[FR] Enroute to Wilderness - Zimbabwe

Beranda

...

Cerita Pejalan Mancanegara
[FR] Enroute to Wilderness - Zimbabwe

chrisvild

12-08-2014 11:40

[FR] Enroute to Wilderness - Zimbabwe

Halo agan-agan semua, saya Mario dari www.mariophotoworks.com mau berbagi cerita perjalanan saya ke Zimbabwe dan Afrika Selatan beberapa waktu yang lalu nih. Enjoy!

Gersang, panas, dan tandus adalah 3 kata yang terlintas di benak saya ketika memikirkan tentang benua Afrika. Bagaimana tidak, acara National Geographic yang seringkali saya tonton di televisi memang menggambarkan kehidupan alam liar di habitat aslinya yang begitu mengagumkan. Savana dengan kumpulan bermacam-macam hewan liar memang lebih asik jika dilihat langsung tanpa dibatasi layar kaca.

Melihat keajaiban di Victoria Falls

Pagi hari, pesawat sudah mendarat dengan mulus di Harry Mwanga Nkumbula International Airport yang terletak di Livingstone., Zambia. Tujuan saya hari ini adalah melihat air terjun Victoria Falls yang terletak di Zimbabwe namun karena berada di perbatasan antara Zambia dan Zimbabwe, mengharuskan saya untuk membuat 2 visa yaitu Zambia dan Zimbabwe ditambah dengan bukti vaksin meningitis dan yellow fever sebagai syarat ketentuan visa.

10 menit perjalanan dari border dengan menggunakan bus, saya sudah sampai ke negara Zimbabwe, dimana di negara ini kita bisa mendapatkan visa on arrival (VoA) seharga USD 50. Setelah melewati perbatasan, di kejauhan kita sudah bisa melihat asap dari air terjun Victoria Falls yang menurut bahasa setempat sebagai Mosi-oa-Tunya (asap yang disertai petir) karena uapnya yang naik kembali keatas setelah jatuh dari ketinggian. Victoria Falls juga termasuk di dalam air terjun terbesar di dunia dan menjadi seven natural wonders of the world.

Air Terjun dengan ketinggian 106 meter ini dapat dilihat melalui jalan setapak yang dibuat oleh pemerintah setempat. Terdapat 16 pos di dalam hutan hujan tropis dimana masing-masing pos menyuguhkan pemandangan yang berbeda-beda dalam melihat Victoria Falls, bahkan pelangi dapat kita lihat dengan mudahnya disini. Devil’s cataract, Main Falls, Horseshoe Falls, Rainbow Falls, Armchair Falls, Eastern Cataract adalah bagian-bagian di sepanjang air terjun megah ini.

Pesona Sungai Zambezi

Sore hari, perjalanan saya dilanjutkan menuju bagian sungai Zambezi untuk menaiki sunset cruise dan melihat kehidupan liar di sepanjang hilir sungai sambil menunggu matahari terbenam. Sungai Zambesi merupakan sungai terpanjang keempat di Afrika dan berhilir di Samudra Hindia. Sungai ini mengalir sepanjang 2574 km dan mengalir melewati Angola, Namibia, Botswana, Zambia dan Zimbabwe.

Banyak kehidupan hewan liar tergantung kepada sungai Zambezi ini, Gajah, kuda nil, buaya, zebra, jerapah dan burung dapat dilihat hidup dengan bebas tanpa terganggu di habitat aslinya. Bahkan beberapa kali, kamera saya menangkap momen-momen lucu binatang-binatang ini. Sore hari, sambil menikmati teh atau kopi serta snack yang disediakan oleh pihak cruise, adalah saat yang tepat untuk menikmati ketenangan dari sungai Zambezi ini.

Bersafari di Taman Nasional Hwange

Malam ini saya bermalam di Elephant Safari Lodge, Hwange yang berada sekitar 2 jam perjalanan dari Victoria Falls. Tempat bermalam ini cukup unik menurut saya karena konsepnya yang menyatukan sebuah taman nasional dengan sebuah hotel, dimana binatang liar dapat kita temui dengan mudahnya di sekitar hotel, namun tidak perlu khawatir karena pada malam hari, pihak hotel akan menghidupkan pagar listrik untuk mencegah binatang buas masuk kedalam lokasi hotel.

Taman Nasional Hwange merupakan cagar alam terbesar di Zimbabwe dan ditemukan pada tahun 1928 oleh Ted Davison. Tempat ini dekat dengan gurun Kalahari sehingga membuat daerah ini kering dan gersang. Terdapat lebih dari 100 mamalia dan 400 jenis spesies burung termasuk 19 jenis hewan herbivora besar dan 8 jenis karnivora besar dan beberapa hewan endemic seperti African Wild Dog.

Saat subuh, saya sempat terkaget dan terbangun karena mendengar banyak suara binatang dari dalam taman nasional. Ketika saya bertanya dengan petugas hotel, memang setiap hari akan terdengar suara singa saling mengaum menandakan tempat teritorinya. Siang hari, saya bersiap untuk bersafari dengan mobil jeep berkapasitas 9 orang. Angin kencang dan cuaca dingin tidak menghalagi saya untuk melihat binatang liar ini di habitat aslinya. Jerapah merupakan hewan pertama yang saya temui, hewan ini gampang ditemui karena hidupnya yang berkelompok. Gajah, baboon, kudu juga seringkali terlihat ketika melewati savana dan hutan gersang di Taman Nasional Hwange ini. Hanya saja saya tidak menemukan singa yang suaranya terdengar jelas di pagi hari tadi.

Perjalanan saya di Taman Nasional Hwange ini berakhir sore hari ketika mobil kami berhenti di suatu kubangan gajah dan menurut driver saya yang bernama Lazarus, ini adalah tempat terbaik untuk menikmati matahari terbenam di Afrika.

Cape Town yang Mempesona

Hari ini perjalanan saya dilanjutkan ke Capetown, kota terbesar kedua di Afrika Selatan setelah Johannesburg. Dengan menggunakan pesawat British Airways, perjalanan ke Capetown ditempuh dalam waktu 6 jam lebih. Kesan pertama pada saat mengunjungi kota ini biasa saja, karena tidak ada bedanya dengan kota-kota pelabuhan lainnya, tapi pemandangan Table Mountain di kejauhan, menarik minta saya untuk mengexplore kota ini lebih dalam lagi.

Capetown merupakan kota dengan berbagai macam etnis, suku, dan budaya dimana berbeda dengan kota-kota lain di Afrika. Orang Belanda banyak sekali dijumpai di kota ini, dan bahkan bahasa Afrika itu sendiri diadaptasi dari bahasa Belanda dan melayu kuno. Banyak objek wisata yang dapat dinikmati di kota ini, salah satunya adalah melihat anjing laut di habitat aslinya, dimana pantai False bay adalah tujuan saya selanjutnya sebelum bertolak ke Seal island.

Banyak aktivitas terlihat selama perjalanan dari pantai menuju seal island atau pulau anjing laut. Dinamakan demikian karena pulau dengan luas 800 meter x 50 meter ini dihuni oleh anjing lautnya yang populitasnya semakin semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini juga menyebabkan predator juga bertambah banyak sehingga keseimbangan ekosistem di tempat ini sangat terjaga.

2 jam perjalanan pulang pergi ditambah dengan kondisi ombak yang cukup besar menjadi pengalaman yang berkesan. Sore hari, saya sudah tiba kembali di dermaga False Bay, dimana di tempat ini kita juga dapat berbelanja oleh-oleh dan cinderamata khas Afrika.

Mengunjungi Sisi Lain Afrika di Taman Nasional Table Park

Tujuan terakhir saya adalah mengunjungi Taman Nasional Table Park. Selama perjalanan, saya disuguhi pemandangan yang sangat indah dan mengingatkan akan Bali yang notabene, laut di Indonesia tidak kalah bagusnya dengan di Afrika. Untuk melihat tempat ini dari ketinggian, saya menggunakan kereta gantung yang disediakan oleh pemerintah setempat, dimana diujungnya kita dapat melihat mercusuar yang digunakan untuk memberi kode kepada kapal yang sedang berlayar.

Taman Nasional Table park merupakan kawasan konservasi dimana hewan seperti landak, mongoose, ular, kadal, dan hewan endemik seperti katak hantu dapat kita jumpai disana. Pada tempat ini juga terdapat cape of good hope yang sangat terkenal dimana pada saat pelayar portugis datang, mereka pertama kali berlabuh di tempat ini.