Jalan-jalan raya di Indonesia relatif cepat sekali rusak, atau mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek setelah diperbaiki.
Para pemakai jalan seringkali harus menerima kenyataan bahwa banyak jalan raya cepat sekali mengalami kerusakan, walaupun baru saja diperbaiki atau direhabilitasi. Masalah kerusakan dini (premature deterioration) jalan-jalan ini merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi Ditjen Bina Marga.
Pada umumnya, untuk problem kerusakan jalan seperti ini, masyarakat pengguna jalan selalu menyalahkan Konsultan Perencana/Supervisi Jalan atau Kontraktor Pelaksana dan Pemerintah yang membiayai pembangunan jalan ini. Mereka dikatakan ”tidak becus, mencuri, korupsi”, dan lain-lain sebagainya.
Pandangan di atas kiranya perlu diluruskan, karena biarpun pandangan tersebut ada benarnya, ada beberapa argumentasi yang menunjukkan bahwa pandangan tersebut kurang proporsional, demikian penjelasan Profesor Ir. Mochtar Indrasurya B, Ph.D.
Menurut Prof. Ir. Mochtar Indrasurya B, Ph.D., kondisi kerusakan dini ini terutama disebabkan oleh 4 (empat) masalah
Quote:
1. muatan berlebihan kendaraan berat (overloaded)
Diakui atau tidak, kerusakan jalan akan secara eksponensial lebih cepat terjadi akibat muatan lebih, di samping faktor-faktor lain seperti pengaruh lingkungan, banjir, kebijakan perumusan sasaran hingga pewujudan sasaran (atau mulai pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan, hingga pengoperasiannya) dan lain-lain.
Yang tidak mudah dipahami dan menjadi ironis adalah kesan bahwa tujuan jembatan timbang seolah-olah lebih dimaksudkan sebagai sarana perolehan distribusi atau pendapatan denda pelanggaran, sedangkan tujuan utama sebagai pengendali menjadi kabur.
Spoiler for #:
Quote:
2. Ketidaksesuaian standard mutu lapisan perkerasan jalan untuk lalu-lintas berat
Sebagai salah satu standar mutu kekuatan lapisan perkerasan aspal selama ini dikenal batas harga stabilitas Marshall ( Marshall Stability ) yang bagi lalu-lintas berat di Indonesia adalah minimal 840 kg untuk Brittish Standard, dan 680 kg atau 1500 lbs untuk AASHTO, namun standard kita saat ini mensyaratkan minimal 840 kg pada suhu 60 derajat Celsius.
Syarat minimal Stabilitas Marshall tersebut sesungguhnya hanya cocok untuk kendaraan berat dengan muatan normal, tidak dengan muatan muatan berlebihan seperti di atas. Dengan muatan yang wajar roda kendaraan truk dipompa sesuai dengan tekanan angin yang dipersyaratkan, yaitu 80 psi atau 5,6 kg/cm2 dan maksimal 100 psi. Akan tetapi di Indonesia dengan muatan yang berlebihan tersebut tidak mungkin lagi tekanan angin roda hanya 80 psi, karena roda belakang truk yang terdiri atas 2 ban karet akan menggelembung dan saling bergesekan.
Hampir semua roda truk di Indonesia dipompa dengan tekanan angin di atas 120 psi dan sebagian roda truk berat bahkan dipompa sampai 150 psi atau hampir 2 kali tekanan angin yang disyaratkan. Ini biasanya menggunakan ban setara 16 ply rate yang tidak diproduksi oleh pabrik ban luar negeri
Spoiler for #:
Quote:
3. kekeliruan dalam pedoman penentuan tebal lapisan perkerasan jalan
kalo yang ini menurut ane sih terkadang ada pihak yang korupsi atau tidak pernah diawasi dalam pengaspalan akibatnya jadi gitu jalannya
Spoiler for #:
Quote:
4. kurang baiknya sistem drainase jalan.
Banyak jalan-jalan di Indonesia yang tergenang air pada saat musim hujan, dan ini terjadi akibat buruknya sistem drainase air di sekitar jalan tersebut. Adanya air yang menggenangi permukaan jalan aspal menjadi salah satu penyebab utama kerusakan konstruksi perkerasan jalan, karena perkerasan aspal tidak akan kuat bertahan bila sering tergenang air.
Genangan air dapat menyebabkan kerusakan pada tanah sub-grade dibawah lapisan perkerasan, yang bila di tambah dengan volume lalu-lintas truk berat yang menyangkut muatan berlebihan merupakan kombinasi yang sangat fatal bagi perkerasan aspal.
Masalah sistem drainase ini sering terlupakan oleh para perencana jalan, pada hal sistem drainase jalan tidak hanya terbatas pada ruas jalan yang diperbaiki, akan tetapi mencakup interkoneksi saluran drainase jalan dengan sistem drainase yang lebih luas.
Paradigma mengejar target efektif dengan melupakan target fungsional drainase harus diubah. Pada awal tahun 2008 terjadi banjir besar di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur yang disusul dengan bencana alam yang mengakibatkan terputusnya jalan-jalan nasional/provinsi/kabupaten pada ketiga provinsi di atas. Tentu dapat dipahami mengapa ruas jalan di wilayah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V (Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta) mengalami kerusakan.
Spoiler for #:
Spoiler for HARAPAN:
SEMOGA GENERASI BERIKUTNYA BISA MEMBENAHI MASALAH TERSEBUT SEHINGGA TINGKAT KECELAKAAN DAPAT BERKURANG
aku pernah baca di artikel, (cuma aku lupa sumbernya.. )
disimak baik2 ya
kan sering tuh kita lihat kalo dijalan banyak yg nyiram entah pake air kali/air selokan..
jadi banyak orang beranggapan kalo siang hari panas, aspal disiram biar adem..
dan itu salah besar..
justru dengan disiramnya air ke aspal, saat aspal tersebut mengering akan membuat aspal dan lingkungannya menjadi tambah panas dari saat sebelum disiram..
dan juga akan membuat aspal cepat rusak..
buktinya di musim hujan banyak jalan berlobang dan rusak..
Quote:
Original Posted By xnicks►Kesalahan yang paling besar terletak dari pembuat jalan tersebut gan..korupsi dan yang lain-lain itu pasti ada dan karena Indonesia tu wilayahya luas maka kemungkinan kayak gini semakin terbuka lebar..
Menurut ane hal ini ga bakal terjadi kalo kita sewa kontraktor asing buat ngerjainnya, meskipun lebih mahal, kualitas jalan-jalan d negara kita ane jamin bakal bagus
Quote:
Original Posted By xnicks►Kesalahan yang paling besar terletak dari pembuat jalan tersebut gan..korupsi dan yang lain-lain itu pasti ada dan karena Indonesia tu wilayahya luas maka kemungkinan kayak gini semakin terbuka lebar..
Menurut ane hal ini ga bakal terjadi kalo kita sewa kontraktor asing buat ngerjainnya, meskipun lebih mahal, kualitas jalan-jalan d negara kita ane jamin bakal bagus
Quote:
Original Posted By craza►sebenernya emang jalan di indonesia buat kualitas internasional. di tambah perilaku buruk para penggunanya... tonase berlebihan... itu fatal banget buat kondisi aspal, setau ane kondisi aspal paling lemah itu ada pada saat aspal terendam air dan suhunya 60 derajat celsius... cmiiw. selain itu bbrp ruas jalan berada di jenis tanah ekspansif, yg kalo banyak ujan itu tanah cembung kalo musim kemarau itu tanah cekung.. itu sih sepengetahuan ane... tp jenis tanah ini bisa di akalin kok, cut n fill masih bisa perguna buat jenis tanah ekspansif