embercorAvatar border
TS
embercor
'Gol Bunuh Diri' di Detik-detik Akhir Pilpres 2014





Isak tangis pecah. Sambil berlinang air mata, Puan Maharani memeluk erat sang ibunda, Megawati Soekarnoputri. Keduanya menangis. 

Dua perempuan dari klan Sukarno itu tak kuasa menahan emosi ketika hasil hitung cepat (quick count) yang terpampang di layar besar di rumah Mega, memperlihatkan pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh hasil pemilu presiden 9 Juli 2014, sebesar 52,72 persen. Sementara lawan mereka, pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan 47,28 persen.

Meski penghitungan belum 100 persen, namun hasil quick count lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang ditayangkan MetroTV itu kontan membuat suasana di rumah Mega di Kebagusan, Jakarta Selatan, diliputi keharuan.

Terlihat wajah cawapres Jusuf Kalla, yang juga hadir di rumah itu, diliputi suka cita. Mega dan JK bersalaman. Bersama tim pemenangan, keduanya berjalan beriringan menuju meja panjang untuk segera mengumumkan kemenangan itu.

“Alhamdulillah setelah melakukan kewajiban selama 5 tahun memberikan hak pilih kita, pada Rabu 9 Juli 2014, kita saksikan suatu proses penghitungan bahwa yang namanya pasangan Ir Joko Widodo bersama Bapak H Jusuf Kalla telah dapat dinyatakan sebagai presiden RI versi quick count," kata Mega di hadapan media dan pendukungnya, Rabu 9 Juli 2014.


Di hari yang sama, keharuan juga meliputi kediaman mendiang ayahanda capres Prabowo Subianto, Sumitro Djojohadikusumo. Usai menyaksikan hasil quick count dan melihat perolehan suaranya -- versi sejumlah pollster lebih tinggi dari rivalnya, Jokowi-JK, Prabowo spontan sujud syukur di lantai rumah di kawasan kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu.

Aksi ini diikuti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, dan politisi PPP Ahmad Yani. Dibelakangnya, para pendukung ramai meneriakkan asma Allah. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Prabowo-Hatta menang,” teriak mereka.

“Kami bersyukur, kami pasangan nomor urut satu, Prabowo-Hatta, mendapat dukungan dan mandat dari rakyat Indonesia,” kata Prabowo mengumumkan kemenangannya.


Kedua kubu saling klaim memenangkan pilpres. Kubu Prabowo-Hatta mengklaim menang berdasarkan quick count 4 lembaga survei, yakni Lembaga Survei Nasional (LSN), Indonesia Research Center (IRC), Puskaptis, dan Jaringan Suara Indonesia (JSI).  

Sementara kubu Jokowi-JK mengklaim menang berdasarkan hasil quick count 7 lembaga survei yakni CSIS Cyrus Network, Litbang Kompas, Radio Republik Indonesia (RRI), Saiful Mujani Research Center (SMRC), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Indikator Politik Indonesia, dan Populi Center.
Kondisi ini membuat masyarakat bingung sekaligus resah. Di satu sisi masyarakat bingung hendak mempercayai siapa, di sisi lain pubik resah, takut perbedaan ini bisa menimbulkan gesekan atau benturan antara pendukung dua kubu capres.

Menebar Fitnah, Mengoyak Lawan



Pemilihan presiden (pilpres) tahun ini memang beda dibandingkan pilpres-pilpres sebelumnya. Sedikitnya jumlah yang bertarung, hanya dua pasang, membuat kompetisi berlangsung sengit. Masyarakat pun langsung terpecah ke dalam dua kubu: pendukung Prabowo-Hatta dan pendukung Jokowi-JK.

Sengitnya pertarungan tidak hanya terlihat dari perang spanduk dua kubu di seluruh Indonesia. Tapi juga melalui pernyataan-pernytaan yang muncul di media dan juga saat debat capres dan cawapres. Perang antara dua kubu pendukung tak kalah panas di media social seperti Facebook dan Twitter.

Tim pemenangan Prabowo-Hatta pernah melaporkan spanduk gara-gara tulisan di spanduk itu menyingkat nama Prabowo-Hatta menjadi Prahara. Partai Prabowo, Partai Gerindra, juga melaporkan iklan 'Jokowi Adalah Kita' yang muncul di beberapa televisi karena dinilai mencuri start kampanye.

Di kubu Jokowi-JK, laporan tak kalah banyak. Selama kampanye resmi yang berlangsung 4 Juni sampai 5 Juli 2014, kubu Jokowi-JK beberapa kali melaporkan serangan kampanye hitam ke kepolisian.

Berdasarkan hasil pemetaan lembaga pemerhati media sosial Politicawave, kampanye hitam cenderung fitnah memang paling banyak menyerang Jokowi. Jumlahnya 94,9 persen. Sedangkan serangan kampanye negatif 5,1 persen.

Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan serangan ke Prabowo-Hatta. Pasangan yang diusung Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, Partai Golkar, dan Partai Demokrat ini diserang kampanye hitam hanya 13,5 persen dan kampanye negatif 86,5 persen.

Kampanye hitam gencar menyerang Jokowi sejak pekan pertama dimulai kampanye resmi. Fitnah disebarkan antara lain melalui Tabloid Obor Rakyat dan Martabat. Macam-macam rupa kampanye hitam itu. Mulai dari memfinah Jokowi sebagi keturunan non-pribumi, non-muslim, antek asing, antek Tionghoa, capres boneka, hingga menyebut partainya, PDI Perjuangan, sebagai sarang komunis.

Prabowo sendiri mendapat serangan kampanye hitam dan negatif mulai dari masalah pelanggaran HAM, pemecatannya dari dinas kemiliteran yang diketahui melalui dokumen Dewan Kehormatan Perwira, beredarnya uang berstempel Prabowo, hingga statusnya yang jomblo. 

Kampanye hitam dan negatif ini nyatanya banyak mempengaruhi pilihan pemilih. Elektabilitas Prabowo-Hatta yang semula jauh dari Jokowi-JK, terus merangkak naik menyaingi rivalnya. Dari survei Indo Barometer, dukungan untuk Prabowo-Hatta pada Juni 2014 naik menjadi 42,6%. Sedangkan elektabilitas Jokowi-JK pada Juni 2014 turun menjadi 46,0%.

Menyadari hal ini, Jokowi-JK berusaha menarik kembali dukungan pemilih dengan menggelar kampanye marathon terutama di basis suara lawan, dan memberikan penampilan yang memukau di setiap debat capres dan cawapes yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Terbukti, pada debat terakhir yang berlangsung Sabtu 5 Juli 2014 di Hotel Bidakara, Jakarta, Jokowi-JK berhasil menunjukkan kelasnya sebagai calon pemimpin negara yang patut dipilih.

Tak hanya berhasil meyakinkan pemilih lama, debat terakhir itu juga disebut-sebut berhasil membuat pemilih pemula dan swing voter (pemilih galau) menjatuhkan pilihannya pada mantan walikota Solo itu. Survei Politicawave yang dilakukan sehari sebelum pencoblosan, memperlihatkan pemilih yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) berlabuh ke Jokowi-JK.

"Terdapat 91% netizen yang menyatakan tidak jadi golput dan memilih Jokowi-JK dan hanya 9% netizen yang menyatakan tidak jadi golput dan memilih Prabowo-Hatta," kata pendiri Politicawave Yose Rizal, Selasa (8/7/2014).

Sumber Liputan6.com yang dekat dengan cawapres Jusuf Kalla mengungkapkan, kampanye negatif memang sangat membantu melonjakkan elektabilitas Prabowo menjelang hari pencoblosan. Namun, ada 4 hal yang membuat peningkatan elektabilitas Prabowo-Hatta tidak bergerak naik atau bahkan turun.

Keempat hal itu, pertama, 9 program kerja yang diumumkan Jokowi-JK di Bandung. Di antaranya menganggarkan 1 juta/bulan untuk keluarga pra sejahtera dan menyejahterakan desa dengan mengalokasikan rata-rata Rp 1,4 miliar per desa.

Kedua, konser-konser Salam 2 Jari yang berhasil memobilisasi puluhan ribu pendukung dan relawan.

“Ketiga dan keempat adalah gol bunuh diri dari kubu Prabowo-Hatta di hari-hari menjelang pencoblosan, antara lain ucapan politisi PKS Fahri Hamzah yang menyebut Jokowi 'sinting' karena menyetujui 1 Muharram sebagai hari santri dan pertanyaan yang dilontarkan Hatta tentang Kalpataru yang ternyata keliru.”

“Dua gol bunuh diri itu menghasilkan 20 juta pemilih atau 1 gol 10 juta pemilih,” kata sumber.

Data memang menunjukkan elektabilitas Jokowi-JK terdongkrak pada jam-jam terakhir sebelum pencoblosan. Menurut peneliti LSI Ardian Sopa, ini terjadi karena 3 hal. "Keberadaan swing voters, hari tenang, dan golput."

Berdasarkan survei LSI 2-5 Juli 2014, sebelum memasuki masa tenang Jokowi-JK sudah unggul 3,6% atas Prabowo-Hatta. Namun, setelah pencoblosan, margin kemenangan Jokowi-JK kian membesar. "Jokowi-JK mendapatkan swing voters lebih banyak," jelas Ardian.

Berdasarkan hasil quick count RRI terhadap 97% suara yang masuk, Jokowi-JK unggul dengan memperoleh 52,60% suara. Sedangkan lawannya, Prabowo-Hatta memperoleh 47,40% suara.

Kemenangan Jokowi-JK juga terlihat dari hasil quick count Litbang Kompas terhadap 100% suara yang masuk, Jokowi-JK memperoleh 52,34% suara. Sedangkan Prabowo-Hatta 47,66% suara. 

Keunggulan pasangan yang diusung PDIP, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, dan PKPI ini  juga terlihat dari hasil quick count 6 lembaga survei lainnya, yakni CSIS Cyrus Network, SMRC, LSI, Indikator Politik Indonesia, Populi Center, dan Poltracking.

Kendati demikian, kubu Prabowo-Hatta belum mau menerima kemenangan lawannya. Dengan merujuk pada hasil quick count  LSN, IRC, Puskaptis, dan JSI, mereka juga mengklaim menang.

Dalam wawancara khusus dengan BBC pada Jumat malam, 11 Juli 2014, Prabowo menegaskan keyakinannya memenangkan pilpres. Alasannya, “semua survei menunjukkan saya unggul dan saya yakin akan mendapat mandat dari rakyat Indonesia," tegasnya.

Jokowi sendiri mengumumkan kemenangannya dua kali. Setelah di rumah Mega, gubernur nonaktif DKI Jakarta itu kembali menegaskan kemenangannya versi quick count di Tugu Proklamasi, Jakarta.



ari hasil quick count lembaga yang kredibel, yang mereka terbiasa dengan hasil yang akurat, tadi sudah diumumkan. Dari CSIS 52 persen : 48 persen, Litbang Kompas 52,3 persen : 47,6. Persen, SMRC 52,8 persen : 47,2 persen, dari Indikator 52,6 : 47,3, RRI 52,5 dan 47,5, LSI 53,3 46,7 persen," ucap Jokowi di hadapan ribuan pendukungnya.
Gara-gara saling klaim ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus turun tangan. Selain memanggil dua pasangan capres dan cawapres itu ke kediamannya di Cikeas, Bogor, SBY juga mengimbau agar publik menunggu hasil penghitungan resmi KPU.

Guna menjaga situasi tetap aman, SBY memerintahkan kedua kubu untuk menahan diri dan tidak membuat acara keramaian atau konvoi untuk merayakan kemenangan mereka. Agar tidak terjadi kecurangan selama proses penghitungan suara, Presiden SBY juga sudah meminta KPU melibatkan kedua kubu dalam penghitungan tersebut.

Kini kedua kubu, juga publik di seluruh Indonesia, berdebar menunggu hasil resmi penghitungan KPU yang diumumkan pada 22 Juli mendatang. Kendati suasana masih kondusif, kedua kubu masih menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait langkah selanjutnya setelah memenangkan pilpres.





sumber; http://m.liputan6.com/news/read/2077...r-pilpres-2014



_______________
sejarah akan mencatat siapa yang akan jadi pecundang dan siapa yg akan jadi pemenang emoticon-Kissemoticon-I Love Indonesia
0
5.5K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.9KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.