Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

315EBE89Avatar border
TS
315EBE89
rahasia dibalik desain gedung DPR
Heboh pembangunan gedung DPR baru dengan biaya yang cukup besar. Tadinya masalah ini berhembus dari isu yang sangat tidak rasional bahwa akibat gempa bumi ternyata gedung DPR mengalami kemiringan sebesar tujuh derajat. Selanjutnya isu ini beralih karena alasan untuk peningkatan unjuk kerja anggota dewan yang memerlukan fasilitas lebih lega. Seiring dengan pro dan kontra masalah pembangungan itu, ternyata dewan tetap menutup mata dan hati nurani yang kemudian tetap melanjutkan perencanaan dan pembangunan gedung baru itu.


Desain gedung lama berbentuk kura-kura, kalau tepatnya sih karena ukurannya yang besar dan tambun lebih mirip kura-kura raksasa dari Galapagos. Makna yang tersirat tersebut adalah melambangkan hewan yang besar, kaku, kurang responsif dan lamban. Kura-kura ini kalau berada di lingkungan kering misal di daratan maka akan bergerak lamban dan pelan, bahkan untuk menyeret tubuhnya saja sudah kesusahan. Beban internal berupa bobot yang besar ini mungkin menjadi masalah sendiri untuk memberi manfaat bagi pihak luar. Untuk mengatasinya kura-kura ini harus dipindahkan ke lingkungan yang basah. Di dalam lingkungan yang basah inilah maka kura-kura akan mencari dan menemukan habitatnya supaya dapat bergerak dan beraktivitas dengan leluasa. Beranjak dari simbolik inilah maka mungkin para anggota dewan ini perlu lingkungan yang basah agar tetap dapat bertugas sesuai dengan fungsinya baik mewakili rakyat maupun membela kepentingan partai politiknya atau bahkan mengurusi kepentingan pribadinya. Mungkin karena tidak begitu sesuai dengan situasi dan kondisi yang terbaru maka DPR perlu membangun gedung baru dengan simbol yang lebih representatif.

Gedung baru dengan desain yang cukup baik akan dibangun disebutkan pertama kali karena alasan gedung lama sudah miring. Tetapi kemudian isu tidak cerdas ini gugur dengan sendirinya setelah muncul para pakar dan praktisi konstruksi yang lebih profesional yang menyanggah isu miring ini. Kemudian terkuaklah alasan yang dimunculkan untuk pembenaran keperluan gedung baru ini. Dari kutipan diperoleh alasan resmi keperluan gedung baru ini adalah karena pertimbangan bahwa didasarkan atas perubahan jumlah anggota dewan yang tiap periode bertambah. Pertambahan ini mengakibatkan Gedung Nusantara I tidak dapat mencukupi untuk dapat menampung aktivitas anggota DPR RI. Pertimbangan lain adalah karena ruang tersedia dianggap tidak optimal untuk kinerja dewan. Saat ini tiap anggota DPR RI di Gedung Nusantara I menempati ruang seluas hanya ± 32 m2, diisi 1 anggota, 1 sekretaris, dan 2 staf ahli. Terlebih ke depan sepertinya setiap anggota dewan akan bertambah luas yakni ± 120 m2 untuk ruang kerja masing-masing anggota yang terdiri dari 7 orang, meliputi 1 anggota dewan, 5 staf ahli, dan 1 asisten pribadi.

Dengan alasan mendesak maka gedung baru perlu segera dibangun dan hal ini memerlukan biaya sekitar 1,6 trilyun rupiah. Sekarang kita lihat desain gedung baru yang akan dibangun ini. Konstruksi itu saya peroleh dari informasi tertuang di detiknews. Luas total gedung baru hasil perubahan dari rencana semula dari ±120.000 m2 (27 Lt) menjadi total ±161.000 m2 (36 lt). Pada awalnya memang gedung dirancang ukuran 27 lantai berupa Desain Upper Structure, plat, kolom, balok, dan Core untuk Lt. 1,2 dan 3, tetapi kemudian diubah menjadi 36 lantai.

Dari sisi arsitektur seperti yang tertuang dalam gambar desain awal, maka dapat dilihat kemegahan gedung parlemen. Secara umum tidak terlihat unsur khas budaya Nusantara seperti yang terlihat dalam gambar desain tersebut. Namun secara jelas orang bisa menebak-nebak makna dibalik desain gedung yang megah tersebut. Arsitektur gedung yang artistik itu kalau dari jauh terlihat secara jelas menampilkan huruf U yang terbalik. Hal ini memang dapat diduga memberikan representasi dari penghuni gedung tersebut yakni pihak parlemen negara Republik Indonesia atau dikenal secara kelembagaan adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Orang Indonesia dikenal sebagai orang yang kaya akan simbol-simbol yang menunjukkan diri dan karakter yang kuat serta perlu diketahui oleh banyak orang. Kalau dulu di Jawa sering menggunakan kalimat semboyan dalam bentuk pepatah yang menggambarkan tahun pembangunan. Kemudian berlanjut dengan menggunakan obyek dalam bentuk patung atau ilustrasi satwa yang sesuai. Lebih lanjut simbol ini mulai disamarkan dalam bentuk ilustrasi yang tersembunyi di balik desain. Mungkin ini juga yang terdapat dalam desain gedung baru DPR yang dapat langsung jelas terbaca oleh yang melihatnya.

Kalau dari penjelasan resmi pihat BURT DPR, desain gedung baru ini yang terdiri dari tiga alternatif semua memuat satu tema yang sama, yakni bangunan berbentuk huruf “n” layaknya gerbang raksasa. Makna di balik bentuk gerbang itu adalah untuk menunjukkan gerbang sebagai salah satu penanda peradaban. Hal ini diungkapkan pernah berlaku dari masa kejayaan Majapahit, kemajuan suku Inca, Tiongkok, sampai dengan La Defence di Paris yang selalu menggunakan simbol gerbang. Tetapi kalau saya secara spontan yang melihat desain tersebut adalah dalam bentuk huruf U dalam posisi terbalik. Mungkin saja huruf U terbalik ini yang menunjukkan representasi DPR ini dan memang merupakan gambaran kuat yang melekat sebagai citra DPR. Inilah rahasia yang perlu diungkap.

Huruf U ini tentu saja bukan berarti Uang. Salah besar kalau orang menyatakan simbol U itu menyatakan uang yang berkaitan dengan DPR. Kalau U untuk uang itu mestinya untuk Departemen Keuangan atau Bank Indonesia. Meski pun sudah bukan rahasia lagi kalau memang banyak uang U yang terlibat dalam percaturan dan aktivitas anggota DPR, tetapi sekali lagi jelas salah kalau huruf U menyimbolkan Uang. Uang memang penting dan berperan terkait dengan realitas fakta keberadaan DPR saat ini. Bayangkan saja untuk dapat masuk sebagai anggota dewan dan resmi menghuni gedung megah di bilangan Senayan ini, harus memerlukan uang yang tidak dapat dikatakan sedikit. Tetapi jika sudah masuk, maka masing-masing anggota akan mendapatkan gaji, tunjangan, honorarium, dan nama pendapatan lain, yang diujudkan dalam bentuk uang. Itu baru dalam masa aktif sebagai anggota dewan, dalam masa reses pun masih ada uang yang berseliweran untuk diterimakan pada setiap anggota. Bahkan kadang terdengar ada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan soal kebenarannya bahwa setiap aktivitas legislatif akan ada uang yang terlibat. Jadi memang ada uang di kalangan anggota wakil rakyat yang jelas-jelas bikin iri pada rakyat kebanyakan sebagai pihak yang diwakilinya.

Sekali lagi saya tuliskan bahwa salah besar kalau ada orang yang mengira U itu adalah simbol dari Uang. Huruf U di sini mungkin diinginkan oleh pihak desainer untuk menyimbolkan Undang-undang. Perlu kita ingat bahwa tugas DPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif adalah untuk membuat undang-undang, jadi sangat tepat kalau bentuk gedung baru DPR berbentuk huruf U.

Lantas mengapa simbol U itu harus dibalik. Kemungkinan hal ini karena mereka lupa bahwa tugas membuat undang-undang itu adalah seharusnya murni tugas mereka. Jadi kalau produk undang-undang yang dihasilkan relatif sedikit karena anggota dewan mandul mungkin hal ini jadi tidak terlalu kentara. Tapi tentu saja kita berharap ke depan akan ada perubahan kalau saat ini diakui sendiri bahwa DPR belum optimal buktinya banyak mangkir absen dalam sidang, banyak tidur saat sidang, atau sibuk mengisi daftar kekayaan (yang saking banyaknya sampai perlu waktu lama untuk menyelesaikannya).

Alasan lain mengapa berbentuk huruf U terbalik adalah karena kalau berbentuk biasa maka akan menjadi gedung kembar. Bisa saja nanti gedung itu karena alasan pembengkakan biaya investasi dan untuk mengakomodasi keberatan pemerintah maka akhirnya hanya dibangun satu unit saja, tentunya ini tidak menjadi keinginan seluruh anggota dewan. Terlebih kalau dibangun dalam desain gedung menara kembar, maka karena hanya setinggi 36 lantai, jelas kalah megah dengan gedung menara kembar Petronas yang ada di negeri jiran. Jelas memalukan dong kalau tetap dibuat seperti itu, akhirnya dipilih huruf U terbalik saja.

Di artikel ini sebenarnya saya ingin mengusulkan ada nuansa budaya khas Nusantara yang terwakili dalam arsitektur gedung baru itu, namun saya membatalkanya. Budaya khas Nusantara yang sangat beragam dan kaya akan seni tinggi ini jelas dapat dimasukkan dalam seni bangunan. Namun tentu saja hal ini malah akan dapat dimanfaatkan DPR untuk meminta tambahan biaya pembangunan. Dengan pertimbangan pada nurani rakyat, tentu saja saya tidak akan mengusulkan hal ini.

Mungkin itu dulu yang dapat saya tangkap tentang makna di balik arsitektur dan desain gedung DPR yang baru. Benar tidaknya tentu saja saya tidak tahu. Tetapi yang jelas saya dapat hikmah karena sekarang jadi sudah punya gambaran siapa saja calon yang tidak akan saya pilih pada pemilu legislatif tahun 2014 nanti.
0
2.6K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.