Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

niapraAvatar border
TS
niapra
Sedang Tren di Jepang, Lelaki Memilih Lajang




Menikah tidak menjadi target utama pria di Jepang saat ini. Bukan karena tak menemukan pasangan yang tepat, tapi mereka memang memilih hidup sendiri. Di Negeri Sakura sedang mewabah ''virus'' pernikahan berujung perceraian. Satu di antara tiga pernikahan di sana berakhir dengan perpisahan.

Mudah sekali menemukan pria yang hidup sendiri. Mereka tinggal di apartemen berkamar satu, menyantap gyudon (nasi bercampur daging rebus) setiap hari. Tren hidup sendiri itu mengikuti kecenderungan untuk pensiun dini. Tahun 2012, angka pensiun dini meningkat hingga dua kali lipat ketimbang tahun lalu.

Profesor Masahiro Yamada dari Universitas Chuo menyatakan, peradaban modern di Jepang tidak lagi menginginkan "keluarga standar" (ada anak, suami, dan istri). Menurut dia, banyak generasi yang lahir pada 1970-an kini memilih tinggal sendiri.

Penyebab pilihan hidup melajang atau tak bisa menikah rata-rata soal keuangan. Kebanyakan pria yang sendiri karena tak memiliki pendapatan atau pekerjaan tetap. Mereka masih tinggal di rumah orang tua dan tidak mampu independen secara keuangan.

Kecenderungan peningkatan lajang di Jepang juga mengubah beberapa budaya. Peneliti senior dari Institut Penelitian NRI, Akio Doteuchi, mengatakan, "Di Tokyo, rata-rata jumlah anggota di setiap keluarga turun menjadi 1,99 individu,". Dengan kata lain, konsep keluarga di Jepang yang dulu menganut komposisi suami pekerja, ibu rumah tangga, dan satu atau dua anak, perlahan mulai sirna.

Efek yang membahayakan, kata Doteuchi, kecenderungan bunuh diri. Sebab, dari 33 ribu kasus bunuh diri tiap tahun, jumlah pelaku berusia 60 tahun mencapai 12 ribu. "Atau lebih dari sepertiga kasus," ujar dia. Kecenderungan perceraian juga membuat lebarnya jurang keterasingan sosial di Jepang.

Pengubahan struktur keluarga secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian. "Orang-orang tidak akan butuh mobil, bahkan akan lebih sedikit lagi yang beli rumah," ujar konsultan bisnis yang enggan disebut namanya. Jumlah penduduk yang menurun juga akan mengganggu jasa pendidikan anak, yang sudah terlihat ada tren menurun.




[URL=" [url]http://bit.ly/UEOYOG[/url] "]SUMBRERRRR[/URL]



wow berpengaruh besar sekali yah...
seandainya itu nular ngetrend juga ke indonesia.. emoticon-Bingung
Diubah oleh niapra 05-12-2012 09:29
0
12K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.1KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.