Namanya mudah sekali diingat karena ada tambahan MD di belakang Mahfud. Sebagian orang mengira, MD artinya Madura karena ia dilahirkan di Madura. Tapi ternyata tidak, ada cerita menarik tentang itu.

Mohammad Mahfud dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura. Sebenarnya sampai lulus SD tidak ada inisial MD di belakang nama Mahfud. Baru ketika ia memasuki sekolah lanjutan pertama, tepatnya masuk ke Pendidikan Guru Agama (PGA), tambahan nama itu bermula. Waktu itu di kelas I sekolah tersebut ada tiga murid yang bernama Mohammad Mahfud. Hal itu membuat wali kelasnya meminta agar di belakang setiap nama Mahfud diberi tanda A, B, dan C. Namun karena kode tersebut dirasa seperti nomer becak, wali kelas lalu memutuskan untuk memasang nama ayahnya masing-masing di belakang nama Mahfud. Jadilah Mahfud memakai nama Mahfud Mahmodin sedangkan teman sekelasnya yang lain bernama Mahfud Musyaffa’ dan Mahfud Madani.

Namun dalam perjalanannya, Mahfud merasa bahwa rangkaian nama Mahfud Mahmodin terdengar kurang keren sehingga Mahmodin disingkatnya menjadi MD. Tambahan nama inisial itu semula hanya dipakai di kelas, tetapi pada waktu penulisan ijazah kelulusan SMP (PGA), inisial itu lupa dicoret sehingga terbawa terus sampai ijazah SMA, Perguruan Tinggi, dan Guru Besar. Hal itu disebabkan karena nama pada ijazah di setiap tingkat dibuat berdasarkan nama pada ijazah sebelumnya. Berangkat dari situlah nama resmi Mahfud menjadi Moh. Mahfud MD.

Jauh sebelum Mahfud MD disanjung banyak orang sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang tegas, jujur dan punya integritas, ia telah menapaki karir sebagai seorang menteri. Ia dikukuhkan sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Ada cerita menarik ketika Mahfud MD diangkat sebagai menteri. Waktu itu, ketika Gus Dur menghubunginya dan menawarinya menjadi Menteri Pertahanan, Mahfud bertanya balik ke Gus Dur. “Apa Gus? Menteri Pertanahan?” Bagi Mahfud masalah pertanahan mungkin masih nyambung dengan dunia ilmu hukum yang digelutinya selama ini. Namun kata Gus Dur, “Bukan! Pertahanan”. Kata Mahfud lagi, “Saya tidak punya latar belakang dalam hal pertahanan Gus.” Yang menarik adalah jawaban Gus Dur, “Saya juga tidak punya latar belakang presiden tapi juga bisa jadi presiden.” Mahfud tertawa dan akhirnya setuju diangkat Menteri Pertahanan. Ya. Memang Mahfud MD sangat dekat dengan Gus Dur.

Mahfud punya pengalaman yang hampir komplit baik di ranah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dan di tengah kesibukannya itu, ia tidak bisa meninggalkan dunia akademisi yang telah mengantarkannya sebagai seorang pakar di bidang hukum terkemuka di negeri ini.

Satu lagi, latar belakangnya sebagai santri dan keluarga pesantren, mengarahkan Mahfud di masa tuanya ini untuk rajin berkunjung ke pesantren, diundang menghadiri acara haul para kiai dan memberikan ceramah agama kepada masyarakat umum, layaknya seorang kiai. Dan pada Pemilu 2014 ini, dia digadang-gadang sebagai calon presiden oleh partai politik yang dilahirkan di lingkungan NU, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Semoga sukses Pak! (www.politisi.nu.or.id)