Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

imam.aminAvatar border
TS
imam.amin
Ini Sisi Lain dari Stasiun Tanjung Priok
Spoiler for stasiun tanjung priok:

Maaf gan ane masih newbie, jadi maaf kalo thread ane berantakan dan emoticon-Blue Repost.
Sekalian ane minta masukan agan agan semua untuk thread ini.

ane terima kasih kalo agan mau bagi ke ane cendolnya, emoticon-Big Grin
tapi jangan kasih ane bata ya gan, emoticon-Sorry

CEKIDOT

Stasiun Tanjung Priok adalah salah satu stasiun tua yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta.

Potret buram

ALUNAN musik dangdut menyentak keras dari puluhan warung tenda yang berjejer di bantaran rel Kereta Api Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Dinginnya malam serasa menusuk tulang, tidak menghalangi beberapa wanita yang membalut tubuh mereka dengan pakaian minim nan seronok. Wangi parfum menyengat serta bedak tebal dan warna lipstik merah menyala seakan menantang siapa pun yang melihat.

Tak peduli, di antara mereka tampak sudah tak muda lagi, tapi demi sesuap nasi, kulit keriput pun tak jadi soal untuk bersaing dengan yang bening. Para wanita itu adalah penjaja Seks Komersial yang biasa mangkal di bantaran rel Kereta Api Stasiun Tanjung Priok. Mereka berusaha menarik perhatian para lelaki hidung belang yang berseliweran.

Sesekali terdengar tawa mereka yang sengaja dibuat manja dan menggoda, berharap para kaum adam bisa sedikit melirik. Ada juga yang mencoba merayu dengan siulan-siulan kecil.

"Pssst..pssst..Mau ke mana, Mas," panggil salah seorang wanita paruh baya pada beberapa pria yang lewat di depannya. Ia berusaha melempar senyum paling menggoda yang dimilikinya, dengan mata yang tak kalah nakalnya.

Pela-pela, demikian nama tempat mangkal para wanita penghibur itu. Pela-pela terletak tepat di bantaran rel kereta api Stasiun Tanjung Priok.

Menurut salah satu pengunjung, Mamang, 60, Pela-Pela merupakan singkatan dari pramuria-pramuria "Mungkin disebut gitu, karena banyak pramurianya," ujarnya.

Sarkastis memang nama itu, tapi tak ada yang peduli. Paling penting, satu pihak menerima kepuasan, dan yang lainnya mendapat sedikit uang untuk sekadar bertahan hidup.

Tidak ada yang tahu persis kapan Pela-pela menjadi kawasan prostitusi. Semua datang dan pergi, seakan sudah saling tahu kemana harus melangkahkan kaki jika ingin mendapatkan kenikmatan yang dicari.

"Sejak tahun 70an seinget saya sih sudah ada," jelas Mamang. Setiap malam, ratusan PSK menjajakan jasanya kepada pengunjung yang rata-rata pria.

Kebanyakan pria yang datang, berusia diatas 30 tahun. Banyak warung tenda yang berdiri di daerah ini. Rata-rata menyediakan berbagai minuman keras, dari anggur cap orang tua, anggur rajawali sampai vodka.

Tampak beberapa wanita bercengkrama sambil menemani teman kencannya menikmati anggur Rajawali di warung milik bu Inah,45. Salah satu wanita itu bernama Erni, 32, yang mengaku berasal dari Aceh.

Teman kencannya, Naldi, 52, berusaha menawari Erna segelas anggur Rajawali. "Aku gak mau kalau minum (anggur) Rajawali, takut terbang. Kalau Vodka aku mau," canda Erni.

Menurut pengakuannya kepada mediaindonesia.com, ibu dengan satu anak ini baru empat bulan mangkal di Pela-Pela. "Pertama kali ke Jakarta ketemu sama Inah,akhirnya ya sekarang saya kerja dis ini," ujarnya sambil menenggak segelas bir.

Erni saat ini tinggal di sebuah rumah bedeng tidak jauh dari Pela-Pela, bersama anaknya yang masih balita. Ketika Erni sedang bekerja, sang anak dititipkan ke tetangganya dengan tarif Rp25.000 per hari.

Dia terpaksa menjadi ibu sekaligus ayah bagi anaknya seak dirinya bercerai tiga tahun yang lalu. Penghasilan Erni tiap malamnya tidak menentu, kadang Rp200 ribu, tidak jarang pula dia mendapatkan kurang dari Rp200 ribu. Wanita berkulit putih ini memasang tarif Rp60.000 termasuk kamar. Kamar yang disediakan berbentuk tenda beratapkan terpal, berukuran 1,5 X 2 meter.

Sementara, Ani,19, memasang tarif Rp80 ribu untuk sekali kencannya. Dia sudah setahun menjadi penghuni Pela-pela. Awalnya, Ani datang ke Jakarta karena diajak teman satu kampungnya di Cirebon.

Temannya menjanjikan pekerjaan di Jakarta dengan penghasilan yang tinggi. Namun, dia terperangkap di tempat prostitusi ini, karena tidak mempunyai keahlian. "Kalau saya pinter gak mungkin di sini. SD saja saya tidak lulus," tutur Ani sambil menghisap rokok kreteknya.

Tarif PSK di sini berbeda-beda, semakin muda tarifnya semakin mahal, hingga mencapai Rp100 ribu.

"Tapi biasanya yang muda kadang rese, gak sabaran. Kalau yang sudah berumur biasanya lebih sabar dan pelayanannya lebih maksimal," jelas Ipah, pemilik warung. Ipah berjualan di warung tenda belum genap 10 tahun. Sebelumnya, wanita asal Indramayu ini berjualan jamu bersama sang suami di daerah Warakas, Jakarta Utara.

Ipah berujar, kawasan Pela-Pela selama ini relatif aman dari penertiban. Setiap harinya, dia harus membayar Rp 5000 kepada koordinator wilayah. Selain itu, wanita paruh baya ini harus mengeluarkan Rp 5.000 setiap minggu dan Rp10.000 setiap bulan. Itu masih di luar Rp90 ribu per bulan untuk membayar listrik jika warung tenda dilengkapi dengan audio musik.

"Makanya aman dari gusuran, semuanya dapat, termasuk kelurahan," kata Ipah. Tidak lama kemudian, datang seseorang pria berumur 20 tahunan, datang menghampiri bu Ipah untuk mengambil setoran harian. "Itu saya kasih lima ribu," bisiknya.

Di Pela-pela ini, ada juga jasa pemijatan dengan tarif Rp20 ribu untuk sekali pijat. Letaknya di bantaran rel kereta api di samping stasiun Tanjung Priok. Mereka memijat hanya beralaskan tikar dan beratapkan langit. Rata-rata pemijat disini berusia 40 tahun ke atas.

"Pijatannya enak, tapi uda tua semua. Tapi kita harus tahan malu sama orang lain yang lewat, soalnya kita dipijat cuma pakai kolor saja," jelas Joni salah satu pengunjung.

Malam semakin larut, namun kehidupan malam di Pela-pela tetap berlanjut. Ani, Erni, dan penghuni Pela-pela lainnya berharap tempat ini tidak pernah sepi demi kelangsungan hidup mereka.

Begitulah wajah Pela-pela, selalu ramai di malam hari seakan hendak menyembunyikan potret buram Stasiun Tanjung Priok di malam hari.

Sayang sekali jika tempat yang penuh dengan sejarah ini dijadikan tempat menjajakan diri oleh para pekerja seks. Perhatian dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk tetap menjaga isi atau sejarah dari stasiun tersebut.

Tapi apalah daya, disana banyak sekali orang yang bekerja untuk mencari sesuap nasi walaupun dengan cara yang haram.

2 penampakan tenda-tenda tempat prostitusi
Spoiler for penampakan 1:


Spoiler for penampakan 2:


Sekian dulu trit ane ini, semoga menambah wawasan agan sista semua emoticon-Big Grin
Ane tunggu ya gan cendolnya emoticon-Cendol (S) emoticon-Cendol (S) emoticon-Cendol (S)
emoticon-Cendol (S)emoticon-Cendol (S)
Diubah oleh imam.amin 03-01-2014 06:08
gargantuar89
xxxy65221226
xxxy65221226 dan gargantuar89 memberi reputasi
2
43.4K
87
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.