Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kakemapisangAvatar border
TS
kakemapisang
Antasari Siap Mati


TRIBUNNEWS.COM , JAKARTA-Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar mengaku tak takut mati setelah melontarkan pernyataan keras, dengan menyeret nama Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum curhat melalui akun titternya.

Selasa (14/2) kemarin, Antasari membongkar di balik kasus pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Antasari menyatakan ada rekayasa kasus pembunuhan yang melibatkan SBY.

Antasari tak takut ada ancaman yang akan datang tertuju kepadanya, setelah menuding keterlibatan mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Terutama dalam merekayasa kasus Nasrudin. "Saya ngomong hari ini, saya bicara hari ini, saya mati saya siap. Saya tidak peduli, ya, itu tolong dicatat. Tapi saya harus bicara ini. Kalau saya mati, ini jadi misteri kan. Ini saya bicara," ujar Antasari di Gedung Bareskrim.

Rekayasa kasus pembunuhan Nasrudin, ucap Antasari, lantaran dirinya menolak untuk melepaskan besan SBY, Aulia Pohan. Saat itu, Aulia terseret kasus korupsi dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp 100 miliar.

Menurut keterangan Antasari, SBY menitipkan pesan melalui Hary Tanoesoedibjo. Hary datang ke rumah Antasari Maret 2009. Pesannya, untuk membebaskan Aulia. "Untuk apa waktu itu menyuruh Hary Tanoe, datang ke rumah saya malam-malam. Apakah masih bisa kita katakan SBY tidak intervensi perkara ini bukti. Untuk tidak menahan Aulia Pohan," ucap Antasari.

Sebagai penegak hukum, Antasari mengaku obyektif. Sehingga permintaan itu, tak disetujui. Antasari disebut liar, dan tak bisa dikendalikan karena menolak permintaan membebaskan Aulia.

Setelah membeberkan, adanya rekayasa kasus pembunuhan Nasrudin, Antasari mengaku akan melanjutkan kegiatan seperti biasa. Dia tak peduli bila ada intimidasi atau teror yang menimpanya. "Saya ada kegiatan, dan mungkin saya akan kembali ke rumah nanti malam, dan bagaimana pun apakah rekan wartawan bisa jaga keamanan saya? Ndak kan, ya sudah saya jaga keamanan saya sendiri," ujar Antasari.

Meski begitu, Antasari enggan menuduh pihak SBY atau Hary Tanoe yang akan meneror dirinya.
"Bukan saya menduh mereka akan melakukan aksi apa, ndak. Saya sudah alami, saya kemarin (2009) melaksanakan tugas resmi sebagai Ketua KPK," ucap Antasari.

Antasari sebut ada kriminalisasi saat dirinya menjabat sebagai Ketua KPK, yakni terkait dirinya yang diduga melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen yang tewas pada Maret 2009.

Tepatnya pada 4 Mei 2009, Kepolisian Daerah Metro Jaya menetapkan Antasari sebagai tersangka atas kasus dugaan pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.

Antasari ditahan karena diduga sebagai aktor intelektual di balik pembunuhan tersebut sehingga ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat pasal 340 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Antasari disebut menembak bagian kepala Nasrudin, di dekat mal Metropolis Town Square, usai bermain golf di kawasan Modernland, Tangerang, Banten pada 14 Maret 2009.

Pembunuhan yang dilakukan Antasari diduga berkaitan dengan hubungan cinta segitiga antara dirinya, Nasrudin, dengan seorang caddy lapangan golf di kawasan Modernland bernama Rani Juliani. "Dipenjarain dengan skenario macem-macem. Dengan perempuan macem-macem. Mereka tidak mikir bagaimana sakit hatinya keluarga saya," tutup Antasari.

Sementara Anas Urbaningrum menyampaikan pesan dari balik jeruji Lapas Sukamiskin.
Seperti biasa, Anas menulis isi hatinya saat ini dalam sebuah kertas, lalu menitipkan pada admin yang mengelola akun Twitter @anasurbaningrum. Terlihat cuitan itu bertanda *abah, yang berarti cuitan itu diunggah tim admin berdasarkan pernyataan langsung dari Anas Urbaningrum.

Dalam 'surat cinta'nya kali ini, Anas menuliskan 10 poin, tiga angka lebih banyak dari dua postingannya terdahulu yang hanya berjumlah 7 poin. Isinya kurang lebih sama, yakni menyikapi pernyataan mantan presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kali ini pria kelahiran Blitar tersebut menyinggung soal pernyataan SBY soal Islamphobia.
Menurut Anas, Islamphobia tidak akan berhasil karena realitasnya Islam dan Indonesia tak dapat dipisahkan.

Berikut isi pesan selengkapnya:
1. Saya setuju Pak SBY menyatakan, "Jangan ada Islamophobia di negeri ini." *abah
2. Hemat saya, Islamophobia tidak akan berhasil. Realitasnya, Islam dan Indonesia tdk bisa dipisahkan. *abah
3. Teman2 bertanya, apakah saya percaya Pak SBY adalah pembela atau "pejuang" Islam? *abah
4. Itu rahasia Allah dan Pak SBY sendiri. Apakah pembela Islam atau menggunakan Islam untuk menyukseskan anaknya. *abah
5. Yg bukan rahasia adalah sulit menemukan rekam jejaknya dalam sejarah pergerakan (aktivisme) (umat) Islam di Indonesia. *abah
6. Karena itu, kurang elok jika untuk kepentingan pilkada lalu "memanfaatkan" isu Islam. *abah
7. Janganlah hanya demi mengejar ambisi kekuasaan lantas "memperalat" isu Islam. *abah
8. Itu hampir sulit dibedakan dng strategi politik "menghalalkan segala cara". *abah
9. Yg terbaik bagi Pak SBY dan negeri ini adalah memilih jalan negarawan, madeg pandhito. *abah
10. Terkait pilkada, beri kesempatan para pemilih untuk bebas menggunakan haknya, sesuai akal budi dan nuraninya. *abah. (tribunnews/dennis/wahid)

http://www.tribunnews.com/nasional/2...-mati?page=all

Apa drama yang akan dilakukan pepo selanjutnya? emoticon-Cool Pak Antasari Jangan Mati dulu, banyak dosa" Pepo yang harus diungkap. Potong semua tentakel Cikeas dan niat busuknya emoticon-Malu
0
2.3K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.