amingraisAvatar border
TS
amingrais
[saksi palsu?] Novela Saksi PraHara "Yang Lugu" di MK Ternyata Pebisnis Sukses
Novela Nawipa, Saksi Prabowo-Hatta dari Papua yang Lucu

Novela Nawipa merupakan salah satu saksi Kampung Awaputu, Kabupaten Dogiyai, Papua, yang terkesan lucu yang dapat mencairkan suasana sidang MK saat memberi keterangan di depan para hakim. Gaya bicaranya yang cepat dan sedikit ketus bahkan terkesan ceplas-ceplos tanpa grogi sekalipun, justru mampu membuat peserta sidang tertawa walaupun banyak peserta sidang yang menganggapnya seolah sedang marah. Patrialis Akbar pun menyukai gaya Novelana. Tanya jawab dibuka dengan pertanyaan Ketua MK Hamdan Zoelva mengenai kapan dilakukan pemungutan suara.

“9 Juli,” jawab Novela di Ruang sidang MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Selasa (12/8/2014). Namun saat ditanya pelaksanaannya dari pukul berapa, Novela menjawab tidak tahu. Hal ini dikarenakan di distriknya tidak ada proses pemungutan suara. “Tadi tanggal 9 Juli itu apa?” tanya Hamdan. “Itu di tempat lain,” jawab Novela yang juga mengatakan saat itu dirinya berada di kampung dan melihat tidak ada TPS.

“Tidak ada. Saya tidak bisa terangkan karena tidak ada yang bisa diterangkan,” lanjut putri daerah ini tegas. Pertanyaan dilanjutkan oleh Patrialis Akbar. Dia menanyakan bagaimana suasana di distrik saat itu. Mendengar itu Novela dengan spontan menyemprot Patrialis. “Jangan tanya ke saya karena saya juga masyarakat, tanyanya ke penyelenggara pemilu!” cetusnya.

Mendengar itu, Patrialis menanggapi santai. “Nggak apa-apa saya suka gaya-gaya anda seperti ini. Lanjutkan terus ya. Ini gaya Kartini masa kini,” ujar Patrialis sambil tersenyum. Novela pun balas tersenyum. Ia mengatakan tidak ada komunikasi dengan siapa pun. Kejadian lucu pun terjadi saat Hakim Arief Hidayat menanyakan berapa jarak antara desa dengan distriknya.

“300 kilometer!” kata perempuan yang mengenakan baju batik berwarna cokelat ini spontan. Sontak saja jawaban itu langsung membuat Hakim Arief terbelalak. Sadar akan ekspresinya, Novela langsung buru-buru meralat pernyataannya. “30 kilometer, eh 300 meter. Saya manusia Pak, pasti punya salah nggak apa-apa,” ucap Novela tertawa.

Para hakim yang mendengar celotehan itu pun langsung tertawa. Dalam suasana yang cair itu, Hakim Arief kembali mencoba bertanya apakah Novila sebagai saksi mandat distrik mengetahui ada kegiatan lain di distrik lainnya dengan jarak yang tak terlalu jauh itu. “Saya tidak mau bicara kampung lain. Saya maunya di kampung saya,” katanya. Bingung mau bertanya apa lagi, Hakim Arief pun memutuskan untuk menyudahi sesi tanya jawab ini. “Saya bisa kacau,” celetuknya sambil geleng-geleng kepala tertawa. “Ya Bapak kacau saya, juga bisa kacau,” tutup Novela. Tak urung kesaksian Novela melahirkan tawa seisi ruang sidang.

Saat ditanya oleh kubu Jokowi-JK, Novela lebih tegas. Dia tak mau menjawab yang tidak perlu dan merasa dicari-cari kesalahannya. “Ah Bapak jangan tanya macam-macam, intinya saja. Jangan cari-cari kesalahan saya dari hal-hal kecil,” ucap Novela dengan suara keras disusul tawa forum sidang saat menjawab pertanyaan pengacara Taufik Basari. Hamdan kemudian menengahi bahwa pertanyaan pihak terkait sudah tidak relevan kepada Novela sebagai saksi. Berikut video tentang keterangan Novela Nawipa di sidang MK yang diunggah di Youtube.

Siapakah Novela Nawipa?

Usai bersaksi di MK, Selasa (12/8/2014), sejumlah wartawan berusaha mencarinya untuk wawancara. Namun Novela Nawipa sudah tidak ada. Lalu, ada informasi dari salah satu pembaca terkait sosok Novela di media sosial. Dalam laman facebook-nya, Novela tercatat sebagai ketua DPC Gerindra. Tak disebutkan dari wilayah mana, tapi di kesaksian di MK, Novela mengaku sebagai saksi mandat dari Kampung Awaputu, Kabupaten Doiyai, Papua.

Masih dari data facebook, Novela juga tercatat sebagai Direktris di CV Iyobai. Dia juga pernah berkuliah di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura dan sekolah di SMU Negeri 1 Sentani, Papua. Dalam keterangan di MK, Novela selalu menyampaikan informasi dengan nada ‘meledak-ledak’, termasuk saat menjawab pertanyaan hakim MK. Hal ini sempat membuat gelak tawa di ruang sidang.

Berbatik khas Papua, Novela tampil penuh percaya diri di persidangan yang dipimpin oleh hakim Hamdan Zoelva tersebut. Dia membawa misi untuk menyampaikan keterangan bahwa tak ada gelaran Pilpres di kampungnya.



http://anekainfounik.net/2014/08/12/...pua-yang-lucu/


Profil Novela "yang lugu":

BISNIS DI MANGGA BESAR BOS !



CALEG GERINDRA:






NOVELLA dan BENDERA ISROIL:






Quote:




Novela Nawipa "Srikandi" dari tanah Papua

Papua, provinsi paling timur Indonesia yang dilukiskan penyanyi Edo Kondologit dalam lirik lagunya "Aku Papua" sebagai "tanah yang kaya bak surga kecil yang jatuh ke bumi", menyimpan potensi pebisnis hebat.

Dari daerah itu lahir Joni Haluk, pebisnis kelahiran Kampung Pugima, Wamena, yang membidani kelahiran Asosiasi Pengusaha Anak Adat Papua pada Mei 2005 sebelum organisasi ini menjadi Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) pada pertengahan 2006.

Dari Tanah Wamena, Provinsi Papua, itu juga lahir seorang perempuan pengusaha muda bernama Novela Nawipa.

Perempuan kelahiran Wamena 14 September 1984 ini menekuni bisnis rumah, tanah dan emas sejak 2009 di atas keyakinannya yang kuat bahwa untuk membangun perekonomian Papua yang lebih baik, "mulailah dari perempuan dan pemuda".

Dengan bekal keyakinan dirinya yang kuat itu, Novela mulai membangun bisnisnya dari hasil "berkebun emas".

Kegiatan jual-beli maupun menggadaikan logam mulia bersertifikat produk Antam untuk mendapatkan dana segar baru guna membeli lebih banyak emas itu dilakukannya dengan tekun.

"Transaksi per harinya bisa sepuluh gram kalau harga emas lagi naik. Saya menjual satu koin emas dan uangnya dipakai untuk membeli dua koin emas. Ini saya lakukan terus-menerus sehingga saya bisa mengumpulkan sampai 20 gram emas," katanya.

Dalam menjalankan kegiatan bisnis rumah, tanah dan emas yang diyakininya tetap berprospek baik ini, Novela memilih sebuah Bank Muamalat sebagai mitra keuangan usahanya karena sistem Syariah dan bagi hasil yang diterapkan bank tersebut terbukti menguntungkan.

"Bagaimana kita bisa saling menguntungkan, itu yang penting buat saya walau saya orang Kristen," katanya.

Keberhasilan yang sementara ini telah dicapainya telah membuat hidupnya relatif berkecukupan secara ekonomi, kondisi yang tak dirasakannya di masa kanak-kanak hingga remajanya. "Saya jatuh bangun tapi saya terus melangkah karena ada cahaya di ujung lorong," ujarnya.

Kondisi ekonomi keluarganya yang terbatas itu telah memaksanya untuk senantiasa kreatif dan bekerja keras untuk meraih cita-cita.

"Saya bekerja apa saja untuk bisa bertahan dan meneruskan sekolah. Sewaktu di sekolah dasar, saya jualan sayur mayur dan hasil-hasil kebun yang lain di pasar. Lalu, saat masih duduk di bangku SMP, saya bekerja sebagai tukang cuci pakaian."

Tamat dari SMP, kehidupan Novela tidak lantas membaik sehingga dia tidak punya banyak pilihan untuk menopang hidupnya. "Waktu duduk di kelas dua SMA, saya pernah menjadi tukang ojek dengan menyasar para penumpang wanita."

Kegetiran hidup itu terus berlanjut hingga dia kuliah di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).

Seperti dituturkan Novela, selama di bangku kuliah itu, dia hanya berbekal dua helai celana panjang dan lima potong baju saat kuliah.

Kondisi hidupnya itu tidak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, kreativitas anak tertua dari delapan bersaudara ini justru semakin terbangun.

"Saya pernah membantu rekan kuliah saya menyelesaikan tugas papernya. Dari situ, saya mendapat Rp300 ribu."

"Saya melakukan semua ini karena, sebagai anak tertua, apa pun saya tempuh dengan cara yang halal agar saya bisa menjadi contoh yang baik bagi adik-adik saya," kata pengusaha ini.

Pahit getirnya hidup yang dia rasakan semasa sekolah itu membuatnya ringan untuk membantu sesama.

Bahkan, ibu satu anak yang harus menjadi orang tua tunggal setelah ditinggal mati suami ini menerapkan filosofi "berbagi" dengan sebanyak mungkin orang dari hasil usahanya.

"Cukup bagi saya kuliah dengan mengeluarkan air mata. Saya tidak ingin anak-anak Papua yang lain mengalami hal serupa dengan yang pernah saya alami dulu. Saya buat kolam kebaikan buat mereka," kata dia.

Dari hasil bisnisnya itu, Novela lantas menyekolahkan dua anak asal Wamena dan satu anak asal Paniai. Keduanya telah lulus pendidikan sarjana bidang pendidikan dari Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Abdi Bangsa Paniai.

"Kini mereka sudah menjadi guru di pedalaman Papua. Membangun orang Papua, terutama mereka yang berasal dari pedalamanan, harus dimulai dari pembentukan karakter terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya pendidikan. Beri konseling ke anak-anak Papua supaya mereka tahu kemana arah yang benar," katanya.

Sebagai pengusaha yang semasa kuliah pernah aktif dalam kegiatan gereja dan gerakan perempuan, Novela mengatakan dia mendambakan kondisi Papua yang maju dan sejahtera.

Dalam kaitan ini, mantan aktivis Ikatan Perempuan Pegunungan Tengah ini menggarisbawahi pentingnya pembangunan infrastruktur jalan bermutu yang dapat membuka akses berbagai wilayah di provinsi itu dengan senantiasa memperhatikan kepentingan masyarakat setempat.

Akses jalan yang terbatas tersebut, menurut dia, merupakan salah satu akar permasalahan dari lambannya pembangunan di daerah pegunungan. Akibatnya, harga berbagai barang kebutuhan rakyat di sana pun bisa dua kali lipat dari daerah lain, katanya.

"Di Puncak Jaya, harga satu sak semen, misalnya, bisa mencapai Rp1,5 juta padahal di Jayapura hanya Rp80 ribu, di Nabire Rp120 ribu dan di Paniai Rp175 ribu."

Kondisi jalan yang baik juga dirasakan Novela masih dirasakan sehingga di sejumlah daerah, termasuk ruas jalan Nabire - Paniae sepanjang 250 kilometer dapat ditempuh lebih dari sembilan jam saat hujan mengguyur daerah tersebut, katanya.

"Kalau kondisi jalan lagi rusak, harga satu liter bensin pun bisa mencapai Rp50 ribu," kata pengusaha yang menjalankan bisnisnya lewat CV Iyobai ini.

Mempertimbangkan realitas infrastruktur yang ada selama ini dan kondisi alam Papua, Novela memandang moda transportasi yang lebih tepat untuk dikembangkan di Papua adalah kereta api.

"Kereta api ini merupakan solusi. Untuk itu perlu dibangun rel kereta api karena keberadaan kereta api yang menjangkau wilayah-wilayah yang ada merupakan masa depan Papua."

Dalam pandangan perempuan pengusaha kelahiran Wamena ini, ekonomi dan kesejahteraan merupakan kata kunci bagi penyelesaian masalah Papua.

"Kepercayaan rakyat tidak bisa dibeli dengan uang melainkan dengan kerja-kerja nyata yang berorientasi pada kesejahteraan yang berkeadilan bagi mereka," katanya.

http://www.antaranews.com/berita/438...ri-tanah-papua

komeng of the day:

Quote:


Quote:


Diubah oleh amingrais 13-08-2014 13:16
0
222K
684
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.