mr.kongojiAvatar border
TS
mr.kongoji
Long Distance Marriage?
Sudah 8 tahun aku berpacaran dengannya. Hubungan kami bagi banyak orang tidak-lah bisa dijalani dan masuk diakal. Bayangkan saja, selama itu juga hubungan tersebut dilakukan dengan berpacaran jarak jauh. Kenapa mau? Mungkin karena cinta? Mungkin juga karena kami berdua pribadi yang pasif dan tidak ingin menyibukkan diri dengan mencari lagi jodoh.

Semua dimulai dengan aku yang berasal dari luar pulau, pindah ke Surabaya sejak SMP. Disitu aku mengenal dia. Sejak pertama aku memang menyukai tipe gadis yang kalem dan yang lebih utama adalah pintar. Dia mendapatkan nilai pelajaran yang selalu lebih baik dari-ku. Selama SMP dan SMA kami bersama, tapi pacaran sendiri baru dimulai ketika akhir SMA, ketika kami akan menuntut ilmu di Universitas yang berbeda. Dia di Jakarta sedangkan aku tetap melanjutkan studi di Surabaya. Jadi bila ditotal, maka aku mengenalnya selama hampir 14 tahun. Cukup lama bukan? 

Pacaran kami pasif, dan mungkin rahasia dari lama-nya kami berpacaran secara jarak jauh adalah karena kami bukanlah tipe pasangan yang suka bermesra-an. Telepon dan sms secukupnya, masih disempatkan dimana kami cukup sibuk dengan studi masing-masing. Ketika kami menyelesaikan studi S1, kami berpisah semakin jauh. Dia melanjutkan S2 di luar negeri dan aku harus kembali ke kota asal, meneruskan bisnis keluarga.

Sekarang kami sudah memasuki usia dewasa. Aku masih meneruskan bisnis orang tua di kota asal. Sedangkan dia sekarang kembali ke Surabaya dan membuka usaha-nya sendiri. Ketika ditanyakan bagaimana kelanjutan hubungan kami? Hampir selalu kami bertengkar. Karena dia tidak mau ikut pindah dengan aku ke kota asal-ku yang berada di luar pulau Jawa. Tidak betah, pendidikan terbuang percuma, dan tidak dapat meninggalkan usaha-nya yang kini telah berkembang menjadi alasan-nya menolak untuk pindah.

Jadi apakah solusi kami agar tidak bertengkar? Kalau katanya orang Jawa “Dipikir Karo Mlaku”.
Spoiler for Dipikir Karo Mlaku:

Kami percaya bahwa nanti ada saja Jalan. Berserah kepada Tuhan bahwa nanti pasti ketemu “ujung-nya”.
Namun sampai kapan? Bagaimana bila tidak ada ujung dari hubungan kami yang berbeda tempat ini?
Sangatlah egois untuk menyerahkan dan menyalahkan Tuhan bila akhirnya kami tidak bersatu. Maka sekarang saya mulai berpikir untuk masa depan kami berdua.

Long Distance Marriage mungkin adalah jawaban-nya. Kondisi sekarang adalah saya tidak mungkin bisa melepas bisnis orang tua. Karena saya adalah anak pertama dan satu-satunya laki-laki. Sedangkan saya juga tidak memaksa dia untuk ikut saya pindah. Namun orang tua dan keluarga saya sedikit memaksa. Karena sangatlah aneh bagi mereka bila menikah tapi masih tidak tinggal bersama, menurut mereka lebih baik saya mencari jodoh di kota asal saja. Orang tua saya sebenarnya terserah saja, namun ingin agar calon istri tinggal serumah menjalani hidup yang “normal”. Sedangkan orang tua-nya seakan lepas tangan dan mengatakan terserah anak-nya saja.
Saya juga sebenarnya lebih senang bila dia mau untuk ikut saya untuk tinggal bersama. Tapi ketika bisnis yang dijalankan-nya semakin maju dan besar, tentu dia tidak akan melepasnya begitu saja.

Jadi apakah yang terbaik?
1. Saya melakukan Long Distance Marriage. Menikah jarak jauh sembari menekuni bisnis masing-masing.
2. Saya putus dan mengakhiri hubungan ini. Mencari jodoh yang ada di kota asal.
tata604
tata604 memberi reputasi
1
7.3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.