TEMPO.CO, Jakarta - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan kepribadian grandiose dalam diri Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto tak bisa disembuhkan. Kepribadian tersebut berciri-ciri suka memberikan penilaian berlebihan atas diri sendiri, suka pamer kekuasaan, dan memiliki hasrat kuasa superioritas yang akut atau disebut pula megalomania. (Baca: Pengamat: Sikap Prabowo Turunkan Derajatnya)
"Sudah tertanam dari dirinya sejak kecil. Tak akan bisa berubah," kata Hamdi saat dihubungi, Kamis, 24 Juli 2014. Rumah Prabowo di Hambalang pun menjadi tolok ukur Hamdi untuk menilai kepribadian mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu sebagai penyuka kemegahan seperti orang besar. "Kayak baron di Eropa."
Musababnya, kata dia, sedari Prabowo kecil, keluarga Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia, sudah membentuk karakternya sebagai pemimpin. Hal tersebut juga terjadi di kesatuan Kopassus dan di partainya. Sayangnya, kata Hamdi, Prabowo tak bisa menerima kekalahan. "Seusai dipecat dari TNI, Prabowo malah melarikan diri ke Yordania," katanya. (Baca: Psikolog: Hasrat Berkuasa Prabowo Lebih Besar )
Selain tak bisa menerima kekalahan, Hamdi menilai, Prabowo suka mengalihkan permasalahan dan menganggap kesalahan berasal dari luar dirinya. "Seperti proyektor, Prabowo melihat dengan sisi terbalik," katanya.
Menurut Hamdi, kepribadian semacam itu seperti mengingkari dunia. "Seseorang curang, tapi meneriaki lainnya justru yang berbuat curang." Hamdi menyatakan tak kaget melihat sikap Prabowo yang selalu mencitrakan diri sebagai orang yang dizalimi.(Baca: Prabowo Seolah Merasa Dicurangi Se-Indonesia Raya )
Lantaran tak bisa menerima kekalahan, Prabowo akan mencari kompensasi kegagalannya pada masa lalu dengan mengincar jabatan yang lebih tinggi. "Luka psikologi dipecat dari TNI, Prabowo merasa harus memperbaiki namanya," katanya. Caranya, kata dia, adalah menduduki jabatan tertinggi, seperti presiden.
Hamdi menilai, secara keseluruhan, Prabowo tak cocok dengan kepemimpinan yang kini dibutuhkan. "Nanti bisa kontraproduktif."
Jika megalomania sudah menjadi kehidupan normal? Cara pikir ribet.(Bila kursus motivasi ekstrim sudah berhasil – suatu dampak new age movement)
Tentang New Age Movement dapat dibaca disini
Dalam ilmu kedokteran jiwa (bisa lihat Narcissistic and Borderline Personality Disorder dalam DSM IV), megalomania adalah salah satu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan fantasi hebat atau perilaku gaya hebat (tetapi realita tidak benar), ingin dipuja, dan si penyandang mengalami gangguan empati. Biasanya ditandai dengan berfantasi bahwa dirinya sudah sukses tanpa bisa melihat batas dan realita, kuat, hebat, pandai luar biasa ( selalu mengbodoh-bodohan orang lain), merasa cantik, atau paling ideal. Ia merasa dirinya seseorang yang unik, yang dikagumi orang-orang, dan selalu menginginkan mempunyai level setingkat dengan orang-orang yang sudah sukses.
Bila diajak diskusi, maka diskusi akan memasuki jalur yang tidak jelas, rumit, karena si penyandang sudah mengalami disorientasi pemikiran. Disorientasi pemikiran sering juga disebut sebagai confusion (kebingungan pemikiran) tidak jelas dimana ujung dimana pangkal, bahkan seringkali tidak menyambung dengan lawan bicara. Logikanya sulit dipahami oleh orang lain karena ia mempunyai paham yang rasanya benar namun realita tidak benar. Terjadilah konflik yang panas dengan orang-orang sekitarnya.
Gangguan jiwa semacam ini bisa muncul sejak kecil yang merupakan gangguan yang diakibatkan oleh memang adanya masalah dalam perkembangan neurologisnya (neurodevelopmental disorder) atau diakibatkan oleh lingkungannya. Atau dapat juga disebabkan oleh lingkungannya yang mengajarkan mengembangkan idiologi secara ekstrim, atau mengembangkan kepercayaan secara ekstrim. Misalnya saja mereka yang mengikuti program motivasi, mengikuti progam human potential atau extraordinary potential, meningkatkan awarness atau consciousness, dimana di dalamnya diberi doktrin-doktrin ekstrim atau motivasi secara ekstrim, yang menyebabkan dirinya terbius. Rasionalitas hilang.
Masalah lain yang timbul sebagai dampak ajaran dengan doktrin ekstrim maupun motivasi ekstrim, adalah ia tak lagi mampu belajar mengenal inti suatu masalah, dan pelajaran dasar kehidupan bersosialisasi. Intuisi bersosiaslisasi ini menjadi terkoyak, yang berakibat ia lebih banyak mengasingkan diri dan berfantasi hebat diluar kewajaran. Padahal pelatihan-pelatihan motivasi (yang ekstrim) sudah menggurita di semua belahan dunia.
Depresi karena merasa sebagai victim (sebuah contoh kasus)
Pernah bertemu seorang kawan atau saudara yang mengatakan bahwa ia menderita sakit kanker karena dibuat sendiri? Karma. Istilah karma akhir-akhir ini banyak sekali kita dengar. Istilah ini muncul dan menyebar dalam komunitas New Age Movement yang sudah mengadopsi dari pelajaran Budha. Ajaran Budha yang diadopsi itu kemudian dikembangkan sendiri menjadi paham baru New Age Movement. Pemahaman karma dalam New Age Movement telah berganti makna sangat ekstrim. Segala penyakit masa kini disebabkan oleh perbuatan di kehidupan masa lalu. Bila kita berbuat tidak baik saat ini maka karma akan diterima di masa yang akan datang. Pemahaman pengabdosian dari ajaran Budha seperti ini ditambah dengan teori psikologi Jung berkembang menjadi suatu bentuk pendekatan tersendiri bagi penganutnya.
Sebagai contoh yang paling mudah, adalah jika seseorang mengalami kecelakaan atau sakit hebat, maka bisa jadi hal itu disebabkan oleh perbuatan di kehidupan di masa lalu.
Salah satu paham ekstrim seperti ini yang kemudian berkembang menjadi layanan terapi (para)psikologi adalah terapi Bert Hellinger (lahir 1925). Bert Hellinger seorang Jerman yang awalnya seorang pastur yang bertugas di Afrika Selatan. Ia melepaskan diri dari kepasturan karena tertarik pada ajaran phenomonologist yang diikutinya. Kemudian ia kembali ke Eropa (Wina) menyelesaikan pendidikan sebagai psikoanalisa dan mendapatkan ijin praktek sebagai psikoanalis di Jerman. Dari Jerman ia berangkat ke Amerika dan mempelajari transeksional analisa (gabungan antara psikologi dan psikoterapi). Namun kemudian Bert Hellinger mengembangkan sendiri ilmu psikologi yang dipelajarinya itu dengan teori psikologi Jung tentang pengalam di kehidupan masa lalu, ditambah dengan ilmu-ilmu dari India terutama tentang hukum karma dan psiritualisme. Ia menulis buku tentang metoda terapinya yang diciptakannya sendiri, dan berkeliling memberikan pelatihan-pelatihan. Namun metoda terapinya ini justru menyebabkan banyak kliennya yang merasa menjadi victim dari sebuah karma, yang berakhir pada keputusanaan bunuh diri atau masuk rumah sakit jiwa. Ajarannya yang dianggap sesat oleh kalangan psikolog dan psikiater itu, lebih banyak menimba kritik. Metoda terapinya terbanyak digunakan oleh terapis-terapis alternatif parapsikologi, artinya memang tidak digunakan dalam ilmu psikologi itu sendiri. Tetapi bukunya luar biasa laris dan sudah dicetak berulang-ulang sejak tahun 1993, serta diterjemahkan sekitar 16 bahasa.
Terapi semacam terapi Bert Hellinger ini baru satu contoh, sebab agaknya di dunia ini sudah begitu banyak terapi yang beraliran New Age melanda dunia dengan segala macam pernak-perniknya. Namun kita bisa mendeteksinya yang ciri-cirinya melalui pendekatan-pendekatan spiritual, inner energy, kekuatan dalam, pengobatan dari dalam diri sendiri (selfhealing), upacara pembukaan dan peningkatan gelombang inner energy, holistik, menggunakan tehnik hipnose (yang kini semakin dikembangkan dengan musik, film luar angkasa, sound sistem, dan komputer).
Problem Spiritual dan religius serta gangguan psikiatri
Sejak tahun 1994, masalah gangguan jiwa yang disebabkan oleh masalah religi dan spiritual sudah dimasukkan ke dalam index buku panduan diagnosa psikiatri yang disebut DSM edisi ke IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder dari American Psychiatry Association) dalam index V62.89, dan juga ICD-10 (Classification of Mental and Behavioural Disorder) yang dikeluarkan WHO . ICD 10 ini lebih banyak digunakan di Eropa. Index untuk gangguan jiwa yang diakibatkan oleh masalah religi dan spiritual berada dalam index F48.8.
Sekalipun dalam indexnya menyebutkan masalah religi dan spiritual, namun yang lebih menarik adalah masalah yang diakibatkan oleh masalah spiritual.
Masuknya isyu spiritual crisis ini adalah karena adanya laporan dari para klinisi baik psikolog maupun psikiater yang banyak menemukan pasien-pasiennya yang mengalami masalah kejiwaan sebagai akibat dari pengaruh memperdalam masalah spiritual, melakukan mistisism, hipnose, melakukan perjalanan spiritual ke kehidupan masa lalu, pembangkitan inner energy , perdukunan, peramalan, kesurupan, medium, korban karma, dan sebagainya.
Index manual itu dibagi lagi dalam kelompok Religous Problem dan kelompok Spiritual Problem. Kedua kelompok itu dibedakan masalah dan penyebabnya, karena adanya perbedaan visi, filosofi, dan ritual-ritual yang pernah dijalankan oleh penderita.
Para klinisi tadi, terutama yang dilaporkan oleh Stanislav dan Christina Grof dalam bukunya berjudul: “ Spiritual emergency- when personal transformation becomes a crisis” menjelaskan bahwa mereka menemukan cukup banyak pasien-pasien yang mengalami krisis spiritual lalu mengalami gangguan jiwa yang gejalanya mirip dengan psychotic (tidak sadar/ingat dan mengamuk) ataupun mirip dengan schizofrenia (mempunyai waham kebesaran/megalomania, kekerdilan, kejaran, dan depresi). Selama ini mereka mendapatkan obat-obatan psikotropika. Kedua psikiater itu berpendapat, bahwa diagnosa dan pengobatan yang diberikan kepadanya selama ini salah. Mereka bukan psychotic ataupun schizofrenia yang sebenarnya. Mereka mempunyai gejala seperti ini karena pengalamannya dengan spiritualitas. Gejala seperti ini nampaknya memang banyak, dari penelitian di Amerika, yang dilakukan tahun 1990 oleh Shafranske & Maloney menunjukkan sebanyak 60 persen dari pasiennya selalu berbicara soal religi ataupun soal spiritual. Dan satu dari enam pasiennya memang mengalami masalah religi ataupun masalah spiritual yang kemudian disebut sebagai spritual emergency.
Psikologi transpersonal
Psikologi transpersonal adalah suatu aliran psikologi yang banyak mempelajari masalah yang berkaitan dengan spiritual, mistisim, medium, kesurupan, gelombang inner enerji, dan sebagainya. Sekalipun banyak peminatnya, psikologi aliran ini masih belum dapat diterima oleh aliran psikologi klasik. Hal itu disebabkan karena masalah-masalah spiritual masih sulit diterima secara ilmiah (yang berkaitan dengan masalah pengukurannya).
Namun, karena akhir-akhir ini semakin dirasa mendesak kebutuhannya untuk mengatasi masalah krisis spiritual dan religi sebagai akibat meledaknya pengikut New Age Movement, bidang psikiatri merasa pentingnya agar para psikolog maupun psikiater mempelajari masalah-masalah spiritual dan religi. Bukan melaksanakan psikologi transpersonal itu sendiri, tetapi pemhaman itu guna melakukan pendeteksian - penegakan diagnosa yang tepat, serta membantu membimbing pasien agar kembali ke dalam kondisi yang lebih baik. Usul-usul yang diberikan adalah membimbing (memberikan konseling) pasien dalam bentuk terapi CBT (Cognitive behaviour therapy), yaitu suatu bentuk terapi dengan memberikan pengertian-pengertian baru guna memperbaiki cara berpikirnya. Salah satu yang diusulkan oleh Rick McKinney adalah mengembalikan ia pada kepercayaan bahwa Tuhan yang personal, bukan dalam diri manusia tetapi Tuhan yang berada di atas sana.
Bagaimana kita yang di Indonesia?
Indonesia adalah negara dengan penduduk yang religius sekaligus masih menyisakan budaya penuh mistis misalnya perdukunan, pengobatan alternatif berbafas agama, bahkan masih mempercayai kekuatan lain di luar Tuhan. Budaya, religi dan sistem kepercayaan seperti ini tanpa terasa akan sangat mudah sekali menerima New Age Movement.
Bila kita menelusuri melalui google nampaknya yang mempelajari masalah New Age Movement (Gerakan Zaman Baru) ini baru kelompok Katolik dan Kristen. Hal ini dapat dimengerti karena Vatikan sudah mengeluarkan pendapatnya terhadap New Age ini. Pernyataan Vatikan dapat kita lihat disini
Sementara itu dalam Islam, kita masih sangat jarang mendapatkan bacaan yang dapat menuntun kita untuk memahami New Age Movement ini. Padahal negara kita lebih dari 90 persen penduduknya beragama Islam. Artinya suatu ancaman besar bagi masyarakat Islam apabila hal ini kurang menjadi perhatian. Dengan kesadaran yang dalam terhadap hakekat keTuhanan yang Esa yang ada di atas sana, keimanan yang tangguh, serta rasional yang akurat, kita tidak mudah terjebak dalam masalah seperti di atas.
http://www.spiritualcompetency.com/d.../dsmrstoc.html
http://www.spiritualcompetency.com/d...lesson1_1.html
http://www.franklinterhorst.nl/New%2...20beweging.htm
http://din.nu/ICDspirit.htm
http://healthmad.com/mental-health/n...s-an-epidemic/
http://www.johnankerberg.org/Article...e/NA0705W2.htm
http://www.dyslexia.com/library/add.htm
http://fcs.tamu.edu/families/aging/e...isoriented.php
http://www.diabasis.cz/_data/attachm...m_DSM%20IV.pdf
http://www.counseling.org/Resources/...istas04/27.pdf