Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

comixxx14Avatar border
TS
comixxx14
Oknum Polisi Rekayasa Penangkapan, Aktor Dibayar Rp50 Ribu, Komandan Malu

Warga Desa Teluk Melano, Simpang Hilir, Kayong Utara, Kalimantan Barat menggelar rapat membahas rekayasa kasus oleh oknum polisi. (FOTO: RAKYAT KALBAR/JPG)

FAJARONLINE.COM - Rabu dini hari (31/5), Misri Satudinatara tak menyangka bakal jadi "mainan" sejumlah oknum polisi di kepolisian sektor Teluk Melano. Ia dan tiga rekannya diminta pura-pura jadi penjahat yang membawa senjata tajam, untuk kemudian dirazia oleh oknum polisi di bawah bendera Operasi Pekat.

“Datanglah anggota (kepolisian) menawarkan menjadi preman. Jadi dikasihlah kami bertiga senjata tajam (Sajam) dan juga anggota satunya lagi mengantarkan arak (sebotol),” tutur Misri saat ditemui di kantor Desa Teluk Melano, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Rabu (8/6/2017).
"Katanya kalau ditanya (polisi) jangan ketawa, bilang jak jaga malam,” lanjutnya.
Ia dan teman-temannya murni ingin membantu. Apalagi, mereka mengantongi rupiah yang lumayan dari si oknum polisi yang meminta tolong tersebut.

“Kami dikasih uang Rp50 ribu satu orang. Mereka hanya bilang tolong bantu kami, nanti kalau dapat (mengalami) suatu hal, mereka bantu kami juga,” beber Misri.

Ibarat di film-film, penggerebekan pada Operasi Pekat malam itu pun disebut-sebut telah disetting. Diatur sedemikian rupa. Sehingga, ketika beberapa oknum polisi menggerebek dan menangkapi mereka pada pukul 10 malam di pelabuhan setempat, Misri dan kawan-kawan manut saja. Dan dijadikanlah tiga senjata tajam plus sebotol arak sebagai barang bukti Operasi Pekat malam itu.

“Ada anggota yang datang pukul 10 (menggerebek) kami tahu, dia bilang hanya sampai di sini saja,” jelas warga Desa Teluk Melano itu.

Nahasnya, peristiwa tersebut diliput oleh sejumlah media massa. “Tapi kalau sampai naik ke media, kami tidak tahu,” ujarnya.

Ketika diberitakan, Misri bersama kedua rekannya merasa sangat malu. Merasa nama mereka tercoreng. Ia berharap, kepolisian khususnya Polsek Simpang Hilir dapat menyampaikan permintaan maaf ke media untuk memulihkan nama mereka di masyarakat.

“Saya dipanggil ke Polsek, dikasih senjata tajam. Jelas saya malu sekali wajah kami nampak di video itu,” tukasnya.

Terlebih, buah hatinya yang berdiam di ibu kota Provinsi Kalbar juga mendapat kabar penangkapan Misri yang direkayasa tersebut. “Anak saya di Pontianak tahu, dimarahnya saya, keluarga besar saya malu. Kami tidak ada tekanan, murni membantu, kami bantu dia, nanti kalau ada apa-apa dia bantu kami,” ulang Misri.

Dikonfirmasi, Kepala Polsek Simpang Hilir, Iptu Muhammad Geobra. Pria yang baru beberapa bulan bertugas di sana ini mengaku sangat terpukul atas terungkapnya dugaan rekayasa penangkapan tiga warga yang membawa senjata tajam pada Operasi Pekat tersebut. “Kami akan mendalami dan meninjau hal ini. Kami akan memperbaiki sistem ini, apakah ada yang salah atau tidak,” terang Geobra.

Selaku pimpinan di Polsek Simpang Hilir, ia menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang kurang mengenakkan itu. Permohonan maaf ini, kata Goebra, lebih dikhususkan kepada ketiga warga yang merasa telah dipermalukan.

“Saya selaku Kapolsek memohon maaf untuk kegiatan anggota saya, yang mana ada suatu hal yang menyebutkan oknum atau apa tentang premanisme,” tuturnya.

Atas kejadian ini pula, dirinya berjanji akan berkoordinasi dengan Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam). “Karena ini berkaitan dengan kegiatan anggota, kemudian kami melakukan pengembangan dan perubahan di Polsek. Apa yang kurang akan kita rubah, akan kita tindak tegas sesuai ketentuan Polri,” pungkas Goebra.

Terbongkarnya indikasi rekayasa ini membuat pengurus pemerintahan Desa Teluk Melano harus mengambil langkah pula. Kepala Desa Margono terpaksa mengumpulkan masyarakat di ruang rapat kantornya, Rabu (7/6) malam.

Pertemuan tersebut mulanya, diakui Margono, hanya untuk internal masyarakat. Terkait tiga warganya yang mendapat perlakukan kurang mengenakkan oleh oknum kepolisian.

Selaku pemimpin desa, Margono kaget ada warganya yang dicap sebagai preman. Kata dia, diantara tiga warga yang diamankan membawa senjata tajam, merupakan orang baik. Sering beribadah.

“Saudara Oon kesehariannya, beliau ini orangnya lucu. Die turun naik masjid, yang saya tahu. Dia lagi menjalankan ibadah puasanya di bulan puasa ini,” terangnya.

Hanya saja, Margono mengakui masa lalu Oon memang kurang baik. “Pernah peminum, pemabok seperti itulah. Dan kesehariannya dia bekerja serabutan, disuruh kerja apapun mau. Tapi, kalau saudara Oon ini dikatakan preman, saya sangat-sangat tidak setuju. Karena kalau bicara fakta, saudara Oon ini bukan preman,” tegasnya.

Margono, yang ditemui usai menggelar rapat dengan masyarakat dan Kapolsek Muhammad Geobra, telah mendengar secara lengkap kronologis dari tiga warganya yang menjadi korban rekayasa perkara itu. “Berdasarkan keterangan tiga orang pelaku ini (warganya) ternyata bahan temuan atau barang bukti ini asalnya dari Polsek. Entah siapa orangnya, kami tidak bisa menyebutkan itu,” tuturnya. 
(Kamiriluddin-Achmad Mundzirin
/Rakyat Kalbar/JPG)


http://fajaronline.com/2017/06/09/ok...-komandan-malu

EMANG LAGI MUSIM NIH OM POLKIS NYARI KERJA SAMPINGAN ADA YG PENGEN JADI SUTRADARA,PELAWAK,ARTIS SINETRON,..BAHKAN ADA YANG MERANGKAP JURU BICARA PARTAI LOH









Diubah oleh comixxx14 09-06-2017 22:35
0
16.5K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.