Kamis (7/9/2017), 13 tahun lalu, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib, tewas saat menumpangi pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA974, dalam perjalanannya menuju Amsterdam, Belanda. Ia tewas setelah menenggak minuman yang ditaburi racun arsenik.

Kematiannya menyeret banyak nama, mulai dari Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, hingga kepala Badan Intlijen Negara (BIN), AM Hendropriyono. Bahkan setelah kasus Munir, Garuda dan sejumlah maskapai lainnya dari Indonesia, sempat dilarang terbang di langit Eropa.

Adalah pilot Garuda yang ikut terbang bersama Munir sebagai kru tambahan penerbangan untuk tugas Aviation Security, Pollycarpus Budihari Priyanto yang oleh pengadilan dianggap sebagai penabur racun. Pilot yang berafiliasi dengan pejabat BIN itu akhirnya dipenjara, dan kini sudah bebas. Namun apa alasan sebenarnya sampai Munir harus dibunuh, dan siapa di belakang Pollycarpus, sampai saat ini tidak terungkap.

Padahal seiring dengan proses hukum yang ditangani oleh Bareskrim Mabes Polri, Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang resmi menjabat tiga belas hari setelah Munir tewas, juga menggagas Tim Pencari Fakta (TPF). Sampai SBY lengser dan digantikan oleh Joko Widodo, laporan dari TPF tidak pernah dideklarasikan oleh pemerintah.

Dikutip dari putusan Mahkamah Agung (MA) nomor 133 PK/Pid/2011 yang membebaskan Pollycarpus, diketahui laki-laki kelahiran Solo tahun 1961 itu memang sudah mengincar Munir. Ia bahkan sempat menelepon istri Munir, Suciwati, untuk memastikan jadwal penerbangan Munir, lalu mengubah jadwal pribadinya, agar bisa satu penerbangan dengan korban.

Pertamakali Pollycarpus menyapa Munir adalah di koridor yang menghubungkan ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, dengan pintu pesawat, saat keduanya hendak masuk ke dalam pesawat. Ia bertanya ke Munir, di mana sang aktivis HAM yang kerap muncul di media massa itu duduk, dan dijawab oleh Munir, kursinya ada di kelas ekonomi nomor 40 G.

Dalam perjalanan menuju pesawat, Pollycarpus menjelaskan bahwa kursi 40 G ada di bagian belakang pesawat. Ia kemudian menawarkan ke Munir untuk duduk di kursinya, di kelas bisnis nomor 3 K, dan tawaran tersebut disambut baik oleh Munir. Keduanya lalu beranjak ke kelas bisnis.

Di dalam pesawat Pollycarpus memberitahukan perubahan nomor kursi Munir ke kepala kru kabin atau purser, Brahmanie Hastawati. Perempuan tersebut lalu menyambangi Munir, dan menyapanya, lalu mempersilakan Munir duduk.

Sebelum pesawat tinggal landas, setiap penumpang kelas premium disuguhi minuman selamat datang. Adalah seorang pramugara bernama Oedi Irianto yang menyiapkan minuman berupa anggur dan orange juice di pantry pesawat. Saat sang pramugara tengah menyiapkan minuman, Pollycarpus datang dan menaburi racun ke gelas yang berisi jus, dengan asumsi Munir tidak akan menenggak anggur.

Dari pantry, minuman yang telah ditaburi racun tersebut dibawa oleh pramugari bernama Yeti Susmiarti. Perempuan itu membawa dua gelas anggur dan dua gelas orange juice yang dua-duanya sudah ditaburi racun, dengan sebuah baki. Ia kemudian menyambangi tempat duduk Munir di kursi bernomor 3 K. Prediksi Pollycarpus akhirnya terbukti, bahwa Munir memilih orange juice.

Saat peristiwa itu terjadi, Pollycarpus tidak berada di dekat Munir, melainkan berada di depan pantry, tidak jauh dari bar untuk kelas bisnis. Ia mengawasi dari jauh apa yang dilakukan Yety Susmiarti, dan menyaksikan langsung bagaimana Munir menenggak habis jus yang telah ditaburi racun itu.

Dosis yang ditabur oleh pelaku tidak langsung membuat Munir mati. Ia masih bernyawa saat pesawat singgah di Bandara Changi Singapura, dan sempat turun pesawat saat transit selama 1 jam 13 menit. Pollycarpus dan sejumlah kru juga ikut turun, dan tidak ikut melanjutkan perjalanan ke Belanda.

Penerbangan dilanutkan pada dini hari, sekitar pukul 00.45 WIB. Sekitar lima belas menit setelah pesawat tinggal landas, racun yang ditabur oleh Pollycarpus mulai bereaksi.

Gejala awal yang dialami Munir, adalah sakit perut seperti layaknya seseorang yang hendak buang air besar, dan muntah. Sekitar dua jam sebelum mendarat di Amsterdam, Munir menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang ke 38.

Jenazah sang aktivis itu kemudian divisum oleh Kementerian Kehakiman pemerintah Belanda. Diketahui bahwa ada konsentrasi aresen yang meningkat di air seni dan di lambung almarhum, dan mereka akhirnya menyimpulkan bahwa Munir tewas diracun.

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2...ce-untuk-munir

---

Baca Juga :

- Kata Suciwati, Biasanya Jelang Pilpres Calon Presiden Ramai-ramai Kunjungi Museum Omah Munir

- Strategi Garuda Perbaiki Kinerja

- Menkeu Janji Periksa Garuda Indonesia Karena Rugi Hingga Triliunan Rupiah

0
11.1K
81
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Tribunnews.com
Tribunnews.comKASKUS Official
192.2KThread2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.