Jelang MotoGP Valencia yang akan berlangsung 10 November mendatang, ajang balap MotoGP semakin dipanaskan dengan persaingan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez. Untuk kilas balik jejak Lorenzo sejauh kompetisi balap tahun ini, berikut adalah daftar tujuh kemenangan yang pernah diraihnya.

Qatar, 7 April 2013
Qatar menjadi perjuangan awal Lorenzo untuk mempertahankan gelar juaranya. Di musim ini, Lorenzo mendapat saingan dari Valentino Rossi yang kembali ke pelukan Yamaha pasca ‘merantau’ dua tahun ke Ducati. Hasilnya, Lorenzo membuktikan kelasnya dengan finis di urutan pertama, disusul Valentino Rossi dan sang rookie, Marc Marquez.

Mugello, 2 Juni 2013
Menang di seri pertama, ternyata tidak membuat Lorenzo melenggang mulus untuk meraih podium utama di seri berikutnya. Butuh jeda tiga seri bagi Lorenzo untuk meraih podium utama. Di tiga seri sebelumnya podium utama dikuasai oleh duo Repsol Honda. Yakni Dani Pedrosa pada seri Spanyol dan Perancis, dan Marc Marquez di seri Austin.

Catalunya, 16 Juni 2013
Jorge Lorenzo mengantungi dua kali kemenangan beruntun. Spesialnya, keunggulan ini sekaligus menobatkannya sebagai rider tercepat Spanyol ketika balapan digelar di rumah sendiri. Ia menduduki posisi pertama, disusul Dani Pedrosa dan Marc Marquez.

Silverstone, 1 September 2013
Setelah melalui seri Catalunya, Lorenzo melalui masa-masa berat. Lorenzo hanya meraih peringkat kelima di seri Belanda, gagal tampil di seri Jerman, mengakhiri balapan Laguna Seca di posisi keenam, dan hanya podium tiga di Indianapolis dan Brno, Republik Ceko. Paceklik itu akhirnya tuntas ketika balapan digelar di Silverstone. Ia mengungguli Marc Marquez yang lagi garang-garangnya, dan rival sesama Spanyol, Dani Pedrosa.

San Marino, 15 September 2013
Lorenzo membuktikan kebangkitannya. Menjalani balapan di San Marino, Jorge Lorenzo finis di urutan pertama mengasapi Marc Marquez dan Dani Pedrosa.

Phillip Island, 20 Oktober 2013
Mentalitas Lorenzo terbukti di seri Australia. Ketika Marc Marquez di atas angin dan digadang-gadang bakal mengunci gelar juara MotoGP di Phillip Island, Lorenzo sukses menggagal skenario cantik rivalnya tersebut. Ia finis di urutan pertama setelah membalap dengan dewasa. Sementara pesaingnya, Marquez terkena diskualifikasi.

Motegi, 27 Oktober 2013
Lorenzo dan Yamaha menunjukkan kebangkitannya. Dalam beberapa balapan sebelumnya, Lorenzo sering mengeluh kemampun motornya di lintasan balap. Namun di seri Jepang kemarin, Yamaha tampil cemerlang, Lorenzo pun tidak terkejar oleh Marquez.

Satu-satunya pembalap yang tak bisa ‘diutak-atik’ Marquez adalah Jorge Lorenzo. Sebaliknya, Lorenzo pun berpikir keras untuk memberi ‘terafi’ melayani ‘adik’ senegaranya tersebut. Faktanya memang begitu sesuai ucapan keduanya saat saling memuji sebagai atlet dan bukti pertarungan mereka sepanjang tahun ini.

Bisa diandaikan pernah terjadi antara Casey Stoner dan Valentino Rossi. Rossi masih jaya-jayanya 1997 terlambat memberi terafi pada Stoner, membuat Stoner juara dunia dengan Ducati pada tahun itu. Belakangan atau 1998, Rossi tak membiarkan Stoner lepas duluan yang membuat permainan Stoner dengan Ducati-nya tak berkembang.

Sekarang bicara Lorenzo dan Marquez. Dari lomba di Motegi kemarin, sebenarnya Lorenzo masih bernafsu memancing permainan Marquez, untuk memberi terafi lanjutan. Maunya Lorenzo, Marquez melayani permaiannya atau Marquez sendiri menjalankan jurus-jurusnya yang agrasif. Duel itu yang sebenarnya ditunggu Lorenzo di Motegi, namun tudak terjadi.

Sebabnya, Marquez sudah lebih sadar dan tahu situasi. Ia pun sudah pasti diwanti-wanti tim, ‘amankan poin’. Kendati Marquez sebelum lomba sudah ‘membakar’ suasana. “Marc adalah Marc, akan bermain seperti biasa,” jelas Marquez, tapi saat lomba ia ‘santai saja’ mengamkan posisi ke-2.

Dalam keadaan sehat dan tanpa perintah tim, Marquez memang dapat sandungan dari Lorenzo sepanjang tahun ini. Permainannya pun mulai terbaca Lorenzo belakangan ini. Intinya ia kesulitan melewati Lorenzo. Untung saja, Marquez keburu memimpin poin akibat dari cideranya Lorenzo yang beruntung dari Assen dan Sachsenring. Itu bisa dilihat dari jumlah kemengan Lorenzo lebih banyak dari Marquez.

Kata-kata 'menghormati' ini baru lalu terucap lagi dari Marquez. Katanya, bisa jadi Lorenzo dalam bentuk permainan terbaik sepanjang karir MotoGP-nya tahun ini. “Khusus Valencia saya akan bersiap khusus. Tapi, apapun hasilnya, saya bangga di musim pertama telah bertarung dengan Jorge yang mungkin barada di masa terbaik karirnya,” tandas Marquez.

Sama juga dengan kalimat Lorenzo terhadap Marquez. Bahwa, “Marquez itu serba bisa di semua jenis sirkuit,” kata Lorenzo. Butkti, Lorenzo berpikir keras menaklukkan anak baru di MotoGP 2013 setiap berlaga. Pikiran keras ini berlanjut ke Valencia. Bukan hanya berpikir juara pertama, tapi bagaimana dengan juara dunia? Sebab percuma ke-1, bila Marquez finish dapat 13 poin.

Dalam keadaan normal, bukan hal sulit bagi Marc Marquez untuk finish 4 Besar. Buktinya, ia rutin naik podium di semua seri balap 2013, kecuali Italia dan Australia. Macam mana di Valencia? Terserah Marquez, apa menganggap seri Valencia balap normal atau tidak.
Apa pun bisa terjadi. Misalnya black flag di Australia yang bikin Marquez rugi 25 poin. Di situ peluang Marquez dinobatkan jadi juara dunia sangat terbuka. Asalkan juara dan Jorge Lorenzo finish ketiga. Lanjut Motegi, kesempatan kedua menunggu.

Situasinya sama, Marquez harus menang dan Lorezo ketiga. Tapi, ia hanya kedua dan Lorenzo juara, selisih poin terkuras jadi 13. Padahal, Motegi kandang Honda dan RCV213V dinilai lebih mumpuni di sana dibandingkan YZR-M1. Begitu teori awalnya! Artinya, trend grafik naiknya poin ada pada Lorenzo.

Puncaknya jelas saja di Valencia 10 November. Ini kesempatan ketiga atau terakhir, karena seri final buat Marquez membendung grafiknya Lorenzo ini. Teorinya lebih ringan, karena Marquez cukup ke-4, jika Lorenzo juaranya. Bila tak juara, lebih mudah buat Marquez, apalagi bila di depan Lorenzo. Atau katakanlah Lorenzo hanya sanggup runner up, maka Marquez cukup finish ke-8 untuk mencaplok gelar 2013.

Musim lalu, Valencia hujan. Karena itu, Marquez berharap keberuntungan ada padanya dalam keempatan ketiga itu, setelah belum terjadi pada dua kesempatan sebelumnya. “Yang pasti saya akan bersiap diri lebih dari sebelumnya. Akan fokus sepanjang balapan,” ujarnya tanpa mau menegaskan apakah ia akan fight melawan Lorenzo atau cari aman, cukup ke-4.

Sekarang ini pasti ndak mau bilang apa pun brosist untuk untuk mengacaukan konsentrasi musuh. Kalau ia bilang fight, belum tentu itu yang akan ia lakukan. “Jelas sekali saya akan berjuang untuk dapatkan gelar ini.
Tapi, apapun hasilnya nanti, saya sangat bangga karena di musim pertama ini sudah bertarung dengan Jorge yang mungkin sedang barada dalam masa terbaik karir balapnya,” tandas Marquez.

Tak jelas mengapa musim ini ia sebut sebagai masa terbaik Lorenzo yang sudah juara dunia pada 2010 dan 2012. Satu hal pasti adalah Marquez dan kubu Honda sejak dini sudah harus menyiapkan langkah-lagkah strategi dan altertanifnya menghadapai berbagai kemungkinan di Valencia. Tujuannya hanya satu, menjadikannya juara dunia sepanjang sejarah.