citox.Avatar border
TS
citox.
Jokowi Ingin Wanita aliran JIL sbg MENAG: Prof.Siti Musdah Mulia a.k. Siti Maulida

source pic: https://docs.google.com/forms/d/14sB...iG8G0/viewform
Ada 3 nama menteri Agama yang ditawarkan Jokowi (selain pilihan lainnya), diantaranya adalah Siti Maulida, seorang wanita. Diduga ini adalah nama samaran dari Prof.Dr.Siti Musdah Mulia, yang dikenal sebagai ulama JIL (Jaringan Islam Liberal). Entah apa maksud tim Jokowi menyamarkan nama professor wanita yang dikenal kontroversial itu

Susun Kabinet, Jokowi Minta Masukan Rakyat Via Facebook
KAMIS, 24 JULI 2014 | 15:07 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo, membenarkan bahwa ia sengaja meminta aspirasi masyarakat mengenai kabinet yang akan dibentuknya melalui media sosial, Facebook. "Namanya minta masukan ya tidak apa-apa. Kita ini baru tahapan minta masukan saja," katanya di Balai Kota, Kamis, 24 Juli 2014. (Baca: Jokowi Bertemu SBY Bahas Transisi Usai Lebaran)

Jokowi mengatakan ia membentuk sebuah tim untuk mencari masukan mengenai siapa saja personel yang cocok mengisi posisi kabinet. Selain itu, tim ini juga berfungsi mengidentifikasi masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh kabinet yang akan dibangun Jokowi. Jokowi mengatakan tim inilah yang juga menyusun kemungkinan nama yang dimuat dalam laman Facebook yang berjudul Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR).

Dalam laman Facebook di akun Jokowi Center, dijelaskan bahwa Jokowi-Jusuf Kalla meminta partisipasi rakyat untuk memberi masukan mengenai kabinetnya kelak. Dalam akun tersebut, terdapat 34 pos kementerian dengan masing-masing 3 alternatif calon menteri. (Baca: Mekanisme Pemilihan Kabinet Jokowi-Kalla)

Nama-nama yang dijadikan alternatif didominasi kalangan profesional dan juga tokoh partai. Misalnya di pos menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan, terdapat tiga nama yang bisa dipilih rakyat yaitu Jenderal TNI Budiman, Jenderal TNI Dr Moeldoko, dan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso.

Untuk posisi menteri pertahanan, tiga nama yang dimuat adalah Andi Widjajanto, Mayor Jenderal (Purn) T.B. Hasanuddin, dan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Untuk posisi menteri keuangan, terdapat tiga nama, Arif Budimanta, Luluk Sumiarso, dan Tumiran. Jokowi masih menolak berkomentar mengenai pemilihan nama tersebut. "Saya belum mau bicara nama, baru masukan saja," katanya.
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...t-via-Facebook


Pernyataan Prof Dr Siti Musdah Mulia, MA di Acara Mata Najwa
bahwa Penfsiran Agama di Indonesia itu Harus Sesuai UUD'45




Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, MA, APU:
Feminis Modern Indonesia



Siti Musdah Mulia besar dari lingkungan dengan tradisi Islam yang sangat taat dan ketat. Sebagai perempuan, sejak kecil diperkenalkan bahwa aurat perempuan itu bukan hanya tubuh dan rambutnya, melainkan juga suaranya.

Karena itu, sejak remaja saya sudah memakai pakaian tertutup dan berkerudung. Ruang geraknya sering diawasi oleh keluarga, baik oleh kakek maupun paman. Misalnya, ia tidak boleh kos (kontrak rumah atau kamar) saat mahasiswa karena kuatir bebas dengan laki-laki.

Musdah pun akhirnya dibelikan rumah yang dekat dengan paman dan setiap saat bisa diawasi. Pandangan-pandangan keislamannya mulai “tercerahkan” ketika memasuki pendidikan jenjang S2 di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution.

Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A., APU, lahir 3 Maret 1958 di Bone, Sulawesi Selatan. Istri dari Ahmad Thib Raya, guru besar Pascasarjana UIN Jakarta. Pendidikan formalnya dimulai dari pesantren As’adiyah, lalu menyelesaikan S1 jurusan Bahasa dan Sastra Arab pada IAIN Alauddin Makassar; selanjutnya S2 Bidang Sejarah Pemikiran Islam; dan S3 Bidang Pemikiran Politik Islam, keduanya di Pascasarjana UIN Jakarta. Selain itu, mengikuti sejumlah pendidikan nonformal, seperti kursus Singkat Democracy and Civil Society di Melbourne, Australia (1998); Kursus Singkat Pendidikan HAM di Universitas Chulalongkorn, Thailand (2000); Kursus Singkat Advokasi Penegakan HAM dan Demokrasi (International Visitor Program) di Amerika Serikat (2000); Kursus Singkat Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan di Universitas George Mason, Virginia, Amerika Serikat (2001); Pelatih HAM di Universitas Lund, Swedia (2001); Manajemen Kepemimpinan Perempuan di Bangladesh Institute of Administration and Management (BIAM), Dhaka, Bangladesh (2002).

Pada 1985, mulai bekerja sebagai Dosen Luar Biasa di IAIN Alauddin dan di Universitas Muslim Indonesia, Makassar, disamping menjadi peneliti pada Balai Penelitian Lektur Agama, Makassar. Sejak 1990, pindah ke Jakarta menjadi peneliti pada Balitbang Departemen Agama Pusat, dan menjadi dosen di beberapa tempat, seperti Institut Ilmu-Ilmu al-Quran, dan Program Pascasarjana UIN Jakarta.
Musdah pernah menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan Departemen Agama; Staf Ahli Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia, Bidang Pencegahan Diskriminasi dan Perlindungan Minoritas

Anggota Tim Ahli Menteri Tenaga Kerja RI; dan Sekarang Staf Ahli Menteri Agama, Bidang Hubungan Organisasi Keagamaan Internasional. Ia menjadi pembicara di berbagai seminar, baik di dalam dan luar negeri. Menulis sejumlah makalah dan buku. Buku yang terpublikasi secara luas diantaranya adalah Negara Islam: Pemikiran Politik Haikal (Paramadina, 2001) Islam Menggugat Poligami ( Gramedia, 2004); Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Perspektif Islam (2001) dan Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan (Mizan, 2005).

Prof Dr Siti Musdah Mulia, MA, adalah salah satu feminis Muslim terkemuka di Asia, menerima penghargaan Yap Thiam Hien 2008. Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah itu dinilai sebagai sosok muslimah yang ”mau dan berani bersuara”, yang menjadikan Islam sebagai komunitas yang teduh, dialogis, dan inklusif.

Ketika penghargaan Yap Thiam Hien diserahkan pada Rabu (10/12/2008) malam, Prof Dr Siti Musdah Mulia, MA sebagai penerima masih berada di Tanah Suci untuk ibadah haji. Penggagas penghargaan tersebut, Todung Mulya Lubis, dalam sambutannya mengatakan, Musdah adalah sosok yang ”mau dan berani bersuara”, yang menjadikan Islam sebagai komunitas yang teduh, dialogis, dan inklusif.

Sebagai pemikir Islam dan aktivis sosial, Musdah selalu menggunakan cara berpikir kritis dan rasional dalam melihat berbagai persoalan, terutama ancaman terhadap keberagaman Indonesia. Dia juga gigih memperjuangkan keadilan dan kesetaraan jender, membela hak-hak kelompok minoritas, dan melakukan dialog antaragama.

Akibat kelantangannya, dia kerap ditegur petinggi di Departemen Agama, dikecam rekannya sesama dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan beberapa tokoh masyarakat ”menasihati” supaya dia tidak terlalu lantang karena masih muda dan kariernya masih panjang. Karena keberaniannya menyuarakan pendapat itu, dia sering mendapat pesan singkat SMS dan berbagai cap. Meskipun begitu, Musdah mengaku tidak kehilangan kekonservatifannya karena dia besar dalam tradisi pesantren dan Nahdlatul Ulama.

Musdah dikenal sebagai salah satu feminis Muslim terkemuka di Asia. Ahli Peneliti Utama itu terus mengkaji teks literatur Islam secara kritis untuk menghapuskan ketimpangan jender dalam ajaran pokok Islam. Itulah salah satu caranya memperjuangkan kesetaraan dan keadilan antarsesama manusia dan sesama ciptaan-Nya. Buku-buku karyanya terus bermunculan.

Musdah dikenal sebagai tokoh perdamaian dan nirkekerasan yang secara konsisten membangun jembatan antar iman, keyakinan, dan budaya di Indonesia dan memiliki komitmen kuat pada kemanusiaan tak bersekat. Ia termasuk satu dari sedikit tokoh yang berani membela agama-agama lokal dan mereka yang dituduh menghina agama resmi.

Kerja besar itu bukan tak menuai kontroversi. Dia menjadi sasaran terdepan dari mereka yang memiliki motif politik tertentu. Namun, Musdah tak mau ditundukkan rasa takut. Bagi dia, membela keberagaman Indonesia seharusnya dilakukan oleh setiap warga negara yang memahami sejarah negeri ini. Dia juga berani membela korban yang secara politik terus mengalami stigmatisasi karena pernah mengalami situasi yang sama ketika ayahnya menjadi anggota DI/TII.

Dari sosok beliau yang begitu concern terhadap masalah wanita, banyak hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran. Dengan tetap tidak melupakan kewajibannya, seorang wanita tetap juga berkesempatan untuk men dapatkan hak-haknya.
Tulisan ini telah dimuat pada IRN Buletin Edisi 29 bulan April 2011. Hal. 7 - 9.
http://komahi.umy.ac.id/2011/05/prof...ia-ma-apu.html

----------------------------

Asyik donk Indonesia dibawah kepemimpinan professor wanita yang merupakan feminis modern di Indonesia. Semua akan serba free besoknya!


emoticon-Ngakak
Diubah oleh citox. 25-07-2014 11:53
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
30.5K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.