denihollandAvatar border
TS
deniholland
(berduka) 68 Persen Siswa SD Pernah Lihat Situs Porno
JAKARTA (Pos Kota)- Semua orang memiliki tanggungjawab yang sama untuk melindungi anak-anak dari situs porno. Bekal berupa nilai-nilai yang baik yang ditanamkan oleh orangtua di rumah tidak mampu melindungi anak secara optimal jika lingkungan sekitar tidak mendukung.

“Anak sudah diajarkan nilai-nilai kebaikan di rumahnya. Tetapi siapa yang bisa jamin ia akan tetap selamat begitu keluar dari pintu rumahnya,” papar Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto di sela workshop pendidikan kesehatan reproduksi dan pencegahan tindakan destruktif peserta didik dan pelindungannya, Sabtu (2/11).

Diakui Taufik, kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat memungkinkan anak-anak bisa mengakses situs porno dengan bebas. Mereka bisa mengaksesnya melalui telepon seluler, warnet, tablet maupun VCD/DVD.
Kondisi tersebut akan sangat membahayakan anak karena rasa ingin tahu anak bisa mendorongnya untuk coba-coba. “Di sinilah kita harus hati-hati. Memperhatikan anak tak cukup dengan fisiknya saja tetapi juga segala perkembangan psikologinya,” lanjut Taufik.

VIDEO PORNO
Psikolog sekaligus pakar kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS Baby Jim Aditya menyodorkan data bahwa saat ini sekitar 68 persen siswa SD di Indonesia mengakses situs porno. Situs tersebut diakses melalui komik 24 persen, games 18 persen, situs porno 16 persen, VCD/DVD, telepon seluler (HP), majalah dan koran.

Selain itu ditemukan pula 97 persen siswa SMP/SMA pernah menonton film porno dan 92,1 persen siswa SMP/SMA pernah melakukan oral seks.Bahkan penelitian yang dilakukan terhadap siswa SMA di DKI Jakarta tahun 2005 lalu, ditemukan bahwa 5,2 persen siswa pernah melakukan hubungan seks.

“Kegiatan seks tersebut sebagian besar dilakukan di rumah sendiri, dan yang lainnya di tempat lain termasuk warnet,” jelas Baby.

Tingginya anak-anak yang mengakses situs porno dan munculnya kasus anak melakukan hubungan seks, menurut Baby tak lepas dari lemahnya system pengawasan orangtua terhadap anak. Faktor kesibukan orangtua acapkali menjadi alas an mereka tidak memiliki waktu cukup untuk mendampingi anak-anak bahkan pada situasi anak sangat membutuhkan.

“Anak yang sedang memasuki usia pubertas membutuhkan teman untuk curhat. Jika orangtua tak bisa menjadi teman curhat, mereka akan curhat kepada temannya,” jelas Baby.

Menurut Baby, agar anak tidak terjerumus kepada perilaku seks bebas, pendidikan seks sejak dini sangat dibutuhkan. Tentunya pendidikan seks dalam lingkup sederhana yang mampu membentengi anak agar bisa menghindari seks bebas.

Pendidikan seks yang diberikan langsung oleh orangtua, lanjut Baby akan jauh lebih baik. Sebab pada pendidikan seks model tersebut orangtua bisa menyelipkan berbagi rambu yang harus ditaati oleh anak.
“Setiap orang tua harus jadi teman yang baik yang siap untuk menampung segala curhat anak. Ini cara paling efektif melindungi anak-anak kita dari pengaruh pornografi diluar rumah,” pungkas Baby. (inung)


jaman makin maju, akses porno makin gampang.. manan nih depkominpoh gebrakannyaemoticon-Bingung (S)
0
2.7K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.