Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kalamunanAvatar border
TS
kalamunan
Taman Lawang, Mejeng Sampai Sedot Tsunami


Teraspos – Meski mulai reda, hujan deras sepanjang sore masih meninggalkan basah di jalanan. Awan masih menggantung gelap di langit Jakarta, juga dingin dan tempias.
Jika Jakarta beranjak larut, di wilayah Kuningan khususnya seputaran Jalan Latuharhari justru baru saja menggeliat di sepanjang Banjir Kanal Barat.
Sebuah taksi berhenti tepat di kolong jalan layang. Tiga penumpangnya turun. Rambut panjang, pakaian ketat dan mini juga cekikikan yang khas.
Bedaknya lumayan tebal termasuk lipstik pink yang menyala. Setelah merapikan rambut sebentar, mereka segera tenggelam dan riuh obrolan entah apa. Sesekali terdengar keras cumiik-cumik.
Memisahkan diri dari dua temannya, seorang dari menghampiri ramah sambil mengulurkan tangan, “Yuni.”
Dikira mengajak kencan, Yuni pasang gaya jual mahal. “Mau main say, entar dulu ya.. Baru sampai nih mau dandan dulu.”
Namun tawaran sepiring nasi goreng yang tak ditolaknya segera mencairkan suasana. Ngobrol sambil makan Yuni yang bernama asli Yanuar itu terlihat santai dan tergesa mencariklien. “ Tinggal di Pejompongan say, ngekos ike di situ,” tutur Yuni. “Emang say dari mana dan mau kemana.”
Tempat kumpul
Digagas oleh arsitek Belanda P.A.J Moojen tahun 1910, Niew Gondangdia atau Gondangdia Baru yang dirancang sebagai kota satelit bagi Batavia yang dianggap sudah terlalu sumpek.
Gemeente Batavia atau kota praja menyetujui usul Moojen dan mulai membangun kawasan itu dua tahun kemudian.
Rancangan Moojen itu kemudian disempurnakan oleh FJ Kubatz tahun 1918. Dia membuang lapangan bundar Moojen dan menggantinya dengan taman yang lebih kecil yang sekarang dikenal sebagai Taman Suropati. Sedangkan sisa lapangan luas itu digunakan untuk berolah raga.
Di era tahun 1970 secuil pojokan di wilayah itu dimanfaatkan sejumlah wadam sebutan waria kala itu untuk tempat berkumpul dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka sekaligus tempat mejeng.
Beberapa tahun rutin berkumpul, beberapa lelaki yang melintas di tempat itu mulai menggoda dan merayu mereka dengan iming-iming uang. Tak semuanya memang, namun mendapat uang dengan cara mudah membuat ketagihan.
Angin segar bertiup ketika Ali Sadikin menjadi Gubernur Jakarta. Dia terang-terangan menjamin Taman Lawang boleh dijadikan sebagai tempat berkumpulnya waria.
“Ini ada ruang berkumpul buat teman teman waria. Memang waria harus diakomodir untuk hal positif misalnya entertain dan olahraga,” kata Ali Sadikin kala itu.
Ali Sadikin bahkan bergerak lebih jauh dengan mengusulkan pembentukan perkumpulan waria tahun 1973 yang kemudian disebut dengan Persatuan Waria Jakarta.
Sedot tsunami
Taman itulah yang secara rutin digunakan Yuni alias Yanuar mangkal sejak tiga tahun silam. Lokasinya yang strategis menjaminnya tak bakalan kekurangan klien.
“Ramai sih di sini tapi ya itu, harus pinter-pinter nyari aja,” tutur Yuni yang meski didesak-desak tetap enggan membeberkan penghasilannya per bulan.
Sedangkan soal jasa pelayanan Yuni menyebut besarannya tergantung gaya yang diminta klien. “Biasanya siy aku baik gaya sedot tsunami,” kata Yuni sambil terkikik. Untuk pelayanan jenis itu, Yuni mematok harga Rp 300 ribu.
Tak selalu menyenangkan memang, jika sedang sial dari mulai klien yang jail sampai razia Satpol PP benar-benar perjuangan. Soal razia, Yuni bisa disebut tergolong gesit. Dari beberapa kali grebekan dia hanya terjaring kali dan dibawa ke panti rehabilitasi.
“Keberadaan seperti kami ini tak diterima disekitar lingkungan, Kerapkali mendapat caci makian dan hinaan,” kata Yuni. Padahal yang diinginkan adalah perlakuan setara seperti yang lain.
“Pengen punya teman curhat, habis mau siapa lagi kalau bukan mereka yang mengerti perasaan aku. Tak ada lagi yang mau menerima keadaan kita.”
Dia mengaku sifat kewanitaan yang mengendap mulai disadarinya sejak remaja. Dia merasa lebih nyaman mainan ala perempuannya termasuk bola bekel, boneka barbie hingga menjajal lipstik ibunya.
Dari sekadar nyaman, lama kelamaan Yuni mengaku betah dengan keperempuannya. “Kalau perempuan itu lemah lembut kalau laki-laki kasar, aku gak suka.”(*)

namanya itu lho sedot tsunami emoticon-Ngakak emoticon-Takut

teraspos
Diubah oleh kalamunan 14-05-2014 13:39
0
7.2K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.