Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soiponAvatar border
TS
soipon
{Profesor Lendir} Rhoma Irama: Cemooh Itu Vitamin Perjuangan
Rhoma Irama: Cemooh Itu Vitamin Perjuangan
"Rhoma bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa."

Sabtu, 8 Desember 2012, 08:28 Suryanta Bakti Susila, Tudji Martudji

VIVAnews - Niat pedangdut Rhoma Irama menjadi calon presiden 2014 mulai mendapat sambutan. Himpunan Artis Peduli Bangsa (HARPA) Jawa Timur menyatakan dukungan saat bertemu ropma di sebuah rumah makan Kawasan Bandara Juanda, Surabaya.

Rhoma datang ke Jawa Timur dalam rangka melakukan pertunjukan dangdut di Madura, Sabtu 8 Desember 2012. Ketua HARPA Jawa Timur, Puri Rahayu, membacakan pernyataan dukungan itu.

"Mendukung Prof Rhoma Irama sebagai Calon Presiden RI Periode 2014-2019 dan Mengawal Prof Rhoma Irama dalam Pemilihan Presiden yang akan berlangsung pada tahun 2014," katanya.


Surat pernyataan yang ditandatangani Ketua Puri Rahayu dan Sekretaris Ahmad Bajuri itu, diserahkan pada Rhoma. "Dukungan ini layak karena Rhoma Irama selain sebagai artis, sejak awal kariernya juga sebagai politisi, selain berdakwah melalui lagu yang dinyanyikan," kata Puri Rahayu.

Rhoma dinilainya bisa menjadi pemimpin teladan yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang terus digoyang konflik horizontal. "Indonesia butuh presiden yang memiliki kharisma sebagai tokoh yang mempunyai popularitas tinggi dan publik figur pemersatu bangsa, dan Bang Haji Rhoma sangat tepat."


Puri mengungkapkan, Rhoma bisa menjadi figur alternatif karena memiliki kedekatan dengan rakyat khususnya bidang seni dan budaya. "Jadi mampu menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku ini."

Rhoma mengaku tersanjung dengan dukungan itu. Dia pun mengucapkan terima kasih. Menurut Rhoma, sejak awal tidak pernah menyatakan dirinya maju sebagai calon presiden. Namun, karena dorongan yang semakin kuat menjadikan dirinya bersemangat.

"Saya tidak pernah berambisi, tetapi karena desakan yang semakin kongkrit, tidak ada alasan menolak, harus melangkah dan saya siap. Tetapi harus juga kita tempuh syarat konstitusi," ucap Rhoma.

Rhoma menegaskan kehadirannya di Jawa Timur itu bukan untuk kampanye mencari dukungan, tetapi karena acara pertunjukan di Madura.

Disamping dukungan, Rhoma mengakui banyak yang mencemoohnya. Baginya, kecaman dan kritikan merupakan hal biasa dalam sebuah 'perjuangan'.

"Itu jadi vitamin. Rhoma bukan siapa siapa, hanya manusia biasa. Rasulullah Muhammad yang jelas-jelas utusan Allah, juga dicaci dan diancam bunuh. Sampai wafat pun masih difitnah. Namun, Rasul terus berjuang dan berdoa para penghujatnya bisa disenangkan." (adi)

Source

Gelar Profesor Causa Rhoma Irama Digugat

PEMBERIAN gelar profesor causa kepada Rhoma Irama dinilai melanggar hukum. Pasalnya, pemberian gelar itu bertentangan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 tentang Gelar dan Lulusan Perguruan Tinggi. Salah satu contoh American University of Hawaii yang menggelari profesor untuk Rhoma Irama. Lembaga itu dianggap Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Depdiknas) tidak berwenang mengeluarkan anugerah profesor untuk Rhoma.

Rhoma sebaliknya mempertanyakan penilaian dari Depdiknas. Menurut Raja Dangdut itu, gelar profesor causa berasal dari penilaian masyarakat tidak seperti gelar profesor biasa yang harus berlatar belakang akademis. "Nggak ada kaitan dengan Depdiknas," kata Rhoma. Ki Joko Bodo menilai Rhoma berhak karena berjasa di bidang musik dangdut. "Seharusnya orang Indonesia yang memberi penghargaan, bukan orang luar negeri," tandas peramal yang juga menyandang gelar Doktor Honoris Causa (DHC).

Ki Joko Bodo bahkan merasa kagok menyandang DHC. "Toh saya tidak akan memakai gelar itu," lanjut dia. Begitu juga Endang Kurnia membantah dituduh membeli gelar DHC-nya. "Yang saya dapatkan murni dari Hawaii [American University of Hawaii]," tegas pencipta lagu dangdut itu, meyakinkan. Sementara Anwar Fuadi yang menyabet DHC dari Northern California Global University memandang, gelar profesor memang harus diraih melalui jenjang perguruan tinggi. Lembaga pendidikan biasa, kata Anwar, tidak dapat dengan mudah memberi gelar profesor. "Nanti inflasi gelar profesor," kata Anwar.

Soal lembaga yang berhak memberi gelar Honoris Causa atau penerimanya di mata psikolog Sartono Mukadis rumit diuraikan. Sartono hanya menyayangkan euphoria sejumlah kalangan mendapat gelar tersebut dari lembaga di luar negeri. "Kita masih mental budak, kalau bule [orang Eropa atau Amerika Serikat] memberi, itu hebat," kata Sartono. Menurut dia, Dirjen Dikti Satrio Sumantri Brojonegoro pasti lama memantau keberadaan lembaga-lembaga pemberi gelar honoris causa sehingga akhirnya mengeluarkan surat edaran.

Seseorang mendapat gelar DHC sah-sah saja asal lembaganya juga terakreditasi. Namun, Sartono mengakui ia ragu dengan American University of Hawaii karena kegiatan akademisnya tidak diakui di Amerika Serikat. "Hanya universitas papan nama. Di situs internet pun tidak ada," ujar Sartono. Beberapa waktu lampau, Sartono juga pernah empat kali ditawari gelar DHC. "Asal mau membayar 25 juta [rupiah]," kata dia, serius.

Source

Sekarang gelar profesornya dipakai di dukungan, untuk menyaingi Mahfud dan JK ya? emoticon-Matabelo
Quote:

Sosok pemersatu bangsa kok berkata seperti ini di acara TV "Mata Najwa": emoticon-Matabelo

{Masih Terguncang} Rhoma Irama Nyapres Karena Etnis Tertentu Agresif Kuasai Politik
Diubah oleh soipon 08-12-2012 05:24
0
9.8K
114
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.7KThread41.4KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.