Heboh seorang perempuan berpakaian renang di pinggir kolam yang disamarkan (blur) di sebuah stasiun televisi dan menjadi viral di media sosial, langung diklarifikasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Minggu (18/9).

Akhir pekan lalu, netizen dihebohkan dengan beredarnya screenshoot tayangan tersebut di media sosial. Perempuan berpakaian renang yang sebagian tubuhnya disamarkan itu betitle “PON XIX Jabar”. Karena merasa ada yang janggal (pembluran), sontak menjadi viral di media sosial.

Beragam komentar pun berseliweran di media sosial seperti yang dirangkum dari sejumlah akum twitter para netizen. Dan, memang, ujung-ujungnya KPI yang jadi sasaran mereka.

@khairalanam, Renang PON katanya diblur ya? Yaudah, besok kalau Ical, Paloh, dan Hari Tanoe kampanye di tv-nya, mohon diblur juga muka mereka.

@_HrstUdah Bener banget kok para perenang di PON diblur. Kalo nggak percaya, coba lu lompat ke kolam renang, pasti blur.

@adhmosatya, Cabang renang pon cewe di blur ini beneran? Ahelah KPI.

@aipsun, Jadi bukan karena “Ini PON di Jabar jadi cabang renang diblur” keleus ya emang TV TV aja sekarang hobi blar blur blar blur

Menyikapi kejadian tersebut, KPI langsung memberikan pernyataan resminya. Melalui anggotanya selaku koordinator bidang Pengawasan Isi Siaran, Hardly Stefano Pariela, dalam website resmi kpi.go.id, dan akun twitter @kpi_pusat menjelaskan bahwa blur (penyamaran gambar) pada tayangan tersebut dilakukan oleh lembaga penyiaran (LP) itu sendiri, dan bukan atas perintah KPI.

Hingga saat itu, KPI sedang melakukan verifikasi, agar mampu memberikan penjelasan kepada publik maupun pengarahan kepada lembaga penyiaran secara komprehensif. Menurut Hardly, verifikasi yang dilakukan antara lain, lokasi pengambilan gambar pada tayangan tersebut, apakah di kolam renang perlombaan atau kolam renang hotel? Serta apa konteks perekaman gambar, apakah dalam rangka lomba atau wawancara, dan sebagainya.

Hardly menilai, jika pengambilan gambar dilakukan di kolam renang hotel dan dalam konteks wawancara, maka apa yang dilakukan lembaga penyiaran tersebut kurang etis. Yakni merekam orang berpakaian renang, kemudian melakukan blur. “Bukankah proses pengambilan gambar bisa dilakukan, dengan terlebih dahulu meminta subyek memakai handuk?” tanya Hardly.

Adapun jika terkait perlombaan renang, lembaga penyiaran masih dapat melakukan pengambilan gambar tanpa harus melakukan blur. Namun ia mengingatkan, secara teknis pengambilan gambar harus dilakukan dengan baik, sehingga tidak terkesan melakukan eksploitasi tubuh, khususnya perempuan.

Hardly mengapresiasi berbagai masukan publik terkait kegiatan penyiaran yang disampaikan pada KPI. Hal tersebut, ujarnya, akan menjadi bahan pertimbangan KPI dalam membuat keputusan untuk disampaikan pada lembaga penyiaran

Prinsipnya KPI tidak ada niatan mengekang semangat pemberitaan maupun kreativitas tayangan. Namun harus dihindari adanya eksploitasi tubuh, khususnya perempuan dalam berbagai tayangan, demikian Hardly.