Selamat sore menjelang malam! Malam minggi lebih tepatnya
Buat agan2 yang lagi siap2 jalan bareng pacarnya, maupun buat agan2 yang lagi siap2 nonton live report mereka yang bakal jalan2 bareng pacarnya via jejaring sosial
Seperti biasa, ane mau ngajak diskusi agan2 semua, kali ini tentang pacaran
Biar nggak lama basa-basinya, langsung aja simak tulisan lama ane yang berikut. Cekidot!
Quote:
Semoga bisa menjadi bahan iseng-iseng berpikir di sela-sela waktu sibuk memikirkan tugas/ujian kuliah, atau menjadi bahan pertimbangan di tengah-tengah menghadapi peliknya masalah dengan pacar Anda...
Beberapa waktu lalu saya sering menerima curhatan beberapa –dua sampai empat– teman tentang kisah asmaranya. Mengherankan, entah atas pertimbangan apa mereka memilih saya sebagai tempat mencurahkan isi hati. Sejujurnya saya kesulitan menghadapi curhatan mereka, tapi atas dasar perasaan “tidak-enak-ke-temen” terpaksa saya ladeni. Makanya tidak ada satu pun dari mereka yang masalahnya terselesaikan. Saya justru menambah beban pikiran mereka dengan pemikiran-pemikiran absurd-ku tentang hubungan dua lawan jenis yang biasa mereka sebut pacaran itu. Terbukti sesaat setelah saya jawab curhatannya, mereka malah melemparkan kata-kata macam “Loh, kok gitu?” Setelah saya jawab lagi, muncul “Maksudnya?” Sampai akhirnya kalau sudah kesal-kesal amat, seperti apa yang menimpa salah satu dari mereka, terlontar kalimat “Kamu aneh...”.
Tidak masalah bagi saya disebut aneh, karena menurut saya justru hubungan yang mereka sebut pacaran itu lah yang sebenarnya aneh. Tapi jujur, saya menilai aneh bukan karena sok suci atas dasar agama, hingga saya harus menghindari pacaran. Hanya saja logika saya belum mampu menjangkau makna dan nilai hubungan macam itu. Sampai hari ini saya gak paham apa itu pacaran, bagaimana melakukannya, apa bedanya dengan berteman, serta siapa pula itu yang disebut pacar. Makanya, karena itu pula lah sampai sekarang saya belum pernah pacaran. Bukan karena gak laku. Mungkin benar apa yang dikatakan teman saya bahwa selain golongan penikmat pacaran dan pembenci pacaran, ada golongan yang tidak bisa berpacaran. Nah, sepertinya saya termasuk golongan yang terakhir.
Tapi asal tahu saja, saya pernah dekat dengan seorang cewek. Atau mungkin tidak salah juga kalau saya mengklaim bahwa hubungan kami sudah sampai ke tahap "sangat-dekat", karena hampir setiap hari kami berhubungan. Eits! Ati-ati. Bukan berhubungan macam “itu”. Komunikasi maksudnya, walaupun sekedar lewat layanan SMS. Tapi sekali lagi, sekedar mempertegas fakta bahwa saya normal, saya dan si cewek sudah sangat dekat. Mungkin yang gak normal adalah tentang bagaimana terciptanya kedekatan kami. Saya tidak pernah melewati apa yang disebut orang-orang sebagai tahap PDKT. Pun tidak pernah terlintas niat untuk mendekatinya. Kedekatan kami tercipta begitu saja secara alami, baru kemudian muncul perasaan aneh, yang kata orang-orang itu cinta.
Di luar cerita, karena pengalaman itulah saya gak percaya kalimat “cinta pada pandangan pertama”. Menurut saya, jatuh cinta gak cukup cuma karena pandangan doang.
Setelah denger-denger kata orang bahwa itu cinta tidak lantas membuat saya langsung ngungkapin ke dia kata-kata gombal macam “Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Kamu mau jadi pacarku?” Saya cuma bisa ngomong kalo saya kagum padanya, itu pun setelah dipaksa oleh berbagai situasi. Gak disangka, ungkapan kekaguman saya tidak bertepuk sebelah tangan. Katanya, dia juga kagum dengan saya. Walaupun sampai sekarang saya gak tau apakah kekagumannya itu berarti sama dengan perasaan aneh yang saya miliki (yang katanya cinta itu lho!), atau kata kagum yang bermakna sebenarnya, ya sekedar kagum. Sudah mengungkapkan perasaan satu sama lain, kedekatan kami pun semakin intens. Tapi gak pernah kami mendeklarasikan diri bahwa kami berpacaran. Hubungan kami tidak ada yang tahu. Apakah itu bisa disebut berpacaran?
Di lain waktu, melalui jejaring sosial facebook saya pernah mendeklarasikan diri berpacaran dengan seorang cewek, bukan cewek yang kuceritakan sebelumnya. Banyak reaksi yang diberikan teman-teman saat itu. Golongan pembenci pacaran memojokkanku, “Lagi apa-apaan kamu pacaran? Lupa akhirat ya?” Sedangkan golongan penikmat pacaran mendo’akan, “Selamat ya, semoga langgeng...” Tidak ada yang tahu bahwa saya sama sekali tidak pernah berhubungan dengan si cewek. Tidak ada yang tahu bahwa tidak ada sedikitpun perasaan spesial diantara kami. Karena sebenarnya cewek yang saya jadiin pacar di situ adalah hasil rekayasa, ia sekedar akun facebook yang kuciptakan sendiri. Apakah itu yang disebut berpacaran?
Karena penasaran, saya cari di KBBI, ketemu kata pacar. Katanya pacar itu teman dekat dari lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih, biasanya untuk menjadi tunangan dan calon istri/suami. Saya nyesel nemuin deskripsi ini, tambah bikin bingung. Yang muncul justru usul agar sebaiknya KBBI segera direvisi, ia mulai tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya saat ini.
Bandung, 20 Oktober 2011
Sekian dari ane. Ditunggu tanggapan dari agan2 semuaaa...