- Beranda
- Berita dan Politik
[INDONESIA MENGAJAR]Ia Yang Berpulang Saat Berjuang
...
TS
frisbee.sweep
[INDONESIA MENGAJAR]Ia Yang Berpulang Saat Berjuang
Quote:
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com —Aditya Prasetya, relawan dalam program Indonesia Mengajar di Maluku, meninggal dunia, Selasa (5/11/2013) dini hari. Alumnus Universitas Lampung ini meninggal saat menjadi pengajar muda di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Maluku.
"Tidak ada sakit apa-apa. Saat teman membangunkan untuk shalat subuh, tubuh Adit sudah dingin," kata staf Humas Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Lampung, Mubarak. Di Lampung, Aditya adalah pegiat advokasi dan berkiprah melalui organisasi kemahasiswaan ini. Berdasarkan keterangan yang didapatkan Mubarak, Aditya meninggal pada Selasa pukul 05.00 WIT.
Program Indonesia Mengajar memberikan kesempatan kepada para relawan berprestasi untuk mengajar di daerah-daerah pelosok dalam jangka waktu tertentu.
Jenazah Aditya akan diterbangkan dari Ambon, Maluku, dan diperkirakan tiba di Lampung, Rabu (6/11/2013) pukul 10.00 WIB. Alamat rumah duka adalah Jalan Raden Patah, Kaliawi, Bandar Lampung, Lampung.
Dari situs [url=http://www.indonesiamengajar.org,]www.indonesiamengajar.org,[/url] Aditya meninggal saat bersama rekan-rekannya sesama relawan Indonesia Mengajar di Maluku sedang mempersiapkan pelatihan guru di Saumlaki. Mereka menginap di rumah dinas Bupati Maluku Tenggara Barat.
Aditya, tulis obituari yang ditulis Shally Pristine di situs tersebut, pamit tidur kepada kawan-kawannya pada Senin (4/11/2013) pukul 21.00 WIT. Tubuhnya ditemukan sudah dingin oleh Didit Priyanto yang sekamar dengannya ketika dibangunkan untuk shalat subuh pada pukul 04.30 WIT. Dokter yang segera didatangkan Bupati Maluku Tenggara Barat memastikan Aditya sudah meninggal saat itu.
Lulusan FKIP MIPA Universitas Lampung ini adalah pengajar muda angkatan VI dalam program Indonesia Mengajar di SDK Wunlah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dia sudah berada di sana selama lima bulan.
"Tidak ada sakit apa-apa. Saat teman membangunkan untuk shalat subuh, tubuh Adit sudah dingin," kata staf Humas Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Lampung, Mubarak. Di Lampung, Aditya adalah pegiat advokasi dan berkiprah melalui organisasi kemahasiswaan ini. Berdasarkan keterangan yang didapatkan Mubarak, Aditya meninggal pada Selasa pukul 05.00 WIT.
Program Indonesia Mengajar memberikan kesempatan kepada para relawan berprestasi untuk mengajar di daerah-daerah pelosok dalam jangka waktu tertentu.
Jenazah Aditya akan diterbangkan dari Ambon, Maluku, dan diperkirakan tiba di Lampung, Rabu (6/11/2013) pukul 10.00 WIB. Alamat rumah duka adalah Jalan Raden Patah, Kaliawi, Bandar Lampung, Lampung.
Dari situs [url=http://www.indonesiamengajar.org,]www.indonesiamengajar.org,[/url] Aditya meninggal saat bersama rekan-rekannya sesama relawan Indonesia Mengajar di Maluku sedang mempersiapkan pelatihan guru di Saumlaki. Mereka menginap di rumah dinas Bupati Maluku Tenggara Barat.
Aditya, tulis obituari yang ditulis Shally Pristine di situs tersebut, pamit tidur kepada kawan-kawannya pada Senin (4/11/2013) pukul 21.00 WIT. Tubuhnya ditemukan sudah dingin oleh Didit Priyanto yang sekamar dengannya ketika dibangunkan untuk shalat subuh pada pukul 04.30 WIT. Dokter yang segera didatangkan Bupati Maluku Tenggara Barat memastikan Aditya sudah meninggal saat itu.
Lulusan FKIP MIPA Universitas Lampung ini adalah pengajar muda angkatan VI dalam program Indonesia Mengajar di SDK Wunlah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dia sudah berada di sana selama lima bulan.
http://regional.kompas.com/read/2013...ggal.di.Maluku
Spoiler for obituari:
Kabar kehilangan itu datang tiba-tiba.
Sesahut suara di ujung telepon dari Saumlaki, ibu kota Maluku Tenggara Barat (MTB), memberitakan kepulangan rekan kami Aditya Prasetya ke sisi Sang Khalik, di subuh yang tenang itu.
Sejak berangkat bertugas hingga sebelum berpulang, Aditya terlihat selalu bersemangat dalam bertugas dan dalam keadaan sehat walafiat. Ia meninggal dalam keadaan damai ketika sedang tertidur saat sedang menginap di rumah dinas Bupati MTB. Ia bersama teman-teman sekabupatennya sedang menyiapkan pelatihan guru di ibu kota MTB, Saumlaki dan karenanya kami bersaksi bahwa ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan syahid.
Hari Senin tanggal 4 November 2013 pukul 21:00 WIT ia pamit tidur lebih dulu kepada teman-temannya. Keesokan harinya, sekitar pukul 04:30 WIT PM Didit Priyanto yang tidur di kamar yang sama hendak membangunkan Aditya. Didit menemukan badan Aditya dalam posisi tegang. Didit memberitahukan hal ini kepada penghuni rumah yang lain. Bupati MTB pun segera memanggil asistennya, dokter Edwin Tomasoa untuk memberikan tindakan medis. Dokter kemudian menyatakan Aditya sudah meninggal dunia.
Keluarga Bapak Nasrum dan Ibu Sri Rochani Suprihati kehilangan sosok anak kesayangan mereka, sang sulung yang jadi teladan kedua adiknya. Sejak kecil Aditya selalu berprestasi di sekolah dan mendapatkan beasiswa. Setamat SMA, almarhum sempat bekerja selama setahun dan kuliah pun menggunakan biaya sendiri. Sedangkan bagi Ibu Sri sendiri, dia sangat ingat kegemaran Aditya di bidang olahraga seperti sepakbola, basket dan karate. Walau demikian, pihak keluarga telah menerima dengan ikhlas dengan kepergian Aditya dan berharap silaturahim dapat terus tersambung walaupun almarhum telah tiada.
Ada banyak jejak kebaikan yang ditorehkan lulusan Pendidikan Fisika Universitas Lampung ini. Ia menghibahkan lima bulan terakhir hidupnya untuk menjadi Pengajar Muda angkatan VI di SDK Wunlah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Di pengujung usianya pun, Sang Orator, demikian dia biasa disapa teman-temannya, masih terus bekerja bersama pemangku kepentingan di MTB untuk pendidikan yang lebih baik di sana.
Maria Jeanindya, fasilitator pendamping Aditya saat pelatihan intensif paling ingat bahwa Aditya pernah berucap, "Semoga saya mendapatkan apa yang saya cari di mata anak-anak murid saya nanti."
Yang Maha Kuasa menjawab keinginan Aditya. Dua bulan sebelum kepergiannya dia sempat mengutarakan seulas hikmah yang ia petik saat menjadi Pengajar Muda. "Di sini saya bertemu dengan banyak mutiara kehidupan. Para guru kecil kehidupan saya. Saya bersyukur bisa berada di Wunlah, Negeri Para Suri Tauladan Kehidupan," tulis Aditya di halaman blognya.
Selamat jalan, pejuang! Sungguh kehormatan pernah berjalan bersisian denganmu.
***
Berita duka dari salah satu ujung republik, semoga menjadi penyemangat bagi rekan-rekan dimanapun di republik ini untuk tidak lelah turun tangan menunakan janji republik ini bagi rakyatnya.
0
1.6K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.1KThread•41KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru