- Beranda
- The Lounge
Maafkan aku, Ibu.
...
TS
sculze
Maafkan aku, Ibu.
Maafkan aku, Ibu
Ibu, Sembilan bulan engkau mengandung diriku.
Sembilan bulan pula lamanya engkau kesulitan bergerak,
makan tak enak,
tidur pun tak bisa bebas bergerak.
Sembilan bulan engkau menanti2 kepastian datangnya aku,
Sembilan bulan engkau menahan penderitaan yang tidak dapat aku gantikan.
Aku anak mu yang hina mama.
Aku anak mu yang tidak bisa mengerti apa itu sopan santun. Aku anak mu yang tidak bisa di atur.
Saat tiba hari yang telah engkau nantikan,
hari dimana penantian selama Sembilan bulan tidak ada artinya,
hari dimana seluruh keluarga kita berkumpul untuk mendengar kabar kelahiran ku mama.
hari dimana kesakitanmu yang tiada duanya tidak dapat ku gantikan walaupun aku,
AKU YANG HINA INI MEMINUM AIR CUCIAN KAKI KOTOR Mu,
Aku telah lahir dengan selamat.
Aku anak mu, lahir dengan peluh yang mengucur dari dahi mu.
Aku anak mu, lahir dengan setiap tetes darah yang tumpah saat proses persalinan itu.
Tidak sedikit waktu yang telah kau curahkan untuk ku.
Tengah malam aku menangis, saat haus dan basah nya popok ku.
Tidak pernah engkau berkata lelah.
Engkau menyusui, mendidik, merawat diri ku agar menjadi anak yang selalu berbudi pekerti
Dan engkau tidak pernah mengeluh sama sekali.
Karena engkau yakin,
Aku, Aku anak mu yang hina ini. Akan menjadi anak yang baik.
Akan menjadi anak yang selalu berbakti.
Saat aku tumbuh besar, kenakalan ku semakin menjadi.
Aku, tumbuh di dunia.
Dunia yang fana, yang menyediakan segala kenikmatan semu.
Dan aku menikmatinya.
Aku lupa bersyukur.
AKU LUPA BERSYUKUR, IBU !
AKU lupa, jika aku telah di percaya oleh Tuhan untuk menjagamu.
Aku lupa, bahwa seharusnya aku membalas apa yang telah engkau berikan kepadaku.
Aku lupa, aku lupa berterima kasih ibu.
Aku lupa untuk mengucapkan aku cinta kepadamu Ibu.
Masih sangat jelas dalam ingatan ku, kita duduk berdua, di serambi rumah kita.
Masih sangat jelas pula, setiap kata yang jadi pesan-pesan terakhir dari diri mu.
Itu adalah malam terakhir aku melihatmu tersenyum dan tertawa, sampai lima menit kemudian.
Engkau jatuh, engkau kalah terhadap penyakit yang sudah lama engkau derita.
Kenapa begitu mudahnya engkau kalah oleh penyakit itu !
Engkau adalah wanita terkuat yang pernah kulihat, bahkan sampai sekarang aku tetap berfikir begitu.
Kenapa mama ?
Kenapa ??
Kenapa begitu cepat engkau meninggalkan ku ?
Kenapa engkau kalah oleh penyakit itu mama ?
Kenapa engkau tidak mengizinkan aku mengucapkan maaf ?
Kenapa engkau tidak mengizinkan aku mengucapkan terima kasih ?
Kenapa ? kenapa ? kenapa ?
Begitu banyak kenapa yang ada dikepala ku malam itu.
Aku tidak pernah bisa membalas segala apa yang telah engkau berikan kepadaku.
Aku, aku anak mu yang hina ini.
Tidak tumbuh seperti yang engkau harapkan.
Begitu banyak penyesalan dalam diriku.
Begitu banyak kata-kata yang ingin ku ucapkan kepadamu.
Besarnya rinduku kepadamu.
Seandainya engkau tahu, aku ingin sekali bercerita kepadamu.
Seperti saat aku kecil dulu.
Belasan tahun berlalu, sejak kepergianmu.
Tapi aku tetap mengenangmu, sama seperti engkau yang dulu.
Wanita yang kuat,
Wanita yang hebat,
Wanita yang tidak pernah menyerah.
Maaf kan aku Ibu, maaf kan aku tidak sempat membahagiakan mu.
Bandung, 24 July 2013
Sembilan bulan pula lamanya engkau kesulitan bergerak,
makan tak enak,
tidur pun tak bisa bebas bergerak.
Sembilan bulan engkau menanti2 kepastian datangnya aku,
Sembilan bulan engkau menahan penderitaan yang tidak dapat aku gantikan.
Aku anak mu yang hina mama.
Aku anak mu yang tidak bisa mengerti apa itu sopan santun. Aku anak mu yang tidak bisa di atur.
Saat tiba hari yang telah engkau nantikan,
hari dimana penantian selama Sembilan bulan tidak ada artinya,
hari dimana seluruh keluarga kita berkumpul untuk mendengar kabar kelahiran ku mama.
hari dimana kesakitanmu yang tiada duanya tidak dapat ku gantikan walaupun aku,
AKU YANG HINA INI MEMINUM AIR CUCIAN KAKI KOTOR Mu,
Aku telah lahir dengan selamat.
Aku anak mu, lahir dengan peluh yang mengucur dari dahi mu.
Aku anak mu, lahir dengan setiap tetes darah yang tumpah saat proses persalinan itu.
Tidak sedikit waktu yang telah kau curahkan untuk ku.
Tengah malam aku menangis, saat haus dan basah nya popok ku.
Tidak pernah engkau berkata lelah.
Engkau menyusui, mendidik, merawat diri ku agar menjadi anak yang selalu berbudi pekerti
Dan engkau tidak pernah mengeluh sama sekali.
Karena engkau yakin,
Aku, Aku anak mu yang hina ini. Akan menjadi anak yang baik.
Akan menjadi anak yang selalu berbakti.
Saat aku tumbuh besar, kenakalan ku semakin menjadi.
Aku, tumbuh di dunia.
Dunia yang fana, yang menyediakan segala kenikmatan semu.
Dan aku menikmatinya.
Aku lupa bersyukur.
AKU LUPA BERSYUKUR, IBU !
AKU lupa, jika aku telah di percaya oleh Tuhan untuk menjagamu.
Aku lupa, bahwa seharusnya aku membalas apa yang telah engkau berikan kepadaku.
Aku lupa, aku lupa berterima kasih ibu.
Aku lupa untuk mengucapkan aku cinta kepadamu Ibu.
Masih sangat jelas dalam ingatan ku, kita duduk berdua, di serambi rumah kita.
Masih sangat jelas pula, setiap kata yang jadi pesan-pesan terakhir dari diri mu.
Itu adalah malam terakhir aku melihatmu tersenyum dan tertawa, sampai lima menit kemudian.
Engkau jatuh, engkau kalah terhadap penyakit yang sudah lama engkau derita.
Kenapa begitu mudahnya engkau kalah oleh penyakit itu !
Engkau adalah wanita terkuat yang pernah kulihat, bahkan sampai sekarang aku tetap berfikir begitu.
Kenapa mama ?
Kenapa ??
Kenapa begitu cepat engkau meninggalkan ku ?
Kenapa engkau kalah oleh penyakit itu mama ?
Kenapa engkau tidak mengizinkan aku mengucapkan maaf ?
Kenapa engkau tidak mengizinkan aku mengucapkan terima kasih ?
Kenapa ? kenapa ? kenapa ?
Begitu banyak kenapa yang ada dikepala ku malam itu.
Aku tidak pernah bisa membalas segala apa yang telah engkau berikan kepadaku.
Aku, aku anak mu yang hina ini.
Tidak tumbuh seperti yang engkau harapkan.
Begitu banyak penyesalan dalam diriku.
Begitu banyak kata-kata yang ingin ku ucapkan kepadamu.
Besarnya rinduku kepadamu.
Seandainya engkau tahu, aku ingin sekali bercerita kepadamu.
Seperti saat aku kecil dulu.
Belasan tahun berlalu, sejak kepergianmu.
Tapi aku tetap mengenangmu, sama seperti engkau yang dulu.
Wanita yang kuat,
Wanita yang hebat,
Wanita yang tidak pernah menyerah.
Maaf kan aku Ibu, maaf kan aku tidak sempat membahagiakan mu.
Bandung, 24 July 2013
Kata-kata ini murni ane bikin sendiri, ane gak tau harus sebut ini puisi atau bukan.
ini cuma cara ane ngungkapin rasa rindu ane ke Ibu ane.
Saya cuma mau pesen, Jangan sia-siakan kasih sayang ibu kalian.
selagi dia masih bisa memeluk kalian,
selagi dia masih bisa marah,
selagi dia masih bisa menangis karena sikap ente yang kurang sopan kepadanya.
tunggu apa lagi ?
Pergi ke kamar ibu kalian. Peluk, minta maaf, bilang sama dia terima kasih karena udah mau ngelahirin, ngerawat sampai sekarang.
Diubah oleh sculze 24-07-2013 15:35
0
1.6K
16
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru