SEBELUM BACA MOHON
Apa itu CyberBully ?
Quote:
Bully (ing : Ballei) merupakan kata dari bahasa Inggris, yang susah diucapkan sehingga acap kali diucapkan dengan pengejaan Buli. Kata tersebut memang masih terdengar asing di telinga, baru sekitar 2/3 tahun populer di kalangan remaja gaul, yang memakai kata tersebut. Secara harfiah bully berarti menggertak. Kata bully mengandung makna umum melakukan tindakan kekerasan baik verbal, fisik maupun mental kepada seseorang, sehingga objek menjadi tertekan atau terintimidasi.
JIka kita sudah mengetahui makna kata bully, tentu saja untuk frase Cyberbully merupakan kekerasan yang dilakukan dalam ruang dunia maya (cyber).
Studi kasus Mengapa Cyberbully marak terjadi ?
Quote:
Cyberbully semakin marak dilakukan seiring dengan menggelembungnya jumlah netters (pengguna internet di Indonesia). Cyberbully mudah kita temukan, terutama di forum-forum diskusi, blog, bahkan yang paling banyak terjadi di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Parahnya, Cyberbully dilakukan oleh banyak pengguna internet karena mereka sebenarnya tidak sadar yang mereka lakukan adalah sebuah tindakan yang salah. Cyberbully dianggap sebagai hal yang lumrah dan biasa, padahal bentuk kekerasan semacam itu bisa membuat korban menjadi terintimidasi.
Cyberbully sebenarnya menjadi sebuah cerminan masyarakat indonesia yang tak bisa menghargai pendapat orang lain. Kecenderungan memaksakan kehendak (pendapat) dirinya terhadap orang lain sering terjadi.Apalagi pada topik bahasan yang rawan konflik seperti politik, kebijakan pemerintah, dan sepak bola. Tak perlu jauh-jauh mencari contoh keberadaan cyberully, di layanan mikroblogging kompasiana ini sangat banyak sekali cyberbully yang dilakukan. Tak hanya person to person, Cyberbully bisa berubah menjadi fans to person atau fans to fan. Hal itu dimungkinkan adanya efek rantai, bagi kubu yang pro maupun kontra akan saling mendukung.
Lantas Apa efek dari Cyberbully ?
Quote:
Dalam lingkup sempit (kompasian misalnya) cyberbully menjadikan sebuah media sosial menjadi ajang perang mulut. Media yang awal mulanya ditujukan sebagai wadah untuk menuangkan aspirasi, kemudian berubah menjadi tempat sampah verba yang tentu saja tidak enak dibaca dan bisa menjadi preseden buruk bagi pembacanya.
Kecenderungan cyberbullly yang berubah menjadi personal attack terhadap siapa saja yang menulis suatu hal yang kontroversi, atau mengungkapkan sebuah gagasan melalui versinya. Tentu saja akanmembuat kompasianer menjadi jera dan enggan untuk beropini. Karena bisa jadi bukan materinya yang diulas, namun subjek (penulisnya) yang dihujat.
Bagaimana meminimalisir cyberbully ?
Quote:
Secara instan untuk menghilangkan kebiasaan cyberbully memang seperti menyulap Jakarta terbebas dari banjir. Tapi bukan berarti Cyberbully tak bisa dihilangkan. Nah, untuk meinimalisirnya, paling tidak kita sebagai seorang netters cerdas harus bijak dan mampu menghargai pendapat orang lain. Apa perlu dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditambahakan poin menghargai pendapat orang lain di Internet ?.
Selain prinsip menghargai, sebagai bangsa yang beradab dan beradat rasanya tak pantas berkomentar dengan kata kata kasar. Beda pendapat boleh saja, tapi seyogyanya menggunakan bahasa-bahasa yang santun untuk menyanggahnya. Atau jika dirasa tidak terlalu penting, tak perlu berkomentar.
SOURCE