citoxsonAvatar border
TS
citoxson
Internal GOLKAR mulai ragukan ICAL sbg Capres. Rugi kalau Pencapresannya Harga Mati

Ical

Golkar Rugi kalau Menganggap Pencapresan Aburizal Harga Mati
Sabtu, 13 Juli 2013 , 17:35:00 WIB

RMOL. Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung menyarankan pencapresan Aburizal Bakrie dievaluasi karena elektabilitasnya yang tidak pernah menyentuh angka 10 persen, bahkan temuan terbaru CSIS hanya mentok 7 persen. Ajakan Akbar untuk mengetahui kenapa elektabilitas Aburizal stagnan itu memang sebuah keharusan. "Jadi memang elektabilitas itu harus direview," ujar pengamat politik senior dari LIPI Siti Zuhro kepada Rakyat Merdeka Online (Sabtu, 13/7).

Menurut Siti, dalam kehidupan ini, semua kemungkinan sangat terbuka, tak ada kata absolut, termasuk dalam politik. Bahkan, kalau sampai pencapresan Aburizal dianggap absolut, tak bisa direview, itu blunder dan bisa merugikan Partai Golkar. "Dalam politik itu, kalau absolut, berarti membenturkan kepala ke tembok. Golkar ini tiga kali Pemilu, tidak pernah juara karena tidak pandai membaca psikologi masyarakat. Karena memaksakan kehendak. Pak JK kan memaksakan pada 2009," ungkapnya.

Apalagi, sambung Siti mengingatkan, 60-70 persen masyarakat Indonesia tidak golput. Umumnya mereka berasal dari kelas bawah, baik secara pendidikan maupun ekonomi. Mereka, dalam menentukan capres yang akan dipilih mengandalkan visual. Bahkan, imbuh Siti, suku, apalagi agama, masih dipertimbangkan. Meski kita tidak suka dengan isu SARA, tapi itu fakta. "(Makanya) Lebih bagus (Golkar) mengikuti bagaimana tren, apa yang dibutuhkan negara dan bangsa, apa yang diharapkan masyarakat. Kepada siapa masyarakat ingin mempercayakan suaranya di pilpres. Itu harus dibaca terus," jelasnya.

Soal siapa yang paling digandrungi masyarakat saat ini, Board of Advisor Center CSIS, Jeffrie Geovanie, mengungkapkan, adalah Jokowi Widodo. Menurutnya, jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini, dapat dipastikan Jokowi, yang merupakan kader PDIP itu akan terpilih sebagai pemenangnya dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya.

Menurut Jeffrie, PDIP harus menggandeng tokoh senior Golkar untuk dipasangkan dengan Jokowi jika tak berhasil menggaet Demokrat dan Gerindra. Tapi, tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015. "Perlu tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015. Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya.
http://www.rmol.co/read/2013/07/13/1...al-Harga-Mati-

Hanya Munas atau Rapimnas yang Bisa Batalkan Pencapresan Aburizal Bakrie
Sabtu, 13 Juli 2013 , 22:03:00 WIB

RMOL. Partai Golkar tidak pernah kepikiran untuk memasangkan kader seniornya menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo, yang disebut-sebut bakal didukung PDI Perjuangan running for RI 1. "Kita sementara ini belum ke arah sana. Justru kita sekarang mencari pendampingi ARB (Aburizal Bakrie) sebagai cawapres," ujar Jurubicara DPP Partai Golkar, Tantowi Yahya, kepada Rakyat Merdeka Online malam ini (Sabtu, 13/7). Tantowi mengungkapkan itu terkait penilaian Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie, bahwa tokoh senior Golkar cocok mendampingi Jokowi, yang diyakin akan memengani pilpres.

Pasangan itu nanti seperti Presiden AS Barack Obama yang berpasangan dengan tokoh senior Joe Biden. Tapi, kata Jeffrie, tokoh senior yang digandeng Jokowi itu harus punya peluang untuk mengendalikan Golkar pasca-Munas 2015, lalu membawa beringin memperkuat pemerintahan. Melanjutkan keterangannya, Tantowi menegaskan, partainya saat ini fokus memperjuangkan pencapresan Aburizal Bakrie. Kalaupun ada permintaan Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tanjung agar dilakukan evaluasi kenapa elektabilitas Aburizal tidak pernah menyentuh angka 10 persen, itu hanya semacam peringatan. "Itu positif. Itu semacam warning. Peringatan dari bagian keluarga Partai Golkar agar partai maupun capres kerja lebih keras daripada sekarang. Waktu kan masih cukup jauh," tandasnya.

Namun, dia mengingatkan, kalau untuk mengevaluasi, apalagi sampai menganulir pencapresan Aburizal Bakrie, yang diputuskan dalam Rapimnas 2012 lalu, hanya bisa dilakukan di forum resmi Partai Golkar. "Kalau tidak Munas, yang lima tahun sekali, ya Rapimnas. Di luar itu nggak bisa. Karena partai ini punya sistem. Tapi siapapun kader, berhak untuk menyampaikan apapun," demikian anggota Komisi I DPR ini.
http://www.rmol.co/read/2013/07/13/1...urizal-Bakrie-

Ical Mau Bunuh Diri di Pemilu 2014
Rabu, 6 Jun 2012

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budayawan Radar Panca Dhana memprediksi Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), sulit menang jika memaksakan maju sebagai capres dan bertarung di Pemilu 2014.
Bagi Radar, pilpres nanti justru akan menjadi ajang bunuh diri Ical mengingat latar belakang masalah yang ada pada dirinya. Selain itu, saat ini rakyat membutuhkan seorang negarawan. "Ical itu bunuh diri, dengan masalah dibelakangnya, dan Lapindo itu kartu mati. Berapa juta warga Jawa Timur yang sakit hati. Dan itu dosa besar bagi orang Jawa. Lumbung suara terbesar itu Jatim selain Jabar," kata Radar, Rabu (6/6/2012).

Menurut Radar, dengan besarnya biaya pertarungan capres, maka Pilpres 2014 akan menjadi ajang bangkrutnya bos Grup Bakrie itu. Padahal, dana Ical sebagai capres itu bisa dialihkan untuk hal yang lebih bermanfaat. "Kalau ingin membangkrutkan diri, cari cara yang lebih baik," imbuhnya. Sebelumnya, SSS melansir hasil survei elektabilitas capres 2014. Hasilnya, Prabowo Subianto menempati posisi pertama dengan 25,8 persen dan Megawati Soekarnoputri di posisi kedua dengan 22,4 persen. Sementara posisi Ical berada di bawah Jusuf Kalla. JK menempati posisi ketiga dengan 14,9 persen, dan Aburizal Bakrie di posisi keempat dengan 10,6 persen.
http://id.berita.yahoo.com/radar-ica...122405219.html

Elektabilitas Ical Rendah karena Elite Golkar Sendiri
Rabu, 29 Mei 2013, 13:32 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lambatnya peningkatan elektabilitas Aburizal Bakrie (Ical) tak bisa dilepaskan dari persoalan konsolidasi di level elite Partai Golkar. Alih-alih mendukung pencalonan Ical sebagai presiden, para elite Golkar malah asik melakukan manuver politik. "Persoalan elektabilitas Ical ada di elite Golkar sendiri," kata pengamat politik Lingkaran Survey Indonesia, Adjie Alfaraby ketika dihubungi Republika, Selasa (29/5).
Adjie mengatakan, faktor elite berperan penting bagi elektabilitas Ical. Karena setiap elite Golkar memiliki gerbong politik sendiri yang mempengaruhi kinerja mesin partai hingga ke akar rumput.

Sikap elite Golkar yang terus menerus mempertanyakan status pencapresan Ical tidak memberi dampak positif bagi peningkatan elektabilitasnya. "Penggembosan elite berpengaruh besar terhadap lambannya elektabilitas Ical," ujar Adjie. Sejauh pegamatan Adjie, elektabilitas Ical sebagai capres berada di posisi teratas dibandingkan tokoh-tokoh Golkar lain. Dalam konteks itu para elite Golkar semestinya mampu mengonsolidasikan diri mendukung pencapresan Ical. "Kalau mereka solid akan membantu elektabilitas," katanya.

Faksionalisasi elite di internal Golkar bukan hal baru. Faksionalisasi seolah sudah menjadi tradisi di tubuh partai peninggalan Orde Baru ini. Pada pemilu 2014 misalnya, Golkar yang secara resmi mengusung Wiranto sebagai capres justru mengalami penggembosan dengan majunya Jusuf Kalla dari Partai Demokrat. "Kultur persaingan elite di Golkar masih sangat kuat," katanya.

Lambatnya peningkatan elektabilitas Ical bukan kartu mati bagi kemenangan Golkar di pemilu presiden 2014 mendatang. Adjie mengatakan peluang Ical masih terbuka lantaran Golkar memiliki infrastruktur partai yang merata di seluruh Indonesia. Tinggal sekarang bagaimana para elite Golkar bisa memanfaatkan fasilitas yang ada guna mendukung kemenangan Ical. "Apalagi kalau orang seperti Akbar Tandjung dan Agung Laksono mendukung," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/na...golkar-sendiri

--------------------------

Kalau lawan politik Golkar pada umumnya justru senang kalau Golkar ngotot mengajukan Ical sebagai capresnya, sebab dia itu bukanlah lawan yang patut diperhitungkan seperti Jokowi atau Prabowo misalnya. Karena pasti kalahnyalah. Ical itu adalah "kartu MATI' bagi Golkar. makanya politisi Golkar yang cerdas seperti Akbar Tanjung, justru melihat pilihan itu malahan akan memupuskan harapan Golkar untuk meraih suara besar dalam pemilu yad, apalagi sampai bisa memenangkan Pilpres, mustahil!


emoticon-Ngakak
Diubah oleh citoxson 14-07-2013 00:15
0
2.4K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.